Ujian Akhir Semester Psikologi
Sosial Semester Genap 2019/2020
Ingga Octiana (19310410007)
Dosen pengampu : Dr., Dra. Arundati shinta MA
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Metode penilaian Pro kontra new
normal dimasa pandemi Covid-19
Dalam masa Pandemi Covid-19 Pemerintah menerapakan
Physical Distancing untuk masyarakat luas segala sesuatunya kita lakukan secara
Online ini sangat berpengaruh pada kegiatan kehidupan kesahiran, sekolah,
kuliah hingga perekonomian pun memburuk banyaknya usaha offline yang tutup
bahkan ada yang bangkrut dan tidak bisa membuka usahanya lagi akibat wabah ini.
Akibat dari Physical Distancing menyebabkan semua
kegiatan sosial yang ada selama ini dihentikan sementara. Namun Sementara ini pemerintah
mulai memberlakukan new normal pasti akan ada perbedaan pendapat pada
masyarakat ada yang kontra (mendukung) dan ada yang prokontra ( tidak mendukung)
untuk mengetahui seberapa besar perbedaan yang ada beberapa metode pengambilan
data yang dapat digunakan dalam psikologi sosial yaitu :
https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrwJU2YLOdei3kAI6Z.HYpQ;_ylu=X3oDMTBtdXBkbHJyBHNlYwNmcC1hdHRyaWIEc2xrA3J1cmw-/RV=2/RE=1592237336/RO=11/RU=https%3a%2f%2fmagazine.job-like.com%2fcara-sederhana-meningkatkan-kemampuan-teknis-saat-mengikuti-wawancara-kerja%2f/RK=2/RS=yU5qQnjX5AB4H.x7GkrMcHe4Og0-
Menurut Anas Sudijono, 2012 Wawancara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya
jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Metode Wawancara merupakan kegiatan yang dilakukan dua
orang untuk bisa mendapatkan informasi yang relevan dengan penelitian. cara
pengumpulan data melalui sebuah percakapan langsung atau berhadapan muka untuk mendapatkan keterangan atau pendirian
responden. Metode wawancara kemudian terbagi menjadi Tiga yaitu Wawancara untuk Penelitian, Wawancara
tidak berstruktur, dan Wawancara berstruktur.
Wawancara berstruktur Wawancara terpimpin
dikenal dengan istilah wawancara berstruktur atau wawancara sistematis. Bentuk
wawancara berstruktur, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai
dengan apa yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan sudah direncanakan secara rinci dan jelas dan dijadikan sebagai
pedoman wawancara. Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab
lisan dengan pihak-pihak yang diperlukan, misalnya wawancara dengan peserta
didik, orang tua, atau wali murid dalam rangka menghimpun bahan-bahan
keterangan untuk penilaian terhadap peserta didiknya
Wawancara tidak berstruktur Wawancara tidak terpimpin dikenal dengan
istilah wawancara sederhana atau wawancara tidak berstruktur, atau wawancara
bebas. Bentuk pertanyaan tak berstruktur, yaitu pertanyaan yang bersifat
terbuka. Peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan
semacam ini tidak memberi struktur jawaban kepada peserta didik karena jawaban
dalam pertanyaan itu bebas. Dalam wawancara tidak berstruktur, evaluator
mengajukan pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan
oleh pedoman tertentu.
Wawancara untuk Penelitian Wawancara ini
bisa mengunakan kedua metode wawancara yaitu wawancara berstruktur atau
wawancara tidak berstruktur berisikan data-data yang ingin dikumpulkan untuk
penelitian. Dalam tahapan persiapan wawancara terdiri dari Menentukan maksud atau
tujuan wawancara “topik wawancara. Menentukan informasi yang akan dikumpulkan
atau didata. Memilih instansi atau orang-orang yang akan dijadikan sebagai
narasumber yang dapat memberikan informasi keterangan atau data yang
diperlukan. Menghubungi narasumber sebelum wawancara dilaksanakan sekaligus
merundingkan dengan mereka hal-hal yang berkaitan dengan teknik pelaksanaan
wawancara misalnya mengenai waktu, tempat dan sebagainya. Dan menyusun daftar
pertanyaan yang akan digunakan dalam pelaksanaan wawancara.
Wawancara memiliki kelebihan. Dapat
berkomunikasi secara langsung kepada peserta didik sehingga informasi yang
diperoleh dapat diketahui objektivitasnya, Dapat memperbaiki proses dan hasil
belajar, Pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis, dan personal,Memungkinkan
untuk mengajukan banyak pertanyaan yang memerlukan waktu yang panjang. Memungkinkan
bagi pewawancara untuk memahami kompleksitas masalah dan menjelaskan maksud
penelitian kepada responden. Partisipasi responden lebih tinggi dibandingkan
teknik kuesioner.
Namun wawancara juga memiliki kelemahan
antara lain sebagai berikut, Jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka
proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya. Adakalanya
terjadi wawancara yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang dapat memenuhi apa yang
diharapkan, Situasi wawancara mudah dipengaruhi lingkungan sekitar, Menuntut
penguasaan keterampilan bahasa yang baik dari interviewer. Adanya pengaruh
subyektif pewawancara yang dapat mempengaruhi hasil wawancara. Adanya pengaruh
subjektifitas dari interviewer terhadap hasil wawancara, dan Sering timbul
sikap yang kurang baik dari peserta didik yang diwawacarai dan sikap overaction
dari guru sebagai pewawancara.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang
mungkin terdapat dalam wawancara, adapun upaya-upaya untuk mengatasinya adalah
:
Kondisikan keadaan agar lebih baik sehingga tidak terpengaruh keadaan
lingkungan yang kurang baik. Bahasa yang digunakan bisa disesuaikan dengan
klien agar klien mengerti dan faham. Minimalkan waktu, tenaga, dan biaya yang
ada.
Metode Angket / Kuesioner
Kuisioner atau angket biasanya digunakan
sebagai alat penelitian untuk survei atau pencarian menggunakan pendekatan
kuantitatif. Kuesioner dapat terdiri dari dua pertanyaan; pertanyaan tertutup
dan terbuka. Kuesioner dengan pertanyaan tertutup menawarkan kemungkinan kepada
responden untuk memilih jawaban yang telah disebutkan dalam kuesioner. Pertanyaan
terbuka menawarkan kesempatan kepada pembaca untuk menuliskan jawaban mereka
sendiri. Tidak ada standar baku mengenai struktur kuesioner. Namun, kuesioner
setidaknya harus berisi identitas dan pertanyaan penelitian. Perlu dicatat
bahwa identitas responden tidak boleh menjadi identitas aslinya. Bahkan dalam
beberapa penelitian tidak perlu menuliskan nama responden untuk melindungi
kerahasiaan responden dan untuk mendukung etika penelitian.
Identitas
responden yang umumnya dicatat adalah usia, jenis kelamin, tahun kelahiran, dan
variabel lain yang berguna untuk analisis. Jadi Angket bisa menjadi data yang
dianggap valid namun keabsahannya tidak pernah ada yang mengetahuinya. Karena
data yang dibuat bisa dimanipulasi, yang termasuk psikotes adalah Tes Army Alpha, Tes Efektifitas Diri,
Tes Enneagram, Tes EPPS, Tes MBTI, Tes Ketelitian, Tes Kode dan Ingatan, Tes
TPA (Kuantitatif, Logika, Verbal & Spasial), Tes MAPP, Tes Motivasi
Kepemimpinan, Tes Motivasi, Tes Koran Pauli, Tes Skala Kematangan (TSK), Tes
Kerjasama dan Tes Potensi Sukses.
Self-report
Self-report adalah salah satu bentuk tes
kepribadian dimana responden memberikan informasi tentang dirinya sendiri
dengan cara menjawab sejumlah pertanyaan, menuliskan pada catatan pribadi atau
melaporkan berbagai pemikiran danatau perilaku Cohen dkk., 2005. Self-report
digunakan untuk mengukur ciri khusus dari seseorang seperti aspek emosi,
motivasi dan sikap. Self-report juga dikenal dengan sebutan self-report
inventory di mana istilah “inventori” digunakan karena hasil pengukuran yang
diperoleh berasal dari jawaban pada serangkaian pertanyaan atau pernyataan
responden mengenai dirinya sendiri Markam, 2005. Self-report dianggap sebagai
kuesioner karena pada dasarnya pembuatan self-report ini disusun dengan teknik pembuatan
kuesioner Anastasi dan Urbina, 1997. 10. Self-report meiliki tiga metode yaitu :
angket,( sebagai alat penelitian untuk survei atau
pencarian menggunakan pendekatan kuantitatif.)
sekala rating, (responden memberikan peringkat untuk suatu
variabel)
Sosiometri. (Bimo Walgito, 1987 Metode sosiometri dalam
psikologi sosial ialah metode untuk dapat melihat bagaimana hubungan sosial
atau hubungan berindividu individu)
Metode-metode diatas tersebut dapat kita gunakan untuk mengetahui bagaimana
responsif masyarakat tentang diberlakukannya New Normal yang diterapkan oleh
Pemerintah.
PPT Psikologi Sosial Pertemuan ke-5
0 komentar:
Posting Komentar