Oleh : Nurul Hidayah
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Psikologi adalah ilmu dasar dari ilmu-ilmu sosial lainnya.
Oleh karenanya psikologi menjadi ilmu yang diperlukan di setiap bidang
kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Psikologi dalam ranah pendidikan
digunakan sebagai acuan penyelenggaraan pendidikan, meliputi penerapan
prinsip-prinsip belajar dikelas, evaluasi minat & bakat, pengembangan
kurikulum. Karena psikologi mempelajari perilaku manusia, maka penerapan
psikologi dalam bidang pendidikan diharapkan mampu menyesuaikan sistem
pengajaran dengan keadaan psikis siswanya. Hal tersebut guna mencapai tujuan
pendidikan yang optimal.
Pendidikan level SMA berkaitan dengan psikologi perkembangan
remaja. Sekolah, khususnya guru dituntut untuk menghadapi individu-individu
yang sedang berada pada fase perkembangan remaja. Menghadapi remaja bukanlah
hal yang mudah. Pada fase ini individu cenderung tidak mau diatur, suka
memberontak, senang mengeksplorasi diri dengan mencoba hal-hal baru.
Pada kegiatan psikologi berbagi yang diadakan di SMAN 1
Banguntapan, pengalaman yang didapatkan adalah anak-anak pada masa SMA tertarik
pada hal-hal yang berkaitan dengan identitas diri mereka. Karena salah satu
tugas pada fase remaja adalah mencari jati dari. Pada kegiatan tersebut,
kelompok kami memberikan informasi mengenai karakteristik seseorang berdasarkan
tulisan tangan (grafologi). Kelompok kami meminta siswa untuk menulis nama pada
sebuah kertas yang diletakkan diatas meja masing-masing. Setelah itu kami membahas
beberapa contoh tulisan tangan sesuai teori grafologi.
Siswa-siswa tersebut sangat antusias, beberapa diantara mereka maju kedepan
kelas untuk menanyakan bagaimana karakteristik mereka dilihat dari tulisannya.
Bahkan ada diantara mereka yang meminta contac
person kami.
Selain itu individu pada fase ini mulai mampu mengkritisi
lingkungan sekitarnya. Hal ini nampak pada pertanyaan-pertanyaan yang bahkan
terkesan nyeleneh untuk memenuhi
kebutuhan akan keingintahuannya. Mereka juga pandai mengkritisi perilaku
kelompok kami, mulai dari gerak-gerik kami yang terkesan nervous bagi mereka, kecanggungan kami. Bahkan menurut kuesioner
yang kami berikan, materi dan penyampaian kami dinilai kurang menarik. Ini
berarti, proses transfer informasi kepada individu pada fase remaja haruslah dilakukan
dengan cara yang santai dan menyenangkan. Kurang optimal jika dilakukan dengan
cara yang kaku dan teoritis.
0 komentar:
Posting Komentar