23.7.25

ESAI 4 PARTISIPASI LOMBA

                 FAKULTAS PSIKOLOGI 


             UNIVERSITAS PROKLAMASI 45






             Dosen : Dr. Arundati Shinta, MA


                        PSIKOLOGI INOVASI

 

             Penulis : Dania Ulfah Rahmawati


                         NIM : 23310410063


 

                              23 Juli 2025


Sebagai mahasiswa Psikologi, saya percaya bahwa menjaga kesehatan fisik adalah bagian penting dalam menjaga kesehatan mental. Itulah mengapa saya memutuskan untuk mengikuti lomba lari Kemala Run di Jakarta sebagai bagian dari upaya saya menerapkan ilmu psikologi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam hal coping stress dan mengelola emosi.

Lomba Kemala Run ini merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan oleh Bhayangkari dan POLRI, dengan tujuan mengajak masyarakat hidup lebih sehat serta membangun solidaritas sosial. Saya mengikuti kategori 10K Fun Run yang terbuka untuk umum. Persiapan saya dimulai dua bulan sebelum acara. Saya berlatih lari setiap pagi selama 30 menit dan mengatur pola makan serta tidur secara lebih disiplin.

Dalam proses latihan, saya menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah konsistensi. Awalnya saya sering merasa malas dan ingin menyerah. Namun saya mencoba menerapkan teknik self-reward dan self-talk positif yang saya pelajari di perkuliahan. Misalnya, setelah berhasil latihan selama seminggu penuh, saya menghadiahkan diri dengan menonton film favorit atau makan makanan favorit dalam batas wajar. Hal ini membantu saya tetap termotivasi.

Pada hari H, saya merasa campur aduk—antara gugup dan bersemangat. Saat berlari bersama ratusan peserta lain, saya menyadari betapa kuatnya semangat kebersamaan. Ada banyak peserta dari berbagai latar belakang, usia, bahkan ada yang membawa keluarga mereka. Saya tidak menjadi juara, tapi saya berhasil menyelesaikan lomba tanpa henti, yang bagi saya adalah kemenangan pribadi.

Lomba ini memberikan saya pelajaran tentang pentingnya komitmen, konsistensi, serta betapa tubuh dan pikiran saling mempengaruhi. Selain itu, saya juga belajar bahwa ikut lomba bukan semata-mata tentang menang, tetapi tentang pengalaman, proses, dan bagaimana kita tumbuh dari sana.

Masalah yang saya temui adalah saat latihan seringkali terhambat oleh jadwal bekerja yang padat. Saya belajar mengatur waktu dengan lebih baik, dan menyadari bahwa mengatur waktu adalah keterampilan yang sangat berharga.



Salah satu pengalaman yang sangat berarti bagi saya adalah saat mengikuti lomba menembak tim antar fungsi satuan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), di mana saya dan tim berhasil meraih juara 2.

Lomba ini diadakan sebagai ajang meningkatkan kemampuan dan kekompakan antar satuan fungsi di lingkungan Polda. Saya tergabung dalam tim dari salah satu fungsi yang dipercaya mewakili dalam kategori menembak beregu. Awalnya saya merasa cukup stres, karena pengambilan gambar bukan hanya masalah kemampuan teknis, tetapi juga konsentrasi tinggi dan pengendalian emosi yang matang. Kegiatan ini sangat relevan dengan konsep regulasi emosional yang saya pelajari dalam mata kuliah Psikologi Kognitif dan Klinis.

Persiapan lomba dilakukan selama dua minggu sebelum pelaksanaan. Setiap hari kami berlatih di lapangan tembak dengan pelatih internal yang juga senior kami. Selama latihan, saya sempat merasa kurang percaya diri karena hasil tembakan saya tidak stabil. Namun, berkat dukungan tim dan teknik relaksasi yang saya terapkan (seperti pernapasan diafragma), saya mulai mengalami peningkatan performa.

Pada hari lomba, kami bersaing dengan tim-tim dari fungsi lain seperti Reskrim, Lalu, dan Intelkam. Suasana kompetisi terasa tegang, namun justru menantang. Saat giliran memotret, saya berusaha memusatkan perhatian pada target dan mengelola degup jantung yang sangat kencang. Hasilnya cukup memuaskan: tim kami menempati posisi kedua secara keseluruhan.

Salah satu tantangan terbesar adalah menyamakan ritme dan komunikasi dalam tim. Kami berasal dari fungsi yang berbeda, dengan gaya komunikasi dan pendekatan kerja yang berbeda pula. Namun kami berhasil membangun kepercayaan melalui diskusi terbuka dan latihan rutin yang tidak hanya fokus pada teknis, tetapi juga mengoordinasikan strategi.

Salah satu kreativitas yang kami lakukan adalah membuat kode komunikasi non-verbal saat pertandingan, untuk memberi sinyal antar anggota tanpa mengganggu konsentrasi waktu lain. Kami juga menciptakan simulasi lomba kecil di akhir sesi latihan untuk menambah rasa percaya diri dan mengurangi tekanan mental saat hari H.
 
Lomba ini mengajarkan saya pentingnya keseimbangan antara keterampilan teknis dan kontrol psikologis. Kemenangan bukanlah satu-satunya tujuan, melainkan proses pembelajaran yang terjadi dalam perjalanan. Saya belajar banyak tentang kesabaran, fokus, dan bagaimana tekanan bisa menjadi sumber kekuatan jika dikelola dengan tepat.



0 komentar:

Posting Komentar