Covid-19
: Panic buying bukan solusi
Herlinda Desi Anggraini/19310410008
Fakultas Psikologi Universitas Prokamasi’45
Yogyakarta
Dosen Pembimbing :
Fx.
Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A.
Dr. Arundati Shinta, M.A.
Dr. Arundati Shinta, M.A.
Covid-19 atau virus Corona disebabkan
oleh coronavirus. Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi
sistem pernafasan. Batuk, pilek, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala
merupakan gejala-gejala yang muncul ketika seseorang terinfeksi virus Corona.
Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina ini, kini sudah menyebar di
Indonesia, yang menyebabkan masyarakat Indonesia melakukan tindakan panic buying.
Panic
buying adalah tindakan berbelanja atau membeli barang secara
besar-besaran yang dilakukan untuk mencukupi persediaan barang-barang. Di
Indonesia sendiri barang yang banyak dibeli adalah masker, hand sanitizer, dan bahan pangan. Apakah tindakan ini menjadi
solusi untuk menghadapi virus Corona? Tentu saja tidak. Karena tindakan panic buying ini menyebabkan beberapa
barang tadi menjadi sulit ditemukan. Bahkan, karena permintaan barang tersebut
meningkat mengakibatkan harga barang menjadi tinggi.
Tindakan panic buying ini merupakan tindakan psikologis ketika menghadapi
ketakutan dan ketidakpastian saat menghadapi suatu ancaman. Ketika kita
menghadapi ancaman seperti virus Corona saat ini, otak akan bereaksi dan
memproses rasa takut beserta emosi menjadi aktif. Aktivasi tinggi ini yang
menghambat kita tidak bisa berfikir rasional. Tindakan seperti ini harus di
antisipasi mulai dari diri kita sendiri. Dengan menyadari bahwa kebutuhan yang
kita beli secara berlebihan bahkan sampai menimbun barang tersebut adalah
tindakan yang tidak seharusnya dilakukan. Kita harus berfikir apabila kita
melakukan tindakan tersebut, orang lain akan timbul rasa khawatir apabila
barang-barang tersebut menjadi langka.
Contoh nyata yang sedang kita alami saat
ini, masyarakat di Indonesia banyak yang mengeluh tidak mendapatkan sisa masker
dan hand sanitizer yang terjual. Hal ini terjadi karena tindakan panic buying tersebut. Terjadinya panic buying di dorong oleh berita hoax dari media sosial yang membuat
masyarakat di Indonesia semakin takut. Oleh sebab itu, mari kita jangan
menyebarkan berita yang belum diketahui kebenarannya demi meminimalisir
tindakan panic buying.
Referensi :
https://kumparan.com/berita-hari-ini-/alasan-psikologis-fenomena-panic-buying-di-tengah-pandemi-corona-1t2Exiw9nc5
(diakses pada 21 Maret 2020)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBener tuh, orang mapan semakin kenyang, orang miskin semakin susah. Dan hoax2 yang beredar di grup2 itu. Parah sih, dalam sehari bisa ada berapa berita hoax sendiri. Yang mirisnya kadang malah ada tulisan yg intinya suruh nyebarin kalo ngga blablabla akan terjadi padamu. Coba lebih bijak dalam mengolah informasi ya temen temen :)
BalasHapusNice��
BalasHapus