21.10.15

Cara Menghadapi Penilaian Kinerja Dengan Positif

Muji pambudi
Universitas Proklamasi 45
Fak.Psikologi
          
  Bp.SKD adalah seorang karyawan yang bekerja di bagian mekanikal yang menangani masalah mesin dan peralatan2  di perusahaan swasta yang cukup bonafide. Dia sudah bekerja hampir 10 tahun di bidang yang sama,  dengan pengawasan oleh Penyelia/Supervisor yang akan selalu memberikan koreksi ataupun teguran jika ada hal yang dilakukan tidak tepat atau komplain dari kustomer tentang hasil kerjanya. Setiap awal tahun, Bp. SKD sebagai seorang karyawan pasti akan mengalami kenaikan gaji berdasarkan kinerja. Besaran kenaikan gaji yang di terima sesuai dengan penilaian kinerja yang di lakukan oleh Supervisornya. Setahun terakhir, posisi Penyelia mengalami pergantian, sekarang di gantikan oleh orang lain karena Penyelia yang lama, sudah memasuki masa pensiun. Tetapi ada yang membuat Bp. SKD merasa Penyelia yang baru berlaku tidak adil kepadanya, karena penilaian kinerja tahun ini hasilnya sangat turun jauh dari tahun lalu, padahal semua pekerjaan sudah di lakukan dengan baik dan maksimal, tidak ada komplain dari kustomer dan juga tidak ada teguran dari Penyelia itu sendiri, yang berarti bahwa kinerjanya cukup bagus. Hal ini membuatnya kecewa dan merasa di perlakukan tidak adil di banding rekan rekannya.

            Mendengarkan keluhan ini, Penulis kemudian memberikan saran dan solusi kepada SKD, tentu saja agar semangat kerja kembali naik dan juga rasa kecewa itu bisa dihilangkan. Penulis memberikan solusi dan saran dari berbagai sumber dengan mengambil dari filosofi seorang Atelt, ini menurut penulis cukup saling berhubungan karena sebagai pekerja kita juga seperti Atlet yang berlatih dan berlatih terus untuk bisa menghasilkan prestasi yang maksimal.
1. Atlit yang baik punya mental pejuang.
Sering kali kita menonton atau membaca berita, seorang Atlit gagal dalam mencapai tujuan terbaiknya, tetapi apakah kegagalan tersebut kemudian Atlit tersebut menyerah ? mengundurkan diri ? TIDAK ! hal tersebut justru memacunya untuk semakin berlatih dan berusaha lebih kuat agar menjadi Atlit yang berprestasi. Sebagai pekerja, kita harus punya mental pejuang, janganlah karena sesuatu hal yang mengecewakan lantas membuta kinerja kita justru turun, tetapi justru ini sebagai motivasi untuk menunjukkan bahwa kita adalah karyawan yang bisa diandalkan.
2. Atlit yang baik bertanding dengan efektif
Atlit yang baik selalu bertanding dengan efektif, contoh seorang petinju atau pemain bulu tangkis mereka efektif dalam melakukan serangan sehingga tidak banyak pukulan yang dikeluarkan tetapi menghasilkan kemenangan. Kiita juga harus bekerja dengan efektif, kerjakan tugas dengan efektif, sehingga banyak hal yang bisa dilakukan/selesaikan dalam waktu yang sempit. Hal ini tentu akan juga dilihat oleh penyelia, bahwa kita adalah pekerja yang bisa baik.
3. Atlit yang baik tidak sombong
Sikap sombong adalah titik awal sebuah kehancuran, Sebagai pekerja tidak bisa bekerja sendiri, tetapi kita adalah sebuah tim yang saling melengkapi, bangun kerjasama antar karyawan dan juga dengan penyelia,siap membantu tentu mereka akan merasa bahwa kehadiran Anda membawa manfaat bagi rekan sekerja dan ini pasti tidak terlepas dari penilaian Atasan, bahwa kita bisa membuat sebuah tim bekerja sebagi tim yang utuh, tidak terkotak kotak yang hasil akhirnya sekali lagi adalah produksi bisa maksimal
4. Fokus pada tujuan
Pastikan bahwa target yang ingin di capai, jangka pendek atau jangka panjang dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga ini bisa untuk menentukan skala prioritas, dengan begitu akan dilihat oleh penyelia bahwa kita bisa mengatur pekerjaan dengan baik, dan bisa menentukan skala prioritas dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.
5. Menyampaikan Keluhan dan Berkomunikasi dengan Penyelia
Pada akhirnya, penulis menyampaikan agar SKD bisa menanyakan dan menyampaikan kepada Atasannya perihal “rasa ketidak adilan” ini dengan sopan, karena apa yang menurut Kita benar belum tentu benar secara aturan dan sesuai dengan penilaian yang di pakai sebagai guideline. Karena bisa saja ada beberapa kriteria yang tidak mendapatkan nilai maksimal di kriteria lainnya mendapatkan hasil maksimal, sehingga pada akhirnya secara keseluruhan penilaian kinerja itu hanya mendapat nilai standar.



 

 

0 komentar:

Posting Komentar