UTS MATA KULIAH PSIKOLOGI INOVASI
Kang Dedi Mulyadi dan Dinamika Perubahan Sosial, Studi Kasus Ayu Aryanti dan Pertarungan Motivasi
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta., MA
Oleh : Elvira Febrian (22310410187)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
2025
Kang Dedi Mulyadi (KDM), mantan Bupati Purwakarta dan politisi dari Partai Golkar, telah menjadi fenomena di media sosial Indonesia. Dengan pendekatan humanis dan budaya Sunda yang kental, KDM memanfaatkan platform digital seperti YouTube dan Facebook untuk membangun personal branding yang kuat. Ia dikenal sebagai sosok yang eksentrik, kreatif, dan adaptif terhadap media sosial, yang memungkinkannya untuk menjangkau berbagai lapisan masyarakat .
Salah satu kisah yang menarik perhatian publik adalah interaksi KDM dengan Ayu Aryanti, seorang remaja berusia 15-16 tahun dari Jawa Barat. Ayu, yang berasal dari keluarga kurang mampu, menunjukkan dedikasi tinggi terhadap pendidikan dan keluarganya. KDM, terkesan dengan semangat Ayu, memutuskan untuk mengadopsinya sebagai anak asuh dan memberikan berbagai fasilitas untuk mendukung perkembangan Ayu selama dua tahun.
Meskipun KDM memberikan dukungan materi dan perhatian emosional. Namun terdapat Kekurangan Intervensi KDM dalam Mengubah Ayu karena tidak ada perubahan signifikan dalam perilaku dan aspirasi Ayu terutama dalam motivasinya untuk mengejar pendidikannya. Hal ini dapat dijelaskan melalui teori motivasi. Menurut Self-Determination Theory (SDT), motivasi intrinsik—yang berasal dari dalam diri individu—lebih berkelanjutan dibandingkan motivasi ekstrinsik yang didorong oleh faktor eksternal seperti hadiah atau tekanan sosial (Rodgers & Loitz, 2008). Dalam kasus Ayu, meskipun ia menerima berbagai insentif eksternal, motivasi intrinsiknya untuk mengejar pendidikan tinggi atau karier tertentu mungkin tidak terbentuk atau diperkuat. Selain itu, fenomena "overjustification effect" menunjukkan bahwa pemberian hadiah eksternal yang berlebihan dapat mengurangi motivasi intrinsik seseorang. (Smith & Pittman, 1978)Jika Ayu merasa bahwa usahanya dihargai hanya karena hadiah yang diberikan, bukan karena nilai dari usaha itu sendiri, maka motivasi intrinsiknya dapat menurun .
Sebagai asisten KDM, pendekatan yang lebih efektif mungkin melibatkan pendekatan partisipatif untuk lebih bisa melibatkan Ayu dalam pengambilan keputusan terkait masa depannya, sehingga ia merasa memiliki kontrol dan tanggung jawab atas pilihannya. Selain itu juga bisa membantu Ayu mengidentifikasi nilai-nilai dan tujuan pribadinya, serta bagaimana pendidikan atau karier tertentu dapat membantu mencapainya. Yang terakhir adalah melibatkan keluarga Ayu dalam proses perubahan, sehingga dukungan sosial dapat memperkuat motivasi intrinsiknya.
Kalau saya menjadi ayu saya akan berusaha mengevaluasi aspirasi dan tujuan jangka panjang, serta bagaimana pilihan saat ini mendukung atau menghambat pencapaian tujuan tersebut. Saya juga akan berusaha menggunakan fasilitas dan dukungan yang diberikan oleh bapak KDM sebaik mungkin untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan tujuan pribadi saya kedepannya. Saya juga akan berkomunikasi dengan orang- orang terdekat saya untuk mencari untuk mendapatkan perspektif dan saran dalam merencanakan masa depan.
Langkah yang Dapat Diambil Jika Menjadi Orangtua Ayu bisa dengan berkomunikasi dengan KDM dan pihak terkait untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan Ayu. Selain itu juga bisa dengan memberikan dorongan serta dukungan emosional agar membentuk keyakinan Ayu untuk mengejar pendidikan atau karier yang sesuai dengan potensinya.
Motivasi intrinsik dan ekstrinsik memainkan peran penting dalam perubahan perilaku. Motivasi intrinsik, yang berasal dari dalam diri individu, cenderung menghasilkan perubahan yang lebih berkelanjutan. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik, yang didorong oleh faktor eksternal seperti hadiah atau tekanan sosial, dapat efektif dalam jangka pendek tetapi mungkin tidak menghasilkan perubahan yang tahan lama .(Ryan & Deci, 2000)
Dalam konteks Ayu, meskipun insentif eksternal diberikan, kurangnya motivasi intrinsik untuk mengejar pendidikan tinggi atau karier tertentu dapat menjadi hambatan utama. Oleh karena itu, pendekatan yang menggabungkan kedua jenis motivasi, dengan fokus pada pengembangan motivasi intrinsik, mungkin lebih efektif dalam mendorong perubahan perilaku yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, kasus Ayu Aryanti menyoroti kompleksitas dalam mengubah perilaku individu, terutama ketika intervensi lebih menekankan pada motivasi ekstrinsik. Pendekatan yang lebih holistik, yang mempertimbangkan kebutuhan psikologis dasar dan mendorong motivasi intrinsik, dapat menjadi kunci dalam menciptakan perubahan yang berarti dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA :
Rodgers, W. M., & Loitz, C. C. (2008). THE ROLE OF MOTIVATION IN BEHAVIOR CHANGE How Do We Encourage Our Clients To Be Active? LEARNING OBJECTIVES. www.acsm-healthfitness.org
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions and New Directions. Contemporary Educational Psychology, 25(1), 54–67. https://doi.org/10.1006/ceps.1999.1020
Smith, T. W., & Pittman, T. S. (1978). Reward, Distraction, and the Overjustification Effect. In Journal of Personality and Social Psychology (Vol. 36, Issue 5).
0 komentar:
Posting Komentar