Perilaku
Abnormal Menurut Teori Psikodinamika
I R W A N T O
NIM. 163104101125
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Perilaku Abnormal Menurut Teori Psikodinamika-Perilaku abnormal dapat dijelaskan
menurut kajian teori yang melatarbelakanginya. Perilaku abnormal menurut Teori
Psikodinamika terjadi karena dua hal, yaitu konflik psikologis yang tidak
disadari dan fiksasi pada tahapan perkembangan psikoseksual.
Perilaku Abnormal Menurut Teori Psikodinamika
Perilaku
abnormal mencerminkan simtom dari perlawanan dinamis dalam struktur
pikiran, yaitu adanya konflik antara id, ego, superego:
Id adalah struktur kepribadian yang
mengandung insting seksual dan agresif yang berada sepenuhnya pada lapisn tidak
sadar, dan tidak dapat menembus area sadar. Id memiliki kekuatan yang
mendorongnya ke arah penemuhan segera akan kebutuhan tersebut.
Ego adalah pusat kesadaran. Ego berfungsi memberikan kekuatan
mental untuk membuat penilaian, memori, persepsi, dan pengambilan keputusan
yang membantu individu untuk beradaptasi dan menghadapi tekanan dari realitas
yang ada di luar dirinya. Ego melibatkan proses penyelesaian masalah secara
rasional, berbeda dengan id yang tidak dapat membedakan fantasi dan realitas.
Meskipun ego adalah pusat kesadaran, namun ada pengalaman-pengalaman masa lalu
yang tidak menyenangkan yang tidak dimunculkan dalam kesadaran.
Superego adalah struktur kepribadian yang
melakukan kontrol terhadap usaha ego untuk memenuhi hasrat id. Sepurego meliputi juga ego ideal,
tentang bagaimana individu seharusnya bertingkah laku.
Ketidakseimbangan id, ego dan superego
Perilaku abnormal muncul karena interaksi antara id, ego,
dan superego tidak berjalan dalam titik keseimbangan, sebagai contoh insting
seksual akan berubah menjadi perilaku pemerkosaan apabila tidak ada superego
yang memberi kontrol. Maka, jika salah satu fungsi struktur kepribadian
tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, individu akan mengalami
kecenderungan mengembangkan perilaku abnormal.
Selain struktur kepribadian, teori psikodinamika juga
memperkenalkan tahapan perkembangan yang terdiri dari 5 fase atau lebih dikenal
dengan tahapan psikoseksual, yaitu:
- Oral (0 – 18 bulan), fase dengan pusat kenikmatan pada stimulasi mulut dan bibir. Perasaan puas timbul karena menyusu atau makan, dan menggigit apapun yang dimasukkan dalam mulutnya.
- Anal (18 bulan – 3 tahun), energi seksual berfokus pada stimulasi daerah anal, yaitu menahan atau mengeluarkan feses.
- Phallic (3 – 5 tahun), energi seksual terpusat pada area genital. Anak tertarik secara seksual pada orangtuanya, terutama yang berlawanan jenis.
- Latency (5 – 12 tahun), anak tertarik berinteraksi dengan sebayanya dan meniru perilaku dewasa yang berjenis kelamin sama. Seks tidak lagi menjadi fokus pada fase ini.
- Genital (12 tahun – usia dewasa), fase dimana terbentuk kembali dorongan seksual menjelang masa pubertas secara bijak.
Ketidakberhasilan
dalam menyelesaikan tahapan perkembangan dapat menjadi pencetus bagi munculnya
perilaku abnormal. Individu mengalami fiksasi sehingga terjebak dalam fase
perkembangan di usia anak-anak tersebut. Sebagai contoh anak mengalami fiksasi
pada fase anal, mengembangkan karakter yang ceroboh, impulsif, dan tidak terkontrol
yang menyebabkan munculnya perilaku abnormal.
Sumber
Halgin, Richard P. & Whitbourne,
Susan Krauss. 2012. Abnormal Psychology, Critical Perspectives on Psychological
Disorders. New York: Mc Graw-Hill.
Kring, Ann, M., Johnson, Sheri, L.,
Davison, Gerald, C., & Neale, John., M. (2010). Abnormal psychology-11th
edition (International Student Version). New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.
0 komentar:
Posting Komentar