REVIEW
TOKOH ALBERT BANDURA
Nama
: Suci Indah
Permata Sari
NIM
:
163104101137
Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian II
Dosen
: FX.
Wahyu Widiantoro S, psi
Penerbit :
UMM Press
Penulis
: Alwisol
Teori Belajar Sosial Albert
Bandura
Albert bandura
mengembangkan teori belajar sosial dari teori behavioristik. Ia merumuskan
hakekat bagaimana manusia belajar dari observantional
learning (pembelajaran
melalui pengamatan). Bandura menggunakan konsep utama dari teori belajarnya
mengenai hakekatnya belajar dari kegiatan sosial (interaksi individu dengan
yang lainnya) melalui pengamatan terhadap orang lain yang sedang melakukan
tindakan atau belajar tanpa melakukan tindakan terlebih dahulu dan tanpa secara
langsung mendapatkan reinforcement dan hukuman atas perilaku
tersebut. Bandura menerima banyak prinsip teori perilaku, tetapi ia lebih
banyak fokus pada efek isyarat pada perilaku dan pada proses mental internal,
dengan menekankan efek pemikiran pada tindakan dan pemikiran. Bandura melakukan
percobaan mengenai teori belajar sosial dipengaruhi oleh kelompok peneliti
aliran teori “belajar behavioristik”. Bandura melihat bahwa hewan yang
dipergunakan dalam percobaan memperlihatkan tingkah laku sendiri untuk kebutuhan
diri sendiri, bukan percobaan interaksi individu dengan individu atau kelompok.
Jadi peneliti aliran teori belajar behavioristik menurutnya berbicara pada
tataran sosial.
a. Prinsip Dasar
Teori Belajar Sosial Bandura. Bandura membangun teori
belajar sosial atas dasar prinsip :
1) Faktor yang saling
menentukan. Bandura menyatakan bahwa setiap individu pada dasarnya adalah
sebuah sistem (self-system). Individu sebagai
sebuah sistem menggambarkan perilaku, berbagai faktor pada diri, dan peristiwa-peristiwa
yang dialami dan disaksikan di lingkungan secara bersama-sama saling
mempengaruhi satu sama lain. Berikut ini gambaran bentuk interaksi berbagai faktor
pembentuk sistem diri.
2) Kemampuan untuk
membuat atau memahami simbol . bandura menggambarkan bahwa manusia mampu
memahami dunia secara simbolis melalui gambar-gambar kognitif, jadi orang lebih
bereaksi terhadap gambaran kognitif dan sekitar dari pada dunia itu sendiri.
Pentingnya kontekstual dalam belajar sosial ditunggangi oleh kemampuan manusia
berpikir dan memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk berpikir, maka hal-hal yang
telah berlalu dapat disimpan dalam ingatan dan hal-hal yang akan datang dapat
pula “diuji” secara simbolis dalam pikiran.
3) Kemampuan berpikir
kedepan .Manusia memiliki kemampuan berpikir ke depan, di samping kemampuan
mengingat hal-hal yang sudah pernah dialami, kemampuan berpikir atau mengolah
simbol tersebut dapat dimanfaatkan untuk merencanakan masa depan. Orang dapat
menduga bagaimana orang lain bisa bereaksi terhadapnya, dapat menentukan
tujuan, dan merencanakan tindakan-tindakan yang dapat diambil untuk mencapai
tujuannya dengan menggunakan prediksi atau pikiran kedepan, karena biasanya
pikiran mengawali tindakan.
4) kemampuan untuk
mengalami apa yang dialami oleh orang lain. Manusia mampu belajar dengan cara
memperhatikan orang lain berperilaku dan memperhatikan konsekuensi dari
perilaku tersebut. Ini yang dinamakan belajar dari apa yang dialami orang lain.
5) Kemampuan mengatur
diri sendiri.Manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilakunya
sendiri. Seberapa giat orang bekerja dan belajar, berapa jam ia harus tidur,
bagaiamana bersikap di muka umum, bagaimana mengerjakan pekerjaan kuliah dengan
teratur, dan lain-lain merupakan contoh prilaku yang dikendalikan. Perilaku ini
tidak dikerjakan untuk memuaskan orang lain, tetapi berdasarkan standar dan
motivasi yang ditetapkan diri sendiri. Meskipun orang akan berpengaruh oleh
perilaku orang lain, namun tanggung jawab utama tetap berada pada diri sendiri.
6) Kemampuan untuk
berefleksi.Manusia memiliki kemampuan merefleksi diri atau perenungan untuk
memikirkan kemampuan diri sendiri. Manusia mampu memantau ide-idenya sendiri
dan menilai kepantasan ide-ide yang ia miliki sekaligus menilai diri mereka
sendiri.
Pembelajaran
Pengamatan (Observational Learning) dalam Teori Belajar Sosial
Bandura
Karakteristik
dari belajar sosial, yang terbukti sangat penting dan efisien adalah seorang
dapat belajar dengan cara memperhatikan model beraksi dan membayangkan
seolah-olah ia sebagai pengamat, mengalami sendiri apa yang dialami oleh
model. Yang disebut model adalah orang-orang yang perilakunya dipelajari
atau ditiru oleh orang lain. Dari sudut pandang Bandura, orang/pengamat tidak
hanya sekedar meniru perilaku orang lain (model), namun mereka memutuskan
dengan sadar untuk melakukan perilaku yang dipelajari dari mengamati model.
a) Fase
Perhatian
Fase pertama dalam
pembelajaran pengamatan ialah memberikan perhatian pada orang yang ditiru.
b) Fase
Pengingatan (retensi)
Agar dapat mengambil
manfaat dari perilaku orang lain yang telah diamati, seorang pengamat harus
dapat mengingat apa yang yang telah dilihatnya.
c) Reproduksi
Komponen ketiga dalam
proses peniruan adalah mengubah ide gambaran, atau ingatan menjadi tindakan. Pada tahap reproduksi, segala
bayangan/citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis yang berisi informasi
pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori para peserta didik
itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para peserta
didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa-apa yang
telah mereka serap misalnya dengan menggunakan sarana post-test.
d) Fase
Motivasi
Tahap terakhir dalam
proses pembelajaran pengamatan ialah motivasi. berfungsi sebagai reinforcement
‘penguatan’ bersemayamnya segala informasi dalam memori para peserta didik.
Pada tahap ini, guru dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah, atau nilai
tertentu kepada para peserta didik yang berkinerja
memuaskan. Sementara itu, kepada mereka yang belum menunjukkan kinerja
yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau
perilaku yang disajikan model (guru) bagi kehidupan mereka. Seiring dengan
upaya ini ada baiknya ditunjukkan bukti-bukti kerugian orang yang tidak
menguasai materi atau perilaku
Kelemahan
Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika
diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert
Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan
tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Kelebihan Teori Albert
Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori
belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku
seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang
tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan
dengan kognitif manusia itu sendiri.
Kesimpulan
0 komentar:
Posting Komentar