RESENSI ARTIKEL :
PENJAGA NAPAS BATIK CIWARINGIN
Chusnul Rizatul Untsa
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Batik Ciwaringin
sempat dua dekade mengalami lesu darah. Para perajinnya yang sebagian besar
perempuan berbondong – bondong terbang ke Timur Tengah untuk mencari nafkah.
Hal ini membuat Batik Ciwaringin tidak lagi banyak produksi. Namun pasangan
suami istri Nursalim dan iim Rohimah memilih tetap bertahan di desa dan
berusaha memperpanjang napas batik ciwaringin yang tersisa. Ciwaringin sendiri
merupakan nama sebuah desa di Kecamatan Cirebon Jawa barat.
Menurut Nursalim
sejak 1980-an semua wanita di desa itu membatik termasuk nenek dan ibunya. Memasuki
tahun 1990-an usaha batik tulis ciwaringin mulai surut lantaran dihantam batik
printing yang harganya jauh lebih murah. Sedangkan batik tulis lebih memerlukan
pengerjaan yang rumit dan lama. Sehingga harga tertinggal dan lebih mahal
dibanding yang printing. Dengan keadaan sesulit itu para agen – agen penyalur
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) masuk ke Ciwaringin. Mereka membujuk warga
khususnya perempuan untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Timur Tengah
dengan iming – iming gaji jutaan rupiah.
Uang yang dibawa
para TKI pulang ke Ciwaringin memang bisa memperbaiki perekonomian desa. Rumah –
rumah yang dulunya reot dibangun ulang oleh para TKI menjadi mentereng. Namun
disisi lain harga yang harus dibayar dari kemajuan itu ialah kisah
perselingkuhan, perceraian dan anak – anak yang terlantar mulai bermunculan. Banyak
keluarga – keluarga TKI di Ciwaringin amburadul.
Nursalim yang
saat itu lulus dari pesantren merasa prihatin akan keadaan masyarakat desanya.
Ia pun mulai berkeliling kampung untuk mengingatkan bahwa mendatangkan mudarat
ketimbang manfaat. Namun ocehan Nursalim tidak digubris warga karna dianggap
masih anak ingusan. Penolakan itu membuatnya berfikir keras karna dakwahnya ia
sadari tidak memberikan solusi. Karna semua butuh duit untuk hidup.
Ketika Nursalaim
menikah dengan Iim Rohimah yang berasal dari keluarga pebatik. Pada tahun 2009
Dinas Koperasi Kabupaten Cirebon berinisiatif mengangkat bisnis batik
Ciwaringin kembali dengan menggandeng Iim dan sejumlah pebatik lain. Hasilnya
usaha batik Ciwaringin mulai berkembang lagi. Akan tetapi keuntungan sangat
minim sehingga tidak banyak warga yang mau terjun terus menerus di bidang ini. Tapi
Nursalim dan Iim masih tetap setia menggeluti batik Ciwaringin. Dengan giat
merangkul kaum perempuan untuk menekuni kembali batik. Usaha mereka akhirnya
membuahkan hasil satu demi satu mantan TKI ikut terjun kembali ke bisnis ini. Dengan
bersinarnya kembali bisnis batik Ciwaringin perlahan para perempuan Ciwaringin
meninggalkan jalan hidup sebagai TKI lagi.
Sumber :
Prabowo, H. Wawan,
(2016), Penjaga Napas Batik Ciwaringin. Kompas
21 Oktober hal 16
0 komentar:
Posting Komentar