Memulai Pendidikan Lingkungan Hidup
Dari Rumah
Oleh Ika Fatmawati
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Suatu
hari saya mendatangi sebuah bank sampah atas rekomendasi teman di wilayah
Sedayu. Bank sampah tersebut bernama Sehat Jiwa Raga Bersih Lingkungan atau
sering disingkat dengan SJR Bling yang beralamat di Jurug Rt 44, Argosari,
Sedayu, Bantul. Saya berkenalan dengan Ibu Painah selaku pengurus SJR Bling
yang saat ini mengelola. Ibu Painah menjelaskan bahwa SJR Bling berdiri pada tanggal 10
Juni 2012, dan tidak ada syarat khusus untuk menjadi anggota di Bank Sampah SJR
Bling tersebut.
Ibu
Painah memberikan contoh buku tabungan SJR Bling yang berlogo sebuah perusahaan
besar, Unilever. Saya membuka buku tersebut dan tercengang melihat salah satu
item yang di setorkan salah satu nasabah yaitu plastik kresek. Selama ini saya
dan keluarga memandang sebelah mata sampah satu ini. Hampir setiap hari ada
plastik kresek baru yang datang sebagai sampah di rumah.
Menurut
Nasrun, Kurniawan, dan Sari (2015) plastik adalah istilah umum bagi polimer,
yaitu material yang terdiri dari rantai panjang karbon dan elemen-elemen lain
(oksigen nitrogen, klorin atau belerang) yang mudah dibuat menjadi berbagai
bentuk dan ukuran. Bahan pembuat plastik pada mulanya adalah minyak dan gas
sebagai sumber alami, tetapi di dalam perkembangannya bahan-bahan ini
digantikan dengan bahan sintesis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik
yang diinginkan.
Plastik
kresek sangat mudah didapatkan karena harganya yang relatif murah. Akan tetapi
setelah sampai di rumah biasanya ada yang langsung menuju tempat sampah atau
dikumpulkan dan berakhir dalam tempat sampah juga. Kita menganggap plastik
kresek bekas tidak bisa di manfaatkan kembali. Kita hanya memanfaatkan plastik
kresek bekas yang masih bersih untuk membungkus barang.
Plastik
kresek ternyata bisa disulap menjadi aneka ragam barang olahan dari limbah
plastik yang bernilai tinggi. Kelompok Pengelola Sampah Mandiri (KPSM) di
Yogyakarta bisa “menyulap” sampah-sampah plastik menjadi berbagai barang
kerajinan seperti bross, bunga hias, replika mini berbagai kendaraan, tempat
pensil, kantong belanja, hingga tas tangan. Bahkan kerajinan dari plastik bekas
tersebut justru banyak di minati di luar negeri. Sudah mengurangi sampah,
bernilai rupiah tinggi.
Sejak
mengetahui bahwa kreasi dari plastik kresek bernilai tinggi, saya rajin
mengumpulkan plastik kresek. Aktifitas saya yang menjadi rajin memilah sampah
akhirnya menarik perhatian suami dan anak- anak. Mereka pada awalnya hanya
melihat, kemudian menanyakan mengapa saya juga mengumpulkan plastik kresek
bekas. Bahkan plastik kresek bekas yang basah karena air pun saya balik dan saya
keringkan.
Dulu,
sampah yang saya pilah hanyalah botol plastik, kertas bekas, kardus bekas dan
dan besi yang sudah terpakai. Sekarang harta karun tambahan saya adalah plastik
kresek. Hal ini saya lakukan dalam rangka ingin membantu mewujudkan generasi
muda yang pro-lingkungan hidup. Saya memulai pendidikan lingkungan hidup dari
anak- anak di rumah. Melibatkan anak dalam menjaga lingkungan bertujuan untuk
memberikan pengajaran dan pelatihan sejak dini
Kebiasaan menjaga lingkungan yang
telah diajarkan dari rumah akan berpengaruh terhadap perilaku anak ketika berada
di luar. Mereka tidak akan merasa terpaksa menjaga lingkungan tempat mereka
berada ketika dewasa. Seperti halnya yang di sampaikan Shinta (2019) Pendidikan
lingkungan hidup (PLH) adalah proses pengubahan sikap dan perilaku dalam usaha
mendewasakan manusia dalam bidang lingkungan hidup. Proses ini dilakukan
melalui pengajaran dan pelatihan serta membutuhkan suri tauladan dari guru /
pendidik. Hasil dari proses pendidikan adalah perilaku pro-lingkungan hidup
atau perilaku yang secara sadar dilakukan seseorang untuk meminimalkan dampak
negatif atas lingkungan alami dan binaan.
Orang tua berperan sebagai suri
tauladan bagi anak- anak ketika di rumah. Anak akan melihat dan meniru dari apa
yang mereka lihat setiap hari. Apa yang dilakukan orang tua, akan dilihat dan
di iikuti oleh anak- anak. Contoh kecil di rumah kami adalah kebiasaan
mengumpulkan botol plastik dan kresek bekas. Ketika mereka menemukan palstik
kresek atau botol plastik yang sudah kosong, mereka akan mengumpulkan di tempat
yang saya sediakan.
Belajar
dengan pengalaman langsung disebut juga dengan Social Learning. Bandura (1971) menyampaikan bahwa dalam sistem pembelajaran
sosial, pola perilaku baru dapat diterapkan melalui pengalaman langsung atau
dengan mengamati perilaku orang lain. Dasar dari pembelajaran, berakar pada
pengalaman langsung. Sebagian besar diatur oleh konsekuensi penghargaan dan
hukuman yang mengikuti tindakan apa pun yang diberikan. Orang-orang berulang
kali dihadapkan dengan situasi-situasi di mana mereka membuat kesepakatan
dengan satu atau lain cara.
Pada
awalnya saya berusaha sendiri, kemudian diikuti suami. Saya sengaja tidak
memaksakan anak untuk langsung mengikuti apa yang kami inginkan. Masa anak-
anak yang kritis membuat mereka penasaran jika ada hal baru. Mereka akan
melihat, bertanya, kemudian mengikuti langkah orang tuanya tanpa perlu paksaan
dan secara sukarela.
Memberikan
keteladanan anak dalam hal menjaga lingkungan memang tidak mudah. Kiat- kiat yang saya lakukan untuk anak- anak guna membangun
kepedulian lingkungan di rumah adalah :
1)
Membiasakan membuang
sampah pada tempatnya.
Dengan
memberi motivasi bahwa membuang sampah pada tempatnya akan membuat rumah bersih
dan di sayang Allah. Rumah yang bersih tidak akan dipakai untuk bersarang
nyamuk, kecoa, dan tikus.
2)
Mengumpulkan
buku sekolah, majalah, dan kertas yang
tidak digunakan dalam sebuah rak khusus.
Jika
rak sudah penuh, saya ajak mereka menyortir yang masih bisa dipakai dan tidak.
Yang tidak dipakai lagi saya masukkan ke kardus untuk disetorkan ke bank
sampah.
3)
Memilah
sampah.
Mereka
harus membawa pulang botol plastik jika terpaksa membeli di sekolah atau
diluar. Botol plastik dimasukkan ke karung, sedangkan plastik kresek bekas bungkus
dimasukkan ke kresek besar. Saya sampaikan jika nanti sampah- sampah tersebut
bisa menjadi uang dan tabungan mereka
Ketiga kiat tersebut
jika bisa dilaksanakan secara konsisten maka akan menumbuhkan sikap disiplin
pada anak, mencintai kebersihan dan peduli dengan lingkungan. Sebagai orang
tua, saya juga menyadari jika semua ada prosesnya. Harapan saya, dalam keluarga
akan saling memberi contoh yang baik. Saya dan suami memberi contoh pada anak,
anak pertama akan memberi contoh kepada adik- adiknya
Referensi :
- Nasrun,
Kurniawan, E., Sari, I. (2015). Jurnal
Energi Elestrik: Pengelolaan Limbah Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi
Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisi. Volume IV (1)
- National
Geographic Indonesia.com. (2016, 15 April). Tas Tangan Berbahan Plastik dari
Jogja Mendunia . Diakses pada 15 Juni 2020, dari https://nationalgeographic.grid.id/read/13304844/tas-tangan-berbahan-plastik-dari-jogja-mendunia
- Shinta,
A. (2019). PENGUATAN PENDIDIKAN PRO-LINGKUNGAN
HIDUP Di Sekolah-Sekolah Untuk Meningkatkan Kepedulian Generasi Muda Pada
Lingkungan Hidup. Yogyakarta : Best Publisher
- Bandura,
A. (1971). Social Learning Theory.
New York : General Learning Press
0 komentar:
Posting Komentar