Universitas Proklamasi 45
Fak.Psikologi
Bp.SKD adalah seorang karyawan yang bekerja di bagian mekanikal yang menangani masalah mesin dan peralatan2 di perusahaan swasta yang cukup bonafide. Dia sudah bekerja hampir 10 tahun di bidang yang sama, dengan pengawasan oleh Penyelia/Supervisor yang akan selalu memberikan koreksi ataupun teguran jika ada hal yang dilakukan tidak tepat atau komplain dari kustomer tentang hasil kerjanya. Setiap awal tahun, Bp. SKD sebagai seorang karyawan pasti akan mengalami kenaikan gaji berdasarkan kinerja. Besaran kenaikan gaji yang di terima sesuai dengan penilaian kinerja yang di lakukan oleh Supervisornya. Setahun terakhir, posisi Penyelia mengalami pergantian, sekarang di gantikan oleh orang lain karena Penyelia yang lama, sudah memasuki masa pensiun. Tetapi ada yang membuat Bp. SKD merasa Penyelia yang baru berlaku tidak adil kepadanya, karena penilaian kinerja tahun ini hasilnya sangat turun jauh dari tahun lalu, padahal semua pekerjaan sudah di lakukan dengan baik dan maksimal, tidak ada komplain dari kustomer dan juga tidak ada teguran dari Penyelia itu sendiri, yang berarti bahwa kinerjanya cukup bagus. Hal ini membuatnya kecewa dan merasa di perlakukan tidak adil di banding rekan rekannya.
Mendengarkan keluhan ini, Penulis
kemudian memberikan saran dan solusi kepada SKD, tentu saja agar semangat kerja
kembali naik dan juga rasa kecewa itu bisa dihilangkan. Penulis memberikan
solusi dan saran dari berbagai sumber dengan mengambil dari filosofi seorang Atelt, ini menurut
penulis cukup saling berhubungan karena sebagai pekerja kita juga seperti Atlet
yang berlatih dan berlatih terus untuk bisa menghasilkan prestasi yang maksimal.
1.
Atlit yang baik punya mental pejuang.
Sering
kali kita menonton atau membaca berita, seorang Atlit gagal dalam mencapai
tujuan terbaiknya, tetapi apakah kegagalan tersebut kemudian Atlit tersebut
menyerah ? mengundurkan diri ? TIDAK ! hal tersebut justru memacunya untuk
semakin berlatih dan berusaha lebih kuat agar menjadi Atlit yang berprestasi. Sebagai
pekerja, kita harus punya mental pejuang, janganlah karena sesuatu hal yang
mengecewakan lantas membuta kinerja kita justru turun, tetapi justru ini
sebagai motivasi untuk menunjukkan bahwa kita adalah karyawan yang bisa
diandalkan.
2.
Atlit yang baik bertanding dengan efektif
Atlit
yang baik selalu bertanding dengan efektif, contoh seorang petinju atau pemain
bulu tangkis mereka efektif dalam melakukan serangan sehingga tidak banyak
pukulan yang dikeluarkan tetapi menghasilkan kemenangan. Kiita juga harus
bekerja dengan efektif, kerjakan tugas dengan efektif, sehingga banyak hal yang
bisa dilakukan/selesaikan dalam waktu yang sempit. Hal ini tentu akan juga
dilihat oleh penyelia, bahwa kita adalah pekerja yang bisa baik.
3.
Atlit yang baik tidak sombong
Sikap
sombong adalah titik awal sebuah kehancuran, Sebagai pekerja tidak bisa bekerja
sendiri, tetapi kita adalah sebuah tim yang saling melengkapi, bangun kerjasama
antar karyawan dan juga dengan penyelia,siap membantu tentu mereka akan merasa
bahwa kehadiran Anda membawa manfaat bagi rekan sekerja dan ini pasti tidak
terlepas dari penilaian Atasan, bahwa kita bisa membuat sebuah tim bekerja
sebagi tim yang utuh, tidak terkotak kotak yang hasil akhirnya sekali lagi
adalah produksi bisa maksimal
4.
Fokus pada tujuanPastikan bahwa target yang ingin di capai, jangka pendek atau jangka panjang dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga ini bisa untuk menentukan skala prioritas, dengan begitu akan dilihat oleh penyelia bahwa kita bisa mengatur pekerjaan dengan baik, dan bisa menentukan skala prioritas dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.
5.
Menyampaikan Keluhan dan Berkomunikasi dengan Penyelia
Pada akhirnya,
penulis menyampaikan agar SKD bisa menanyakan dan menyampaikan kepada Atasannya
perihal “rasa ketidak adilan” ini dengan sopan, karena apa yang menurut Kita
benar belum tentu benar secara aturan dan sesuai dengan penilaian yang di pakai
sebagai guideline. Karena bisa saja
ada beberapa kriteria yang tidak mendapatkan nilai maksimal di kriteria lainnya
mendapatkan hasil maksimal, sehingga pada akhirnya secara keseluruhan penilaian
kinerja itu hanya mendapat nilai standar.
0 komentar:
Posting Komentar