SEMINAR NASIONAL
KESEHATAN JIWA
Ditulis oleh : Alia Nanda Rumekti
NIM : 19310410066
Dosen pembimbing : Bp. FX. Wahyu
Widiantoro, S. Psi., M. A.
Kesehatan Jiwa belakangan ini menjadi pembahasan yang
cukup hangat di kalangan masyarakat. Sejak diluncurkannya film Joker di layar
lebar, Kesehatan Jiwa seperti menjadi sorotan publik. Sorotan tersebut kemudian
memunculkan gerakan dan kegiatan-kegiatan sebagai bentuk dukungan terhadap
kesehatan jiwa. Hal ini pula yang memotivasi saya untuk memilih jurusan di
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
Salah
satu kegiatan yang telah
saya ikuti sebagai mahasiswa semester awal di Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta yaitu Seminar Nasional Kesehatan Jiwa. Pada tanggal 09 Oktober
2019, dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, RSJD. DR. RM.
Soedjarwadi, Klaten, Jawa Tengah, mengadakan Seminar Nasional Kesehatan jiwa
yang dilaksanakan di Ruang Ondrowino RSJD. DR. RM. Soedjarwadi, Klaten, Jawa
Tengah. Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa, tenaga kesehatan, tenaga
pendidikan, dan beberapa berasal dari profesi lainnya. Seminar Nasional yang
mengangkat tema “Model Deteksi Faktor Risiko Bunuh Diri Remaja Sebagai Upaya
Persiapan Sumber Daya Manusia Unggul Indonesia” ini menghadirkan beberapa
narasumber diantaranya Benny Prawira Siauw, M. Psi dan Dr. dr. Nova Riyanti
Yusuf, SpKJ.
Benny
Prawira Siauw, M. Psi adalah Head
Coordinator dari Into The Light Indonesia. Dalam
kesempatan tersebut beliau menyampaikan materi yang berjudul Suicide Prevention : A Psychological
Perspective. Dalam materinya beliau menyatakan bahwa perilaku bunuh diri
berawal dari pemikiran hendak mengakhiri hidup dengan metode yang dapat
mematikan dan dilakukan dengan sengaja. Beliau juga menyajikan sebuah data
penelitian bunuh diri dalam rentang usia 13 sampai 15 tahun dan 18 sampai 30
tahun. Berdasarkan data yang disajikan tersebut dapat dilihat bahwa usia gawat
bunuh diri terletak pada rentang usia 13 sampai 15 tahun dengan nilai 12,3%
untuk ASEAN student. Sedangkan nilai
tertinggi untuk usia gawat bunuh diri pada kolom Indonesian student dengan nilai 6,9% terletak pada rentang usia 18
sampai 30 tahun.
Terdapat
berbagai faktor yang melatarbelakangi mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Diantaranya faktor pelecehan seksual, depresi, nilai atau IPK yang rendah,
keinginan untuk memiliki prestasi atau pencapaian yang tinggi, tinggal bersama
orangtua, dan lain sebagainya. Menurut Benny, tinggal bersama orangtua dapat
menjadi salah satu faktor penyebab stress
bahkan depresi karena sebagian orangtua sering memaksakan kehendak dan cita-cita
masa lalunya yang tidak tercapai kepada anaknya. Dan ada juga orangtua yang
tidak membuka ruang bicara sama sekali dengan anak. Stress menjadi pemicu
munculnya psychache. Psychache merupakan rasa sakit
psikologis atau emosional yang begitu intens hingga melewati ambang batas
toleransi seseorang. Psychache ini
dapat muncul saat vital needs tidak
terpenuhi.
Benny
juga menjelaskan bahwa depresi muncul melalui tiga pandangan diantaranya diri
sendiri, hidup atau lingkungan, dan masa depan. Kecenderungan seseorang yang
merasa dirinya tidak berguna, tidak menyenangkan, hidupnya penuh halangan,
merasa memiliki masa depan yang tidak baik, merasa masalah yang dihadapi tidak
kunjung selesai, memiliki risiko yang cukup tinggi untuk mengalami depresi.
Dalam kesempatan
tersebut, Benny juga membagikan pengetahuan tentang pencegahan bunuh diri
meliputi pencegahan universal (general
population) dan pencegahan selektif (specific
population). Untuk melengkapinya, Benny juga memberikan tanda peringatan
bunuh diri diantaranya membicarakan keinginan bunuh diri, mencari cara
mematikan untuk bunuh diri, putus asa akan masa depan, membenci dan menghujat
diri sendiri, mengatur segala hal untuk ditinggalkan, mengucapkan perpisahan,
menarik diri dari orang lain, dan melakukan perilaku yang merusak diri sendiri.
Selain
materi yang disampaikan oleh Benny Prawira Siauw, M. Psi, Seminar Nasional
Kesehatan Jiwa ini juga menampilkan materi dari Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf,
SpKJ. Beliau adalah Secretary General Of
Asian Federation Of Psychiatric Associations sekaligus Ketua Umum
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa DKI Jakarta. Dalam kesempatan
tersebut dr. Nova menyampaikan materi yang menjadi inti sekaligus tema dari
Seminar Nasional Kesehatan Jiwa ini, yaitu Model Deteksi Faktor Risiko Bunuh
Diri Remaja Sebagai Upaya Persiapapn Sumber Daya Manusia Unggul Indonesia. Dalam
materi tersebut, dr. Nova menyampaikan tentang Teori Philips et al (1995), yaitu 5 aspek yang
menunjukkan hubungan dua arah dengan ide bunuh diri, yaitu jejaring
interpersonal, lingkungan sosio-ekonomi, identitas sosial, sumber daya pribadi
dan stresor psikososial, faktor biologis dan status psikologis.
Disajikan
pula data tentang Sekolah Ramah Anak dan Standar Pelayanan Minimal. Pelaksanaan
Sekolah Ramah Anak dilengkapi dengan instrumen yang menyatakan sekolah tersebut
ramah anak, memaksimalkan fungsi guru BK atau Bimbingan Konseling, dan
pengadaan raport kesehatanku yang memuat rata-rata kesehatan mental dan fisik peserta didik.
Sebagai pelengkap materi yang disampaikan, dr. Nova juga membagikan pengetahuan
tentang 5 Future digital health system yang
dikutip dari WHO diantaranya sistem kesehatan akan responsif dan berkelanjutan,
peran tenaga medis dalam sistem kesehatan digital, pengobatan menjadi pencegahan,
sistem kesehatan digital dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan, dan
digitalisasi memungkinkan para profesional punya lebih banyak waktu
pembelajaran.
Seminar
Nasional Kesehatan Jiwa ini memberikan banyak pengetahuan baru bagi berbagai
kalangan meliputi pencegahan bunuh diri, tanda peringatan bunuh diri,
faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko bunuh diri, dan lain sebagainya.
Seminar Nasional Kesehatan Jiwa ini diharapkan dapat dilaksanakan secara rutin
setiap tahun. Karena selain menjadi wujud kepedulian terhadap kesehatan jiwa,
kegiatan ini dapat menjadi wadah bertukar pikiran antar berbagai kalangan dan
dapat memperkaya wawasan. Terima kasih kepada Fakultas Psikologi, kepada Bapak
Rektor, Ibu Dekan, dan Bapak-Ibu Dosen Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
sekalian yang telah memfasilitasi kami untuk terus mengembangkan potensi diri.
0 komentar:
Posting Komentar