Komunikasi
Penyuluhan
Ayo
Nonton TV Bersama Orang Tua
“Bahaya
Televisi Bagi Usia Dini”
NIM.
163104101125
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Media
televisi adalah program husus yang banyak diinikmati khalayak de seluruh dunia
dengan menampilkan tayangan yang sangat menarik . fungsi media televisi itu
sendiri adalah sebagai alat untuk menyampaikan informasi, dan memberikan
hiburan. Pada era globalisasi saat ini, teeisi telah diramikan oleh hadirnya
beberapa stasiun televisi swasta, seperti; RCTI, SCTV, Indosiar, Global-TV,
Metro-TV, dan lain lain. Semua stasiun televisi swasta tersebut berusah menarik
penonton sebanyak-banyaknya agar dapat menempati posisi tertinggi (rating)
. hal ini dapat menimbulkan banyaknya iklan yang masuk yang akan menimbulkan
‘suntikan’ dana untuk program acara televisi ersebut. Mau tidak maau, suka
tidak suka, stasiun tv nasional TVRI menjadi terpinggirkan karena banyaknya
stasiun tv swasta yang mengejar materialisme.
Dengan
banyaknya stasiun televisi yang swasta sekarang (bandingkan dengan jaman dulu)
dengan berbagai acara yang lebih mengutamakan hiburan (kecuali TVRI) tentu
membawa konsekuensi berat bagi pemirsa , khsususnya orang tua untuk lebih
selektif dan berkompromi dengan anak-anak untuk menonton tayangan yang
seharusnya tidak dilihat oleh anak. Apalagi usia anak-anak, merupakan usia
strategis dan lebih mudah terkena pengaruh, baik dari lingkungan dengan kontak
langsung maupun media elektronik. Tayang televisi dapat berpengaruh negatif
terhadap perkembangan perilaku anak tergantung dari penyesuaian anak (Hurlock,
1978: 344), “anak yang penyesuaiannya baik kurang kemungkinannya terpengaruh
secara negatif, apakah permanen atau temporer dibandingkan anak yang buruk
penyesuaiannya, dan anak yang sehat dibandingkan yang tidak sehat”.
Kesimpulnnya,
tayangan televisi memiliki peran yang sangat besar terhadap perkembangan
anak-anak. Pemilihan tayangan televisi yang baik dann peran pendampingan orang
tua menjadi suatu hal yang sangat penting karena seringkali sebuah tayangan
menjadi pengaruh yang dapat berakhir dengan sebuah kasus kekerasan, dan tak
pelak dapat membunuh. Berikut adalah beberapa contoh kasus akibat tayangan
televisi yang mempengaruhi anak-anak dan ditirukan:
Akhir
tahun 2015, seorang anak kelas 1 SD di Pekanbaru meninggal akibat pengeroyokan
teman-temannya. Menurut keterangan orang tua, korban dan teman-temannya sedang
bermain-main menirukan adegan tujuh manusia harimau. Akibatnya, korban
kerusakan syaraf dan meninggal dunia.
Tahun
2009, seorang anak laki-laki berusia dua belas tahun di Jakarta Pusat meninggal
dunia akibat tergantung di ranjangnya yang bertingkat. Menurut orang tua dan
saksi lainnya, korban gemar menirukan adegan pada tayangan “Limbad The Master”.
Korban juga sempat menirukan adegan menusuk tangannya dengan jarum. Dan ketika
kejadian yang merengut nyawa terjadi, orang tua sedang berjualan di Pasar.
Tahun
2008, seorang anak perempuan di Inggris meninggal karena leher terjerat pita
rambut miliknya. Menurut pengakuan orang tua, korban sangat suka menonton film
“Dora the explorer” dan “go diego go”. Pada salah satu adegan
kartun tersebut tedapat adegan seorang anak yang bergelantungan di atas tali.
Berdasarkan
kasus-kasus tersebut, kami selaku mahasiswa guna memenuhi tugas mata kuliah
komunikasi penyuluhan, membuat keputusan untuk mengambil tema “selektif dalam
memilih tayangan untuk anak” dan memilih PAUD sebagai target penyuluhan kami.
Sebab, pada usia 2-7 tahun (menurut kognisi piaget) anak mengalami perkembangan
pesat dalam bahasa, dan hanya menyimpulkan sesuatu berdasarkan apa yang mereka
lihat. Kekerasan hanya salah satu contoh negatif dari ketidak selektif-an
memilih tayangan televisi, selain itu tayangan televisi juga dapat menimbulkan
kedewasaan sebelum waktunya pada anak-anak, seperti adegan-adegan yang terdapat
pada kartun disney princess, seringkali terdapat adegan berpacaran contohnya;
adegan berciuman pada film snow white, diceritakan bahwa Putri Salju (tokoh
utama) meninggal akibat memakan sebuah apel beracun dan hidup kembali setelah
ada seorang pangeran yang menciumnya.
Contoh
tersebut membuktikan bahwa tidak semua tayangan kartun layak unutuk ditonton
anak anak (sebenarnya), namun memang film bergenre percintaan banyak diminati
khalayak penonton. Dan bukan berati, peniruan seorang anak terhadap adegan pada
tayangan televisi menjadi sepenuhnya tanggung jawab dari pihak televisi. Peran
penting oran tua juga dibutuhkan dalam mendampingi anak menonton, karena belum
tentu semua tayangan yang sudah memiliki label ‘anak-anak’ dapat diterima
secara positif oleh anak-anak.
Maka,
dalam kegiatan penyuluhan ini, kami menghimbau kepada anak-anak untuk minta
didampingi orang tua atau kakaknya (jika ada) pada saat menonton tv, dan jika
menonton sendirian, anak-anak supaya menyadari bahwa tayangan pada televisi
hanya rekayasa semata (kecuali berita) dan tidak perlu ditiru jika tidak baik.
Selain itu, kami juga mengingatkan bahwa menonton TV yang baik untuk anak
adalam 2-3 jam sehari agar tidak menimbulkan efek kecanduan pada anak dan jarak
terdekat untuk menonton TV adalah satu meter karena radiasi dari benda
elektronik dan televisi sangat kontras terhadap mata sehingga akan leih mudah
merusak mata (dibandingkan dengan sering membaca buku).
ANALISA SWOT
Strength:
o
Televisi memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi (persuasif).
o
Saluran komunikasinya
sangat luas.
o
Saluran komunikasi
televis dapat diterima segala usia.
o
Mudah untuk diakses.
Weakness:
o
Banyak konten di
televisi yang tidak layak ditayangkan.
o
Kategori usia penonton
tidak dapat dipraktekan secara nyata.
o
Kebanyakan stasiun
televisi hanya mengejar rating.
Oppurtunities:
o
Mumculnya konsep kreatifitas
bagi penonton.
o
Memberikan fungsi
entertain bagi penonton.
o
Memberikan stimulan
bagi anak-anak untuk belajar dari pengalaman.
Threat:
o
Hal-hal negatif yang
tidak pantas untuk ditiru, ditayangkan di televisi
o
Membuat anak malas
belajar akademik.
o
Merusak mata apabila
terlalu berlebihan.
0 komentar:
Posting Komentar