Take Your Risk, then You Already Take Your Succesful
Ana Istiqomah (16.310.410.1126)
Psikologi Industri dan Organisasi
Untuk melangkah ke depan, terkadang kita
terlalu disibukkan dengan ketakutan akan resiko. Sebenarnya, jika dipikirkan
lebih detail lagi, bahkan kita tidur pun juga memiliki resiko. Bagaimana kalau
kita tiba-tiba berhenti bernapas saat tidur? Apa iya kita memilih untuk tak
jadi tidur? Dan berarti kita memilih untuk mengambil resiko lain, seperti mati
kelelahan karena tak tidur mungkin?
Dalam hidup, manusia memiliki dorongan-dorongan
dan keinginan. Perkara untuk memenuhinya, itu terserah pada kehendak individu. Dalam
psikologi, kita mengenal motif dan motivasi. Motif ialah rangsangan, dorongan, atau
pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu perbuatan atau perilaku. Sedangkan motivasi
merupakan istilah yang merujuk pada seluruh proses gerakan itu, termasuk
situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, perilaku yang
ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari tindakan atau
perbuatan.
Minggu lalu saya sedikit berbincang
dengan teman lama saya, ia seorang pebisnis yang tangguh. Tidak, ia belum bisa
dikatakan “sukses besar” jika itu yang anda pikirkan. Namun, saya akan
mengatakan ia sukses dalam menakhlukkan ketakutan akan sebuah resiko.
Sebenarnya, tak ada yang terlalu
istimewa dari alasan dibalik usaha yang ia lakukan, ia “hanya” ingin hidup
lebih baik, disamping ia juga belajar mandiri. Namun, dari alasan “biasanya” itu,
ia melakukan usaha yang cukup luar biasa untuk membungkam mulut saya dari
keinginan mencibir.
Tindakan yang ia lakukan untuk mencapai
keinginannya real, konkret. Meski belum ada yang nyata-nyata sukses menurut
pandangan umum. Itu lebih baik ketimbang yang hanya memiliki angan-angan dan
keinginan saja, setidaknya ia melakukan usaha.
Berkali-kali gagal dalam berbisnis,
namun ia tidak lantas meninggalkan dunia bisnis. Mulai dari bisnis multilevel,
bisnis minuman kopi, hingga sekarang, rumah makan.
Saat saya bertanya, “Yuk, ada nggak
keinginan buat nyerah aja gitu, sometimes?”.
Ia meringis pelan sebelum menjawab, “Tentu,
suatu kali rasanya pengin nyerah aja, tapi aku udah terlanjur masuk dunia
bisnis. Aku harus sukses. Bukan tujuanku yang aku ubah. Kalau benar-benar gagal,
berarti caraku yang harus aku ubah. Makanya, itulah kenapa aku berkali-kali
mengubah bisnisku”.
Ia menceritakan sejarahnya mendirikan
sebuah rumah makan. Sama seperti kita, mula-mula ia hanya memiliki angan-angan.
Setiap melihat rumah makan yang ia sukai, ia mengatakan “besok aku punya yang
seperti ini”. Terdengar konyol, namun ia sering melakukannya.
Suatu saat, ada temannya yang memiliki
modal dan ingin mendirikan sebuah rumah makan –kebetulan. Ia berani mengambil kesempatan
itu, termasuk resikonya tentu saja. Kebetulan lain, temannya datang padanya
untuk meminta ia mengelola cafe milik temannya itu. Jadi, ia menggabungkan
usaha rumah makan itu dengan cafe milik temannya. Bukankah kebetulan yang
beruntut?
Namun, menurut saya, itu bukan suatu
kebetulan. Dia percaya the law of
attraction, aku mau maka aku dapat. Tanpa melupakan “usaha” tentunya. Dan
saya percaya hukum itu, saya juga percaya bahwa itu adalah jalan-Nya. Tuhan
pasti akan memberi jalan bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.
Kesuksesan itu berdiri dari tumpukan
kegagalan. Kesuksesan hanya berlaku bagi orang-orang yang berusaha dan bertindak. Sedangkan
tindakan dan resiko itu sudah satu paket. Sama halnya jika orang mengatakan “jatuh
cinta dan sakit hati itu satu paket”.
So, let’s take first step!
Daftar pustaka
Sarwono, Sarlito W. (2014). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
0 komentar:
Posting Komentar