UJIAN
AKHIR PSIKOLOGI SOSIAL
(Semester
Genap 2019/2020)
KHARISMA
AYU MUTIARA DEWI
19310410070
Arundati
Shinta (NIK. 1.60 / DY / UP45)
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Saat ini di Indonesia sudah tidak
asing lagi bagi kita perilaku remaja yaitu perilaku pacaran. Pacaran merupakan
proses menyatukan antara dua insan manusia yang masih berada dalam rangakaian
tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan yang lebih serius yaitu pernikahan.
Kita sering melihat remaja remaja yang sedang berpacaran di taman atau tempat
tempat yang romantis. Berpegangan tangan, memberikan perhatian yang lebih
dengan cara pacaran mereka tanpa melihat situsi. Atau yang sering kita ucapkan
adalah seakan dunia milik mereka berdua.
Baik
pria maupun wanita jika sudah terbuai dengan kata kata atau terlalu cinta dengan
lawan jenis pasangan. Apapun mereka akan
lakukan atau menerima perilaku pasangan tanpa memerdulikan resikonya
atau bahasa remaja saat ini adalah BUCIN. Yang lebih sering bucin
terhadap pasangan adalah seorang wanita. Wanita rela mendapatkan apapun, mulai
dari perilaku atau melakukan apapun untuk pasangannya. Demi bersama pasangannya
dan selagi pasangannya bahagia. Apalagi yang sudah lama berpacaran. Ada pernyataan
bahwa “Pacaran yang berjangka lama yang didepannya manis tetapi lama kelamaan
akan muncul sifat/perilaku aslinya”. Lalu bagaimana jika perilaku
agresif yang dia dapatkan sebagai perilaku aslinya? Bagaimana itu terjadi? Apa yang
harus dia lakukan jika mendapatkan perlakuan seperti itu?
Scheneiders
(1955) mengartikan perilaku agresif sebagai luapan emosi atas reaksi terhadap
kegagalan individu yang ditunjukkan dalam bentuk perusakan terhadap orang
atau
benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan
perilaku non-verbal. Sars (1985) beranggapan bahwa agresi merupakan setiap
perilaku yang bertujuan menyakiti orang lain, atau adanya perasaan ingin
menyakiti orang lain yang ada dalam diri seseorang. Sedangkan Moore dan Fine (dalam
Koeswara, 1988) memandang perilaku agresif sebagai tingkah laku kekerasan. Secara
fisik ataupun verbal terhadap individu atau objek-obejek lain.
Kasus
kekerasan pada perempuan sudah tercatat oleh Komnas Prempuan (Ridwan, 2006)
sebanyak 3169 kasus kekerasan terhadap perempuan, kaum perempuan paling banyak
mengalami kekerasan dan pengani ayaan oleh orang orang terdekatnya (40%) serta
tindak perkosaan dikomunitasnya sendiri (32%) dari 14 daerah yang tercatat di
Indonesia. Pola ini berlaku dikota kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta,
di daerah yang miskin dan penuh konflik, maupun di daerah yang diwarnai
kedinamisan ekonomi serta budaya seperti Surabaya dan Sulawesi Selatan.
Kekerasan
dalam pacaran (KDP) atau Dating Violence
biasanya berasal dari faktor pengalaman kekerasan dalam keluarga. Yaitu ketika
remaja tersebut melihat kekerasan ayahnya terhadap ibunya atau diri sendiri
yang selalu mendapatkan kekersan dari keluarganya. Pengalaman kekerasan inilah
yang membuat remaja tersebut akan memebentuk karakter atau kepribadian dalam
dirinya bahwa kekerasan merupakan suatu hal yang wajar untuk dilakukan dan
tertanam dalam diri individu. Jika hal tersebut terjadi maka dalam diri
individu tersebut terdapat gangguan kepribadian. Remaja tersebut akan menirukan
hal tersebut jika pasangannya melakukan kesalahan yang membuatnya sangat marah.
Yang kedua adalah faktor dari remaja yang sering melihat konten kekerasan di
media online. Tayangan pada media seperti tayangan film juga
sedikitnya memberikan kontribusi terhadap munculnya perilaku agresif terhadap
pasangan. Tayangan kekerasan yang sering muncul dalam adegan sensual dalam film
tertentu dapat memicu tindakan kekerasan terhadap pasangan. Penelitian yang
dilakukan psikolog Albert Bandura mengenai paparan kekerasan di media dengan
sikap agresif anak menemukan keterkaitan antara paparan kekerasan di media
saat masa kanak-kanak dan serangkaian masalah di masa dewasa. Misalnya, orang
yang sejak kecil sudah terpapar tayangan kekerasan di televisi secara intens
dua kali lebih mungkin untuk menyiksa pasangan mereka secara fisik dibandingkan
dengan mereka yang kurang terpapar.
Seperti
yang sudah kita ketahui kekerasan ini bisa berbetuk fisik maupun verbal. Fisik seperti
memukul, menjambak, menampar yang berkaitan dengan fisik manusia atau anggota
tubuh. Sedangkan secara verbal atau simbolis berupa kata-kata
kasar, kata-kata tidak layak dengar kata makian, hinaan, mengancam, dan
membatasi pergaulan. Lalu kenapa wanita yang sudah diperlakukan kekerasan masih
bertahan? Karena mereka mendapatkan ancaman dari pria seperti contoh “Kalau kamu masih bertemu dengan cowok lain.
Jangan harap hubungan kita masih berlangsung! Ngerti!” atau kalimat “Kamu jangan kebanyakan bacod. Kamu mau apa
nggk!” wanita tersebut menerima karna kembali kagi pia itu adalah pacarnya
dan berpikiran dia bisa berubah.
Kepribadian
seseorang ada yang bisa dirubah namun ada juga yang tidak bisa dirubah. Jika
tidak berubah apakah harus bersama selamanya? Ini malah akan merusak diri
wanita sendiri. Yang bisa berakibat trauma kepada Pria dan enggan untuk dekat atau
pacaran lagi dengan pria. Maka dari itu putuskan pria tersebut dan mencari yang
lain. Adapun pencegahan untuk kekerasan dalam pacaran. Cohen dan Wills (1985)
mengklasifikasikan dukungan sosial dalam lima kategori yaitu: pertama yaitu
emotional support, yang meliputi ekspresi empati, peduli, dan perhatian terhadap
orang lain. Kedua yaitu esteem support, bentuk dukungan ini berupa penghargaan
positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu,
dan perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini
membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi. Ketiga yaitu
tangible or instrumental support, bentuk dukungan ini merupakan penyediaan
materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang,
pemberian barang, makanan, serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi
kecemasan karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan
dengan materi. Keempat yaitu informational support, bentuk dukungan ini
melibatkan pemberian informasi, pengetahuan, petunjuk, saran atau umpan balik
tentang situasi, dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat
menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.
Kelima yaitu network support, bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa
menjadi anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas
sosial dengan kelompok. Dengan begitu individu akan memiliki perasaan senasib
(Sarafino & Smith, 2002).
Yang
paling penting adalah dukungan dari keluarga yaitu dalam membangun interaksi
dengan lawan jenis yang lebih sehat dan konstruktif. Dalam ini significant
others tidak memiliki korelasi dengan kecenderungan perilaku kekerasan dalam
berpacaran. Hal ini mungkin dikarenakan oleh significant others bukanlah seseorang
yang memiliki dampak langsung dalam kehidupan remaja. Seperti memberi perhatian
dan meningkatkan komunikasi yang baik dengan anak remajanya agar mereka dapat
terbuka ketika anak ingin bercerita hal apapun pada orang tua terutama masalah
pacar agar anak tidak merasa segan atau takut.
Daftar Pustaka
Susantyo,
B. (2011). MEMAHAMI PERILAKU AGRESIF: Sebuah
Tinjauan Konseptual. Informasi, Vol. 16 No. 03.
Febryana,
R & Aristi, D. (2019). Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Tindakan Kekerasan dalam Pacaran pada Siswa SMA. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol.8 No. 3: 123-129. DOI: 10.33221/jikm.v8i03.352.
Khaninah,
A. N & Widjanarko, M. (2016). PERILAKU
AGRESIF YANG DIALAMI KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN. Jurnal Psikologi Undip.
Vol.15 No.2. 151-160.
Mardiah,
A., Satriana, D. P & Syahriati, E. (2017). PERANAN DUKUNGAN SOSIAL DALAM MENCEGAH KEKERASAN DALAM PACARAN: STUDI
KORELASI PADA REMAJA DI JAKARTA. Jurnal Psikologi Ulayat. Vol. 4 No. 1. Hlm.
29-42
Referensi
gambar
https://www.popbela.com/relationship/dating/popbelacom-1/mitos-pacaran-hubungan-yang-jarang-dipahami
(Diakses pada tanggal 14 Juni 2020)
https://hellosehat.com/hidup-sehat/seks-asmara/penyebab-kekerasan-dalam-pacaran/
(Diakses pada tanggal 14 Juni 2020)
https://www.idntimes.com/life/relationship/fera/kamu-mengalami-kekerasan-dalam-pacaran-jangan-diam
(Diakses pada tanggal 14 Juni 2020)
0 komentar:
Posting Komentar