Mata Kuliah: Psikologi Inovasi
"Membentuk Perilaku Melalui Lingkungan: Analisis Psikologi Inovasi pada Pendekatan Kang Dedi Mulyadi"
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.
SITI RAFIDA (23310410088)
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Oktober 2025
Belakangan ini, sosok Kang Dedi
Mulyadi (KDM) menjadi perhatian publik karena langkah beraninya dalam menangani
perilaku remaja yang sering disebut “unik” mereka yang gemar membolos,
berkelahi, atau bahkan kecanduan rokok di usia sekolah. Bukannya menghukum, KDM
justru memilih cara yang tidak biasa, menempatkan para remaja tersebut di barak
militer. Di tempat itu mereka dilatih hidup disiplin, menjaga kebersihan,
berdoa, berolahraga, serta menjalani kehidupan yang tertata. Dalam konteks
psikologi inovasi, perubahan perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh hukuman atau
nasihat, tetapi terutama oleh cara individu mempersepsi lingkungannya. Hal
inilah yang tampaknya menjadi dasar pendekatan Kang Dedi Mulyadi (KDM) dalam
menangani perilaku remaja ‘unik’. Ia tidak menekankan pada aspek hukuman,
melainkan pada pembentukan ulang lingkungan agar para remaja belajar melalui
pengalaman langsung. Pendekatan ini dapat dijelaskan menggunakan teori persepsi
lingkungan dari Paul A. Bell dan rekan-rekan (dalam Patimah et al., 2024;
Sarwono, 1995), yang menekankan bahwa perilaku manusia muncul dari interpretasi
terhadap lingkungan yang dihadapinya. Dengan demikian, strategi KDM bukan
sekadar tindakan sosial, tetapi penerapan prinsip psikologi lingkungan untuk
menanamkan perubahan yang berkelanjutan.
Bell dkk. menjelaskan bahwa persepsi adalah proses
internal ketika individu menafsirkan stimulus lingkungan berdasarkan pengalaman
dan nilai-nilai pribadi. Artinya, seseorang tidak merespons dunia secara
objektif, melainkan melalui kacamata persepsinya sendiri. Ketika lingkungan
yang dihadapi permisif, bebas tanpa aturan, dan minim kontrol sosial, maka
persepsi anak terhadap kedisiplinan pun menjadi kabur. Inilah yang tampaknya
disadari oleh KDM. Ia tidak melihat anak-anak ‘unik’ itu sebagai pelaku kenakalan,
melainkan sebagai korban dari lingkungan yang gagal menanamkan makna tanggung
jawab. Dengan memindahkan mereka ke barak militer, KDM pada dasarnya sedang
membangun ulang “peta persepsi” anak-anak itu terhadap realitas hidup.
Lingkungan barak penuh dengan simbol-simbol keteraturan jadwal yang teratur,
kewajiban beribadah, dan aktivitas fisik rutin. Menurut Sarwono (1995),
struktur lingkungan seperti ini menciptakan pola perilaku melalui pengulangan
dan penguatan sosial. Anak-anak tidak hanya diajarkan disiplin, tetapi juga merasakan
langsung manfaat dari perilaku tersebut seperti tubuh yang lebih sehat, waktu
yang lebih efisien, dan penghargaan dari instruktur. Dari pengalaman-pengalaman
konkret inilah muncul persepsi baru bahwa kedisiplinan bukan beban, tetapi
jalan menuju kemandirian.
Temuan
serupa juga dijelaskan oleh Lestari dan Prasetyo (2022) dalam Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, bahwa perubahan perilaku remaja
berisiko lebih efektif jika dilakukan melalui pembentukan lingkungan sosial
yang positif dan suportif. Ketika konteks fisik dan sosial berubah, sistem
persepsi individu ikut bergeser. Maka, perilaku baru pun muncul dan bertahan
karena diperkuat oleh pengalaman serta dukungan lingkungan yang konsisten.
Dalam
kerangka teori Bell et al., proses perubahan perilaku pada anak-anak di bawah
bimbingan KDM dapat dijelaskan melalui empat tahap:
- Pemaparan pada
lingkungan baru : anak-anak diperkenalkan pada sistem kehidupan yang
tertib dan berdisiplin.
- Penilaian dan
interpretasi ulang : mereka mulai
menafsirkan kembali makna dari aturan dan batasan.
- Munculnya perilaku
adaptif baru : tindakan positif seperti disiplin waktu dan tanggung jawab
mulai terbentuk.
- Pembiasaan hingga
menjadi karakter : perilaku yang diulang terus-menerus menjadi kebiasaan
permanen.
Sehingga
pendekatan KDM bukan sekadar upaya korektif, tetapi sebuah rekayasa psikologis
terhadap lingkungan agar menciptakan persepsi baru yang mendukung pembentukan
karakter.
Kesimpulan
Strategi
yang dilakukan Kang Dedi Mulyadi menunjukkan bahwa perubahan perilaku tidak
dapat dicapai hanya dengan perintah atau hukuman, tetapi harus melalui
perubahan cara pandang terhadap lingkungan. Ia memahami bahwa perilaku manusia
berakar dari persepsi dan persepsi dapat diubah melalui pengalaman hidup yang
nyata dalam konteks yang berbeda. Melalui barak militer, KDM menciptakan
lingkungan belajar yang memungkinkan remaja ‘unik’ menafsirkan ulang makna
kedisiplinan dan tanggung jawab. Pendekatan ini sejalan dengan teori persepsi
lingkungan Paul A. Bell dkk., sekaligus menunjukkan bahwa inovasi sosial yang
efektif selalu dimulai dari pemahaman terhadap psikologi manusia.
Daftar
Pustaka
- Patimah, A. S.,
Shinta, A., & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan.
Jurnal Psikologi, 20(1), 23–29. https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807
- Sarwono, S. W.
(1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program
Pascasarjana Prodi Psikologi UI.
- Lestari, D., &
Prasetyo, R. (2022). Pengaruh perubahan lingkungan terhadap perilaku
adaptif remaja berisiko. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan,
11(2), 55–68.

0 komentar:
Posting Komentar