SITI HANIFAH
(16.310.410.1151)
Rumah Sakit Jiwa Grahasia berada di Jalan Kaliurang km.17, Pakem Yogyakarta merupakan satu-satunya rumah sakit yang menangani masalah penyakit syaraf di Yogyakarta. Namun pasien disini tidak hanya penderita penyakit kejiwaan, tetapi juga para penderita penyakit syaraf. Artinya segala gangguan syaraf akan mendapat penanganan yang sesuai di Rumah Sakit ini. Untuk gangguan kejiawaan itu sendiri Rumah Sakit Grahasia pastinya juga menangani kasus skizofrenia.
Skizofrenia adalah gangguan mental
kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran
kacau, dan perubahan perilaku. Kondisi yang biasanya berlangsung lama ini
sering diartikan sebagai gangguan mental mengingat sulitnya penderita
membedakan antara kenyataan dengan pikiran sendiri.
Pengertian dari Halusinasi
itu sendiri adalah gangguan persepsi yang membuat seseorang dapat melihat
sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya, bisa berupa halusinasi
pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan. (Diagnostic and Statistik Manual of Mental Disorder
/ DSM-IV TR, 2000).
Waham atau delusi, yaitu
kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan tentang isi pikirannya
padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Atau pernyataan yang telah terpaku /
terpancang kuat dan tidak dapat dibenarkan berdasarkan fakta dan kenyataan
tetapi tetap dipertahankan. disebut juga kepercayaan yang palsu dan sudah tidak
dapat dikoreksi.
Pada tanggal 13 April 2017 tepat pukul 08.00
kami (Fakultas psikologi UP’45)
melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Jiwa Grhasia. Rangkaian demi rangkaian acara
dibacakan oleh pembawa acara setelah acara yang pertama yaitu sambutan dari
pihak Grhasia dan dilanjukan sambutan dari Universitas Proklamasi Yogyakarta.
Acara tersebut diikuti kurang lebih sekitar 50an peserta yang dibagi dalam
beberapa kelompok, masing-masing kelompok mengobservasi setiap bangsal yang
berbeda.
Saya bersama teman-teman saya memasukki Bangsal Drupadi. Dalam bangsal terdapat 6 Ruang Tidur 1
Ruang Isolasi, Dapur dan Kamar Mandi di setiap ruang tidur. Disana ada 24 Orang
yang sedang rawat inap kegiatan yang dilakukan mereka hari itu adalah Senam, Bercerita, Bersih-bersih, Menata ruangan dan Istirahat. Saya mewawancarai salah seorang
pasien di bangsal Drupadi yang berinisial “S”. Ibu yang berinisial “S” ini
dulunya adalah seorang pegawai dimuseum purbakala namun entah mengapa menjelang
mahrib ibu ini katanya ditarik oleh seorang lali-laki gendut, agak pendek,
hitam dan kemudian diajak kesini beliau juga sering mendengar suara-suara yang
sering membisikkan kata-kata untuk mengajaknya pergi. Beliau selalu menuliskan
alamat rumahnya ,alamat kantornya , nomer kakaknya nomer adeknya dan juga
menuliskan keinginan beliau untuk pulang dan kemudia beliau simpan dalam
kantong baju . Ibu yang berinisial “S” ini mengalami halusinasi. Saat saya tanya apakah ibu yang disampingnya yang berinisial
“N” juga melihat suara-suara seperti ibu “S” ini, beliau menjawab tidak. Setelah saya mau mengajak bersalaman ibu “N” ini
menolak alasan beliau menolak adalah karena nanti garis tangan ibu ini hilang. Ternyata
beliau mengalami waham yang
menganggap nanti kekuatannya hilang jika garis tangannya hilang saat diajak
bersalaman.
Tak jauh sari sana saya melihat ada satu
orang yang sedang menjalani pembiasaan diruang Isolasi orang ini ditaruh di ruang Isolasi karena berak atau buang air sembarangan, disana beliau dibiasakan untuk
pipis dikamar mandi, diruangan Isolasi ini beliau duduk sendiri dipojok ruangan. Diruang tersebut pintu
dibiarkan tetap terbuka agar ibu ini bisa leluasa keluar masuk jika ingin pergi
makan/minum.
Dari sana juga saya mengamati beberapa orang
yang hanya terdiam dan tidak melakukan interaksi dengan satu dan yang lain ada
juga yang mengobrol saling bercanda/bergembira, bernyanyi saling bercerita
saling berbagi makanan.
Tak jauh dari situ didalam ruangan saya
melihat ada 3 ibu-ibu lansia yang tengah berbaring diatas tempat tidurnya. Dibangsal Drupadi ini merupaka ibu-ibu lansia yang usia diatas 36 tahun. Ada
sekitar 12 orang yang sedang melakukan kegiatan rehabilitasi diluar seperti
diajari menjahit diajari bercocok tanam dan lain-lain.
Disana saya juga melihat bagaimana mereka
bisa bertanggung jawab atas barang pribadi mereka saat petugas bertanya pada
beberapa orang disana apakah piring atau gelas sudah dikembalikan pada tempatnya
mereka menjawab sudah ditaruh pada tempatnya.
Mereka juga menawari kami makanan ringan
seperti kacang, ada ibu-ibu yang sangat hafal dengan beberapa lagu yang dari
lirik awal sampe lirik akhir. Dan pertanyaan- yang ditanyakan pada teman yang
lain pun sangat logis
yang ditanyakan mereka kepada saya yaitu “
KAPAN PULANG” tidak hanya 1 orang namun
ada lebih dari 2 orang yang bertanya kapan pulang. Saat saya tanya “ kenapa
ingin pulang?" mereka menjawab, "ya saya kangen," "coba bayangkan jika mbak dikos atau merantau pasti mabak kangen dengan kampung
halaman".
Yang saya rasakan saat di bangsal tersebut
yaitu senang karena itu adalah pengalaman pertama saja berkunjung ke rumah
sakit jiwa, saya bisa melihat langsung berbagai penyakit yang diajarkan di
kampus tidak hanya secara teori tapi benar-benar secara langsung.
Dan disitu pula kita diharapkan mampu untuk menerapkan
dan implementasikan pelajaran yang didapatkan selama ini.
Jika kita mempunyai keluarga di Rumah Sakit Jiwa atau di Grhasia
sebaiknya kita sering menjenguknya karena bukan hanya obat tentu yang mereka
membutuhkan tapi dukungan dan kasih sayang dari keluarga itu yang utama.
Dan jika melihat / mempunyai tetangga rumah
yang mengalami gangguan seperti diatas sebaiknya lekas-lekas untuk ditangani
bukan dicela/dihina sebagai orang “gila” karna tentu kata-kata tersebut
tidaklah pantas. Langsung segera hubungi Rumah Sakit Jiwa terdekat agar segera
dilakukan penanganan yang terbaik.
Referensi:
http://www.alodokter.com/skizofrenia
http://www.alodokter.com/skizofrenia
0 komentar:
Posting Komentar