Novia
Zahra Zakiah(19310410025)
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Fx.
Wahyu Widiantoro,
S.Psi., M.A
Beredarnya
berita mengenai warga Indonesia yang terjangkit virus corona mengakibatkan masyarakat
mengalami kecemasan yang berlebihan hingga terjadi panic buying yaitu perilaku
masyarakat dengan memborong masker, hand sanitizer dan
sembako (detik.com, 19 maret 2020).
Covid-19
yang lebih dikenal sebagai coronavirus
disease sedang menjadi perbincangan hangat diseluruh dunia. Virus yang
muncul pada akhir tahun 2019 ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China.
Penularan virus ini tergolong sangat cepat, sehingga setiap harinya pasien yang
terinfeksi semakin banyak.
Selain
China, kini puluhan negara lainnya telah mengkonfirmasi adanya infeksi virus corona. Hal itu membuat warga di negara
tersebut panik dan cemas. Terutama dengan adanya berita-berita jumlah pasien
yang terinfeksi. Kepanikan warga semakin meningkat dengan begitu banyaknya
berita hoax yang tersebar di media online. Menurut Vasilis K. Pozios,M.D.(psikiater forensik), mengatakan bahwa hoax dapat menimbulkan perasaan marah bahkan depresi (health.grid.id., 19 maret 2020).
Panic buying
pun mulai mereda, beberapa toko swalayan dan tempat-tempat ramai di Yogyakarta
mulai sepi karena ketakutan masyarakat untuk keluar rumah. Beberapa masyarakat setempat merasa takut
untuk berkomunikasi dengan orang asing. Fenomena-fenomena yang terjadi ini
merupakan kecemasan berlebihan yang disebabkan oleh berita hoax dan kurang
luasnya sudut pandang masyarakat terhadap berita yang beredar di media online. Penting bagi masyarakat untuk
mengatur perspektif pada saat membaca sebuah berita agar tidak terjadi
kecemasan yang berlebihan (CNN Indonesia, 19 maret 2020).
Beberapa
sekolah, kampus dan kantor di Yogyakarta juga diberlakukan sistem
belajar/bekerja di rumah. Aktivitas dilakukan melalui media online. Hal ini sebagai upaya pemerintah
untuk mencegah penyebaran virus yang semakin hari semakin meningkat.
Kepanikan
dan kecemasan yang berkelanjutan akan menjadi sumber dari timbulnya stress. Stress yang berkepanjangan dapat
menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit degeneratif serta menurunnya
kekebalan tubuh yang berpotensi membuat seseorang mudah sakit (Tempo, 19 maret
2020).
Saat
ini sikap solidaritas yang bisa kita terapkan yaitu dengan mencegah dan
memutuskan rantai penyebaran virus tersebut. Bagaimana caranya? Yaitu dengan
menerapkan pola hidup sehat agar sistem kekebalan tubuh kita terus stabil.
Melakukan olahraga dengan rutin dapat dilakukan juga untuk mengurangi stress
(Tempo, 19 maret 2020).
Baik
bila olahraga dilakukan saat pagi hari, saat belum ada kegiatan masyarakat yang
membuat jalanan ramai dan membuat udara terkontaminasi oleh polusi. kita juga
bisa melakukan praktik merawat diri sendiri atau self care untuk mengurangi kecemasan dan kepanikan yang terjadi.
Membiasakan
mencuci tangan dan kaki saat setelah melakukan kegiatan di tempat umum. Usahakan
untuk mencuci tangan sesering mungkin, karena rata-rata semua kegiatan yang
kita lakukan menggunakan tangan kita. Jangan sampai kita makan dalam keadaan
tangan yang kotor. Karena bisa saja virus dan bakteri terdapat ditangan kita
dan masuk ke dalam tubuh saat kita memakan sesuatu.
REFERENSI:
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200226142122-255-478341/4-cara-hadapi-cemas-akibat-virus-corona
(diakses pada 19 maret 2020)
https://gaya.tempo.co/read/1318601/psikolog-stres-karena-virus-corona-redakan-dengan-olahraga
(diakses pada 19 maret 2020)
https://health.grid.id/read/352060470/wabah-virus-corona-covid-19-mengancam-kesehatan-mental-juga-akibat-banyaknya-berita-hoax?page=all
(diakses pada 19 maret 2020)
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4927996/pandangan-psikolog-tentang-panic-buying-gegara-virus-corona
(diakses pada 19 maret 2020)
0 komentar:
Posting Komentar