24.7.25

ESAI 9 – MENJADI MAHASISWA INOVATIF DI ERA TEKNOLOGI : JALAN MENUJU PENINGKATAN DIRI DAN LINGKUNGAN

 

                 ESAI 9 – MENJADI MAHASISWA INOVATIF DI ERA TEKNOLOGI : JALAN MENUJU PENINGKATAN DIRI DAN LINGKUNGAN

                                                                    Oleh :            

 

                                                 


   

 

                                                    Nama : Bunga Anggreani

                                                          NIM : 22310410169

                                                          Dosen Pengampu:

                                                Dr. Dra. Arundati Shinta MA

                                                          Fakultas Psikologi

                                          Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

                                                              Yogyakarta

                                                                   2025

 

         Di tengah laju zaman yang bergerak semakin cepat, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk pintar secara akademik, namun juga mampu beradaptasi, berpikir kritis, dan menciptakan inovasi yang relevan dengan perubahan dunia. Teknologi digital telah menyentuh hampir setiap sisi kehidupan manusia, dari cara kita berkomunikasi, belajar, hingga bekerja. Maka, sebagai mahasiswa psikologi, sudah saatnya kita tidak hanya menjadi pengguna pasif dari teknologi, tetapi juga pencipta inovasi  baik untuk pengembangan diri maupun untuk lingkungan sekitar.

 

Inovasi Diri Adaptif, Reflektif, dan Bermakna

   Aku, sebagai mahasiswa yang sedang tumbuh dan belajar, merasa bahwa inovasi diri bukan sekadar membuat hal-hal baru, tapi juga membentuk cara berpikir yang baru terhadap diriku sendiri dan peranku dalam masyarakat. Inovasi dalam diri dimulai dari kebiasaan kecil: mengatur waktu belajar dengan aplikasi digital, mengikuti webinar psikologi dari berbagai negara, hingga menggunakan media sosial sebagai sarana berbagi edukasi mental health yang ringan dan mudah dipahami.

 

    Salah satu bentuk inovasi yang aku lakukan adalah membuat akun Instagram khusus untuk berbagi konten psikologi praktis. Aku menyadari bahwa di zaman ini, generasi muda lebih menyerap informasi dari media sosial. Maka, aku mencoba mengemas teori-teori psikologi seperti coping stress, manajemen emosi, hingga self-love dalam bentuk carousel post, video singkat, dan QnA story yang menarik. Melalui langkah ini, aku tidak hanya belajar teori, tetapi juga melatih kreativitas, empati, dan kemampuan komunikasi digital.

 

    Inovasi ini sejalan dengan pandangan West & Farr (1990) yang menyatakan bahwa inovasi individu mencakup penerapan ide, proses, atau produk baru yang bermanfaat dalam konteks tertentu. Dalam hal ini, aku menerapkan pengetahuan psikologi dalam bentuk edukasi digital yang relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

 

Inovasi untuk Lingkungan mahasiswa sebagai Agen Perubahan Sosial

    Inovasi tidak cukup jika hanya berhenti pada diri sendiri. Sebagai mahasiswa psikologi, aku percaya bahwa ilmu harus dibagikan dan memberi manfaat sosial. Maka, aku bersama beberapa teman menginisiasi program “PsikoSharing”, yaitu kegiatan penyuluhan psikologi dan literasi digital kepada remaja di daerah pinggiran Yogyakarta yang memiliki keterbatasan akses internet dan pendidikan karakter.

 


    Program ini menggunakan metode hybrid sebagian materi diberikan secara tatap muka di akhir pekan, sementara sebagian lainnya disediakan melalui modul digital yang bisa diakses melalui HP atau laptop milik karang taruna desa. Kami mengajarkan pentingnya berpikir kritis saat berselancar di internet, cara menyaring informasi, dan mengenali hoaks, serta membangun kepercayaan diri remaja melalui teknik CBT sederhana.

      Inisiatif ini memperkuat teori Innovation Diffusion oleh Rogers (2003), yang menjelaskan bahwa inovasi menyebar melalui saluran komunikasi di antara anggota sistem sosial. Mahasiswa, dalam konteks ini, berperan sebagai change agent yang membantu menyebarkan pengetahuan dan keterampilan baru kepada komunitas.

 

Tantangan Inovasi di Era Teknologi

   Meskipun teknologi membuka banyak peluang, ada pula tantangan besar yang menyertai. Informasi yang begitu melimpah dapat menimbulkan kebingungan, tekanan untuk selalu produktif, dan kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain secara berlebihan. Di sinilah inovasi psikologis sangat dibutuhkan membangun digital well-being, menjaga kesehatan mental di tengah dunia yang selalu online.

 

     Sebagai mahasiswa, kita juga harus menyadari bahwa inovasi bukan hanya soal teknologi canggih, tapi tentang cara kita menggunakan teknologi untuk membangun relasi yang lebih sehat, meningkatkan empati, dan menciptakan ruang belajar yang inklusif. Menurut Amabile (1996), kreativitas dan inovasi tumbuh subur dalam lingkungan yang mendukung, yang memberdayakan individu untuk bereksperimen tanpa takut gagal. Maka, kampus dan komunitas akademik harus menciptakan atmosfer kolaboratif yang memacu inovasi dari bawah.

 

Menjadi Mahasiswa Inovatif yang Manusiawi

    Inovasi bukanlah sekadar jargon dalam dunia akademik, melainkan napas dari mahasiswa yang ingin hidup bermakna. Inovasi bukan berarti menciptakan teknologi mutakhir, tetapi mampu menghadirkan perubahan positif, meski kecil, dalam cara kita berpikir, bertindak, dan berkontribusi.

 

    Sebagai mahasiswa psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, aku bertekad untuk terus meng-upgrade diriku tidak hanya dengan IPK, tapi juga dengan rasa empati, kreativitas, dan keberanian berbagi. Di tengah dunia teknologi, aku memilih untuk tidak hanya terkoneksi secara digital, tetapi juga secara sosial dan emosional. Karena di situlah letak nilai sejati dari inovasi: membentuk manusia yang utuh, yang berpikir maju tanpa kehilangan hati.

 

 

 

Referensi:

Amabile, T. M. (1996). Creativity in Context. Westview Press.

Rogers, E. M. (2003). Diffusion of Innovations (5th ed.). Free Press.

West, M. A., & Farr, J. L. (1990). Innovation and creativity at work: Psychological and organizational strategies. Wiley.

Scott, S. G., & Bruce, R. A. (1994). Determinants of innovative behavior: A path model of individual innovation in the workplace. Academy of Management Journal, 37(3), 580–607.

0 komentar:

Posting Komentar