"Tahap Tersulit Menjadi Seorang FANS adalah Saat Kamu Benar-Benar Mencintai Idol mu Sendiri"
Sekar Pramesthi Armindariani / 19310410072
Dr. Arundanti Shinta. M.A
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Globalisasi dan kemajuan teknologi
menjadi faktor pendukung untuk terjadinya pertukaran informasi dan budaya dari
negara-negara yang berbeda. Korea
Selatan pada kurun waktu terakhir ini telah berhasil menyebarkan produk budaya
populernya ke dunia internasional. Berbagai produk budaya Korea mulai dari
drama, film, lagu, fashion, gaya hidup dilepaskan dari keberadaan media masa
seperti internet, Facebook, twitter, youtube, dan sebagainya, bahkan bisa
dikatakan bahwa media masa adalah saluran utama penggerak Korean Wave.
Meningkatnya popularitas budaya populer Korea di dunia internasional banyak
mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia, tidak terkecuali masyarakat Indonesia.
Fenomena ‘Korean Wave’ atau ’Hallyu’ yang saat ini sedang melanda Indonesia
banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya kawulan muda atau anak
remaja (Wijayanti, 2012).
(Sumber Gambar: Punya Pribadi)
Menyebarnya budaya Korea terutama di
bidang musik, sering disebut dengan fenomena Kpop yang juga digemari oleh
masyarakat Indonesia. Istilah K-pop secara luas digunakan untuk menjelaskan
aliran-aliran musik gabungan dari genre-genre musik yang ada. K-pop identik
dengan sekelompok perempuan atau laki-laki yang berada di bawah naungan suatu
manajemen, yang biasanya disebut dengan sebutan boyband dan girlband. 2NE1,
EXO, GOT7, Girl’s Generations adalah beberapa nama boyband dan girlband Korea
yang terkenal di Asia maupun Eropa
(Nugraini, 2016).
Seiring dengan budaya K-pop yang
semakin mendunia, memunculkan adanya komunitas penggemar K-pop, yang sering
disebut fandom (Nugraini, 2016). Fandom adalah istilah yang digunakan untuk
mengartikan sebuah subkultur, berbagai hal dan berbagai kegiatan yang berkenaan
dengan penggemar dan kegemarannya (Hollows, 2010). Komunitas penggemar tersebut
terbagi dalam fandom-fandom sesuai dengan boyband atau girlband idola. Beberapa
nama fandom seperti EXO-L yang merupakan salah satu nama fandom dari boygroup
EXO, dan A.R.M.Y untuk boygroup BTS, sedangkan untuk girlgroup terdapat fandom
SONE untuk girlgroup SNSD, fandom Blackjacks untuk girlgroup 2NE1, dan
fandom-fandom lainnya dari setiap boygroup dan girlgroup yang belakangan ini
semakin banyak bermunculan. Saat tergabung di dalam fandom, aktivitas penggemar
menjadi lebih luas dan mendalam karena adanya pengalaman secara kolektif,
dimana kegiatan bersama yang dilakukan dengan fandom juga sering memunculkan
perilaku agresif.
Perilaku agresif adalah tindakan
yang dilakukan dengan maksud melukai, menyakiti, mencelakakan ataupun merusak
yang menimbulkan kerugian secara fisik atau psikologis pada seseorang ataupun
mengakibatkan kerusakan pada benda (Bukhori, 2008).
Perilaku agresif yang dilakukan oleh
penggemar didorong oleh fanatisme. Hal ini seringkali berbuah pertikaian dan
perkelahian, fanatisme juga dipandang sebagai penyebab menguatnya perilaku
kelompok yang menimbulkan perilaku agresif (Ancok & Suroso,2011).
Sedangan fanatisme
didefinisikan sebagai pengabdian yang luar biasa untuk sebuah objek, di mana
"pengabdian" terdiri dari gairah, keintiman, dan dedikasi, dan
"luar biasa" berarti melampaui, rata-rata biasa yang biasa, atau
tingkat. objek dapat mengacu pada sebuah merek, produk, orang (misalnya
selebriti), acara televisi, atau kegiatan konsumsi lainnya. Fanatik cenderung
bersikeras terhadap ide-ide mereka yang menganggap diri sendiri atau kelompok
mereka benar dan mengabaikan semua fakta atau argumen yang mungkin bertentangan
dengan pikiran atau keyakinan (Chung, Beverland, Farrelly & Quester,
2008).
Oleh karena itu banyak kasus yang melibatkan idol dengan sesaeng.
Tidak hanya mencampuri kehidupan idol Kpop, posesif tetapi hingga membahayakan
idol tersebut. Artis Korea yang populer memiliki
sasaeng fans sekitar 500-1.000 orang. Dan lebih parahnya lagi, sekitar 100
penggemar mengikuti secara aktif kemanapun artis itu pergi setiap harinya. Didunia
hiburan Korea Selatan, girlgroup atau boygroup adalah
sasaran empuk sasaeng fans. Jika sasaeng fans mendapatkan nomor telepon artis,
maka ia akan menghubungi dan mengirim pesan pribadi secara terus menerus. Jika
sasaeng fans mendapatkan alamat tempat tinggalnya, maka ia akan menyelinap
masuk, memotret artis ketika sedang tidur, mengambil pakaian dalam, dan
tindakan jahat lainnya. Tidak hanya dengan idolnya sesang fans juga kerap
bertindak kasar terhadap fans kpop lainya. Hal ini memicu rasa was-was pada
idol dan tekanan hingga mebuat idol
stres. Fenomena budaya populer Korea yang melahirkan konformitas dan
fanatisme pada Korean Wave hal ini karena sikap remaja yang terkadang lebih
mengagungkan budaya populer Korea dari pada budaya dalam negeri menunjukkan
bahwasanya budaya Pop Korea secara tidak disadari telah menimbulkan fenomena
dikalangan remaja.
(Sumber Gambar: Pribadi)
Bagi penggemar idola K-pop
diharapkan agar lebih bijaksana dalam berperilaku sebagai penggemar. Kecintaan
kepada idola bukanlah hal yang buruk, namun bila dilakukan secara berlebihan
akan memicu perilaku agresif. Walaupun agresif verbal di media sosial tidak melukai
secara fisik, tetapi akan berdampak secara psikologis bagi korban agresi.
Refernsi
Wijayanti, A. A. (2012). Hallyu: Youngstres Fanaticism of Korean
Pop Culture (Study of Hallyu Fans Yogyakarta City). Journal of Sociology. 3
(3), 1-24.
Hollows, J. (2010). Feminisme,
feminitas dan budaya populer. Yogyakarta: Jalasutra.
Chung, E., Beverland, M., Farrelly, F., & Quester, P. (2008).
Exploring consumer fanaticism: Extraordinary devotion in the consumption
context. Journal of Advances in Consumer Research. 35 (4), 333-340.
Nugraini, E. D. (2016). Fanatisme
remaja terhadap musik populer korea dalam perspektif psikologi sufistik (Studi
kasus terhadap EXO-L) (skripsi). Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo. Semarang.
artikel yang sangat menarik, saya setuju dengan mbak sekar. Terima kasih mbak Sekar :)
BalasHapus