FAEDAH ATAU UNFAEDAH?
ANA ISTIQOMAH
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Teknologi yang semakin canggih membuat
akses informasi semakin mudah dan cepat. Tentu hal ini sangat membantu kinerja
manusia sehingga lebih produktif. Akan tetapi, banyak pula yang hanya
memanfaatkannya sebagai sarana mengekspos diri, pamer, diskriminasi, bullying, perang
komentar via medsos atau kegiatan tak
berfaedah lainnya.
Sekarang ini, jika kita membuka media
sosial, banyak sekali hal-hal sepele yang cenderung nyeleneh menjadi viral. Tak
hanya para anak muda saja yang doyan berpose di depan kamera, tetapi nenek-nenek
pun juga tak kalah hits. Mereka bahkan
bisa lebih bergaya ketimbang para anak muda. “Nenek-nenek jaman now”, mereka
menyebutnya seperti itu.
Esteem needs, merupakan salah satu teori
kebutuhaan yang dicetuskan oleh Abraham Maslow. Kebutuhan pada tingkat keempat hierarchy of needs ini merupakan jejang
kebutuhan yang menjelaskan tentang kebutuhan akan prestise, penghargaan dari
orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi penting, kehormatan dan
apresiasi. Dalam jenjang ini orang membutuhkan ketenaran dan penilaian bagus dari
orang lain atas dirinya. Perilaku yang ditampilkan dapat berupa pencitraan diri
di media sosial, berusaha meraih prestasi, atau bahkan mencari sensasi, dll.
Saat ini para netizen seperti
berlomba-lomba unjuk gigi di media sosial. Mau makan, cekrek, foto dulu. Di dalam
mobil, cekrek, foto dulu. Mau tidur, cekrek, foto dulu. Bahkan bangun tidur dan
mau mandi pun cekrek juga. Segala sesuatu
dipamerkan, pokoknya benar-benar serasa “dunia dalam genggaman”. Hal ini selain
dapat menimbulkan suatu kecemburuan, juga
dapat merangsang tumbuhnya kejahatan.
Apakah pernah terpikir di benak kalian
bahwa orang bisa saja berfantasi dengan foto yang kalian post di media sosial
kalian? Apakah pernah terpikir bagaimana seseorang bisa melakukan kejahatan?
Kejahatan terjadi salah satunya adalah
akibat dari media sosial. Dari foto yang kita unggah di media sosial misalnya,
informasi akan menyebar dengan cepat. Banyak orang yang akan melihat postingan
kita. Tentu kita tak bisa mencegah apa yang benak mereka pikirkan setelah
melihat postingan kita bukan? Apabila kita tidak berhati-hati dalam mengekspos
diri kita, jangan salahkan mereka apabila mereka berfantasi atau bahkan bertindak
tak baik pada kita. Karena pada dasarnya, manusia memiliki libido yang dapat
terangsang apabila melihat suatu stimulus tertentu. Dan foto-foto yang kita
ekspos dalam media sosial tidak menutup kemungkinan dapat menjadi stimulus yang
membangkitkan libido mereka. Sehingga terciptalah fantasi-fantasi dalam benak
mereka dan mendorong nafsu mereka untuk segera dipuaskan.
Sesuai teori Maslow, bahwa kebutuhan
akan seks merupakan kebutuhan tingkat dasar. Atau dapat dikatakan kebutuhan
yang paling mendesak untuk dipenuhi. Sudah menjadi kodrat manusia untuk
memiliki naluri mempertahankan eksistensi mereka. Meski dalam hidup manusia
sudah diajarkan mengenai nilai-nilai moral, akan tetapi bila super ego ini
kalah dari id, maka tidak menutup kemungkinan individu tersebut untuk mencari
cara agar kebutuhannya tersebut terpuaskan. Dan bila sasaran tidak bisa
didapatkan, maka bisa saja ia akan mencari pelampiasan. Bukankah jika seperti
ini dapat dikatakan bahwa kita boleh jadi menjadi penyebab kemalangan yang
menimpa seseorang akibat dari perbuatan kecil yang kita anggap sepele ini?
Oleh karena itu, mari kita pergunakan
kecanggihan teknologi ini dengan sebaik mungkin. Dan selalu pikirkan apakah
yang kita posting ini akan berfaedah atau malah unfaedah.
Referensi
Boeree, C. George. (2013). Personality Theories.
Yogyakarta: Prismasophie.
Schultz, Duane P. & Schultz, Sydney E. (2014).
Sejarah Psikologi Modern. Bandung: Nusa Media.
0 komentar:
Posting Komentar