29.12.24

 

Sosialisasi dalam Upaya Peningkatan Kesadaran Kesehatan Mental Kelompok Dewasa Madya di Wilayah Rejowimagun, Kota Gede, Yogyakarta

Disusun oleh Kelompok 1: Itsnaini Latifatur Rohmah (24310440001); Kanina Hanifadila Rahmawati  (23310410078); Reno Endien Pinasthy (23310410035); Rizka Latifa (23310410058); Mariyatun (23310410074); Nurul Anisa (23310410060); Hidayat (23310410052).

 

Abstrak:

Secara khusus kesehatan mental merupakan suatu kondisi kesehatan yang merujuk pada keadaan mental atau kejiwaan seseorang. Kesehatan mental dapat mempengaruhi berbagai aspek seperti kognisi, sosioemosional, tingkah laku, bahkan kesehatan fisik, serta lainnya. Urgensi penurunan kesehatan mental perlu digalakkan sebab gangguan kesehatan mental sama halnya dengan kesehatan fisik yang dapat berpengaruh pada kesejahteraan individu. Rendahnya laporan gangguan kesehatan mental pada kelompok dewasa madya atau gen X di Yogyakarta dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti resiliensi yang lebih kuat akibat pengalaman di zaman itu dengan perkembangan IPTEK tidak semaju sekarang; atau dapat disebabkan karena kelompok tersebut kurang aware pada kesehatan mental. Oleh sebab itu, kelompok 1 mengadakan sosialisasi pada kelompok dewasa madya di wilayah RT 19/RW 06, Rejowimagun, Kota Gede, Yogyakarta dalam upaya meningkatkan kesadaran kesehatan mental: baik itu gejala penurunan kesehatan mental maupun upaya pencegahan. Gejala yang disinggung antara lain penurunan motivasi dengan terlihat tidak bersemangat, nafsu makan berkurang atau berlebih, pola terganggu, dan rasa cemas atau khawatir yang berlebihan. Hal tersebut dapat mengganggu aktivitas keseharian dan penurunan kesejahteraan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental. Sementara itu, upaya penanggulangan adalah menyadari gejala baik diri sendiri maupun orang lain, perhatian dengan orang lain, pemberian support, regulasi emosi, dan jika keadaan semakin memburuk dapat mencari bantuan dari orang yang kompeten di bidangnya, seperti psikolog ataupun jika memerlukan obat ke psikiater.

1.     Pendahuluan

Secara khusus kesehatan mental merupakan suatu kondisi kesehatan yang merujuk pada keadaan mental atau kejiwaan seseorang. Kesehatan mental dapat mempengaruhi berbagai aspek seperti kognisi, sosioemosional, tingkah laku, bahkan kesehatan fisik, serta lainnya. Urgensi penurunan kesehatan mental perlu digalakkan sebab gangguan kesehatan mental sama halnya dengan kesehatan fisik yang dapat berpengaruh pada kesejahteraan individu. Gangguan kesehatan mental bukanlah hal tabu. Hanya saja hampir sebagian besar negara berkembang, masalah kesehatan mental belum diprioritaskan apabila dibandingkan dengan kesehatan fisik.

Adanya stigma negatif yang muncul baik dari individu dan dari masyarakat menyebabkan orang yang memiliki gangguan kesehatan mental masih dianggap tabu dan tidak memerlukan penanganan secara komprehensif seperti ketika seseorang mengalami sakit fisik. Pandangan negatif ini menyebabkan ketika seseorang mengalami gangguan mental, maka penderita akan dipasung (dihalangi kebebasannya) dengan cara diisolasi dari masyarakat sekitar karena rasa malu keluarga (Veda, et al., 2023). Salah satu ciri-ciri stigma dari lingkungan keluarga adalah rasa malu jika anggotanya yang terkena gangguan mental terlihat masyarakat sekitar (Soebiantoro, 2017).

Data meningkatnya gangguan kesehatan mental di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat menandakan bahwa terdapat peningkatan kesadaran terhadap terganggunya kesehatan mental. Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengalami peningkatan kesadaran akan pentingnya mendukung kesehatan mental masyarakatnya. Hal ini tercermin dari berbagai program pemerintah, LSM, dan inisiatif swasta yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan memberikan akses lebih luas terhadap layanan kesehatan mental (Sikharini, 2024).

Namun, informasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental masih belum sepenuhnya merata di semua kalangan. Rendahnya laporan kesehatan mental yang dihadapi oleh gen X dapat terjadi karena perbedaan latar belakang dimana mereka tumbuh. Dimana kala itu, kemajuan teknologi belum secanggih sekarang. Fokus mereka lebih kepada kesejahteraan fisik, sehingga ada kemungkinan mereka memiliki resiliensi yang tinggi. Hanya saja, kemungkinan laporan kasus kesehatan mental gen X yang sedikit dapat disebabkan oleh kesadaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental, terutama kewaspadaan terhadap pertanda kesehatan mental yang menurun belum sepenuhnya disadari. Hal ini didasarkan pada data 2022 silam, menunjukkan gen Z memang menjadi generasi yang paling banyak merasa memiliki masalah kesehatan mental dibandingkan generasi X, dan generasi Milenial. Dibuktikan, sebanyak 59,1% Gen Z yang merasa memiliki masalah kesehatan mental, sementara generasi milenial hanya sebanyak 39,8% dan Gen X 24,1 persen (Sikharini, 2024). Hal ini melatar belakangi kelompok 1 untuk mengadakan sosialisasi dalam upaya meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kesehatan mental kepada dewasa madya di wilayah RT 19/RW 06, Rejowimagun, Kota Gede, Yogyakarta.

 

2.     Metode

    Metode dalam yang digunakan adalah studi pustaka pada jurnal-jurnal yang diperoleh dari google schoolar sebagai bahan dalam penyampaian materi serta penulisan artikel ilmiah berjudul “Sosialisasi dalam Upaya Peningkatan Kesadaran Kesehatan Mental Kelompok Dewasa Madya di Wilayah Rejowimagun, Kota Gede, Yogyakarta”. Sosialisasi diadakan pada hari Sabtu, 28 Desember 2024 pukul 13.00 di Jalan Kebon Raya, No.322, RT 19/RW 06, Rejowimagun, Kota Gede, Yogyakarta.

 

3.     Pembahasan

Kesehatan mental merupakan suatu hal yang harus dijaga oleh setiap individu dalam hidupnya untuk memperoleh kesejahteraan dan juga kualitas hidup yang baik. Hal ini dikarenakan, mental yang sehat pada suatu individu akan memiliki kecenderungan kondisi dimana seseorang memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya (Setiawan, N. S. & Setiawan, I., 2022). Kesehatan mental dapat terjadi di berbagai rentang usia. Sosialisasi ini diadakan dan disasarkan pada kelompok dewasa madya di RT 19/RW 06, Rejowimagun, Kota Gede, Yogyakarta.

Kesehatan mental merujuk pada kesehatan seluruh aspek dalam perkembangan seseorang, baik secara fisik maupun psikis yang saling terhubung satu sama lain. Kesehatan mental juga meliputi upaya-upaya dalam mengatasi stress, ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri, bagaimana dalam berhubungan dengan orang lain, serta berkaitan juga dengan pengambilan keputusan dalam situasi keadaan tertentu (Setiawan, N. S. & Setiawan, I., 2022). Gejala gangguan kesehatan mental dapat berpengaruh pada kognisi dan sosioemosional; diantaranya: dapat mengubah cara seseorang dalam pemrosesan informasi dan pengambilan keputusan dalam menangani stress dan membuat pilihan, berhubungan dengan orang lain, dan akan memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri. Gejala gangguan kesehatan mental beragam, contognya seperti depresi, kecemasan, dan stress sehingga dapat mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan sehingga berpotensi mengurangi kualitas hidup seseorang. Hal ini dapat terjadi karena seseorang cenderung mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya dengan kondisi di sekitarnya. Ketidakmampuan seseorang dalam memecahkan sebuah masalah sehingga menimbulkan stress yang berlebih menjadikan kesehatan mental individu tersebut menjadi lebih rentan dan pada akhirnya dinyatakan terkena gangguan kesehatan mental (Setiawan, N. S. & Setiawan, I., 2022).

Foto 1. Dokumentasi Kegiatan Sosialisasi

Acara sosialisasi kesehatan mental terdiri atas beberapa kelompok dewasa madya di wilayah RT 19/RW 06, Rejowimagun, Kota Gede, Yogyakarta. Hal yang ditekankan adalah kesadaran dewasa madya dalam upaya menjaga stabilitas kesehatan mental. Umumnya dewasa madya memiliki pola sosial dan perilaku yang lebih berbeda daripada orang dewasa muda dikarenakan pengetahuan dan pengalaman yang teah dilewati sepanjang kehidupannya. Kelompok dewasa madya umumnya sudah mampu menjalin interaksi dengan baik dengan banyak orang, selain interaksi yang baik dewasa madya juga mampu membangun hubungan yang intim (Samosir, 2021). Menurut Erikson (1989), menjalin hubungan dekat merupakan tantangan besar bagi orang yang memasuki masa dewasa (Samosir, 2021). Namun, terdapat beberapa tantangan yang dapat menyebabkan distress pada kelompok dewasa madya, yakni: stress dan burnout terhadap tuntutan pekerjaan, kecemasan terhadap masa yang akan datang, kesepian dan isolasi diri, dan midlife crisis atau krisis paruh baya, serta lainnya. Midlife crisis atau krisis paruh baya menurut Jacques digambarkan sebagai krisis dalam transisi identitas dan kepercayaan diri dan juga krisis yang muncul karena menyoroti usia kematian yang tak terelakkan dan kekurangan dalam kehidupan pribadi atau tujuan yang belum tercapai dalam hidup sampai saat itu (Boey & Hatta, 2022). Krisis ini dapat ditandai dengan pertanyaan tentang makna hidup, kecemasan akan penuaan, penyesuaian terhadap perubahan fisik dan psikologis, serta evaluasi ulang terhadap pencapaian dan tujuan hidup (Na’imin & Mafiah, 2024). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi krisis paruh baya, termasuk perubahan dalam karier, hubungan, dan kesehatan. Selain itu, rasa kesepian dan isolasi rentan terjadi pada usia dewasa madya, di mana anggota keluarga seperti anak mulai melanjutkan hidup di luar dan berpisah dengan orang tuanya. Hal ini dapat memicu distress dan berpotensi menyebabkan penurunan kesehatan mental pada kelompok dewasa madya.

Selain aware pada kesehatan mental diri sendiri, perlu untuk peduli terhadap sesama manusia di lingkungan sekitar. Kelompok dewasa madya hidup tidak jauh dari remaja; bisa jadi anggota keluarganya maupun kerabat ataupun tetangga. Dimana dua kelompok ini merupakan dua fase transisi dalam kehidupan seseorang (Na’imin & Mafiah, 2024). Kesadaran terhadap lingkungan sekitar merupakan salah satu upaya pencegahan. Remaja berada di fase pencarian jati diri, sehingga perlu adanya pembekalan kebebasan untuk mengeksplore diri di tahapan wajar dengan pengawasan yang cukup, serta perhatian juga. Hal ini untuk mencegah para remaja terjerumus ke dalam lingkungan negatif dan merugikan. Misalnya jika di Yogyakarta terdapat fenomena Klitih yang sebagian besar dilatarbelakangi oleh pencarian jati diri. Fenomena klitih ini termasuk ke dalam Juvenile Delinquency atau dapat dikatakan sebagai fenomena yang tercermin pada kenakalan remaja (Hisyam, et al., 2023). Secara luas, Juvenile Delinquency adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda yang merupakan gejala (patologis) secara sosial pada anak-anak muda atau remaja yang dibentuk oleh suatu pengabaian sehingga mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang (Pamungkas, 2018).

Dari fenomena di atas dapat diketahui bahwa gangguan kesehatan mental dapat dirasakan oleh berbagai usia. Gangguan kesehatan mental dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu yang paling mendasar adalah disebabkan oleh distress yang berkelanjutan atau tidak dapat dikelola dengan baik. Kesadaran dari gangguan kesehatan mental salah satunya adalah mengenali gejala yang ditimbulkan. Gejala-gejala tersebut antara lain, yakni penurunan motivasi dengan terlihat tidak bersemangat, nafsu makan berkurang atau berlebih, pola terganggu, dan rasa cemas atau khawatir yang berlebihan (Ningrum, et al., 2022). Hal tersebut dapat mengganggu aktivitas keseharian dan penurunan kesejahteraan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental.

Sebagai upaya penanggulangan: selain sadar akan gejala baik diri sendiri maupun pada orang lain, yakni: jika gejala tersebut ada pada orang lain, maka seseorang perlu memberikan dukungan atau jika gejala semakin parah, maka dapat dikonsultasikan pada orang yang kompeten di bidangnya, seperti psikolog ataupun jika memerlukan obat ke psikiater; jika gejala tersebut ada pada diri sendiri, maka perlu adanya regulasi emosi untuk penganggulangan dari distress dan fokus pada penyelesaian. Regulasi emosi berbeda dengan menahan emosi negatif yang ditimbulkan oleh distress; melainkan memproses emosi negatif tersebut dengan cara menerima keadaan dan emosi, menenangkan pikiran, serta berupaya untuk fokus pada penyelesaian. Regulasi emosi terdiri atas: acceptance (menerima situasi yang terjadi), positive refocusing (berpikir tentang pengalaman yang menyenangkan dibandingkan kesulitan yang dihadapi), refocus on planning (memikirkan solusi terbaik berdasarkan masalah yang dihadapi), positive reappraisal (mempertimbangkan aspek positif dari situasi yang dialami), dan putting into perspective (mengurangi fokus pada kejadian yang dialami dan memilih melihat hal lain). Konsep ini mengacu pada pemikiran langkah-langkah mana yang harus diambil untuk menghadapi peristiwa atau memikirkan rencana untuk mengubah situasi. Pada dasarnya. Refocus on Planning strategi koping kognitif yang positif, dengan ketentuan masalahnya benar-benar ditangani (Husnianita & Jannah, 2021). Namun, jika gejala yang ditimbulkan semakin berat dan sulit dikendalikan, maka perlu adanya bantuan dari orang lain serta jika memungkinkan perlu bantuan dari orang yang kompeten di bidangnya, seperti psikolog ataupun jika memerlukan obat ke psikiater.

4.     Kesimpulan

Kesehatan mental bukanlah hal yang tabu karena keadaan mental seseorang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kesadaran perlu ditingkatkan dan regulasi emosi perlu dibiasakan sebagai upaya penanggulangan dengan memahami gejala yang timbul, baik itu dalam tahapan ringan hingga berat.

 

5.     Daftar Pustaka

Boey, L. H., & Hatta, Z. A. (2022). The Exploration of Social Neuroscience Midlife Crisis in Malaysia. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 12(8), 545–557.

Hisyam, et al. (2023). Analisis Pelaku Kenakalan Remaja “Klitih” dalam Perspektif Teori Asosiasi Diferensial Sutherland. Harmoni: Jurnal Ilmu Komunikasi dan Sosial, 1(4).

Husnianita & Jannah. (2021). Perbedaan Regulasi Emosi Di Tinjau Dari Jenis Kelamin Pada Kelas X Sekolah Menengah Atas Boarding School. Character: Jurnal Penelitian Psikologi, 8(5).

Na’imin & Mafiah. (2024). Midlife Crisis Efek Psikologis Jangka Panjang Akibat Fatherless Perspektif Fikih Hadhanah : Studi Kasus di Temanggung. Jurnal MEDIASAS: Media Ilmu Syari’ah dan Ahwal Al-Syakhsiyyah, 7(1), https://journal.staisar.ac.id/index.php/mediasas

Ningrum, et al. (2022). Meningkatkan Kepedulian Terhadap Gangguan Kesehatan Mental Pada Remaja. Communnity Development Journal, 3(2).

Pamungkas, Z. (2018). Fenomena Klitih Sebagai Bentuk Kenakalan Remaja dalam Perspektif Budaya Hukum di Kota Yogyakarta. Skripsi Universitas Islam Indonesia.

Samosir, 2021). Kesehatan Mental Pada Usia Dewasa dan Lansia (Gambaran Hasil Skrining Kesehatan Mental dengan Kuesioner DASS-42). Unpri Press: Medan.

Setiawan, N. S. & Setiawan, I. (2022). Mengenal Pentingnya Kesehatan Mental: Dampak Bunuh Diri dan Gejala Gangguan Kesehatan Mental. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur : Berbeda, Bermakna, Mulia, 10(1), https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/AN-NUR

 

 

 

ESAI 4 - MELAKUKAN UPCYCLING SAMPAH ANORGANIK

 

ESAI 4  MELAKUKAN UPCYCLING SAMPAH ANORGANIK

 

Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan


Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.

 

 


Nurul Faidah – 23310410069

Fakultas Psikologi

 

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

 

Upcycling memiliki sejumlah keunggulan utama yang sangat signifikan, menjadikannya sebagai salah satu pendekatan yang penting dalam pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan kita. Pertama-tama, upcycling berperan secara krusial dalam mengurangi volume limbah yang masuk ke tempat pembuangan akhir, karena proses ini mengubah limbah yang sebelumnya dianggap tidak bernilai menjadi produk baru yang tidak hanya fungsional tetapi juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Dengan demikian, upcycling membantu mengalihkan perhatian kita dari kebiasaan membuang barang, dan mengajak kita untuk lebih menghargai potensi barang-barang yang mungkin dianggap sebagai sampah.

Kedua, upcycling cenderung lebih hemat energi jika dibandingkan dengan proses daur ulang industri yang biasanya memerlukan penggunaan energi yang cukup besar. Proses upcycling seringkali dilakukan secara manual dan tidak memerlukan proses kimia yang kompleks dan berenergi tinggi, sehingga dapat mengurangi jejak karbon yang dihasilkan. Hal ini sangat penting di tengah meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim dan dampak lingkungan dari aktivitas manusia.

Ketiga, upcycling tidak hanya berfungsi untuk mengurangi limbah, tetapi juga dapat meningkatkan kreativitas individu serta mendukung ekonomi lokal. Melalui produksi barang-barang unik yang memiliki nilai jual, seperti produk kerajinan tangan atau dekorasi yang dihasilkan dari bahan-bahan yang sebelumnya dianggap tidak berguna, kita dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian lokal. Dengan demikian, upcycling berkontribusi pada pembentukan gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab, sekaligus menciptakan produk dengan nilai tambah dari material yang dulunya dianggap sebagai limbah.

Pada tanggal 26 Desember yang lalu, saya memutuskan untuk melakukan eksperimen dengan mencoba upcycling galon mineral bekas menjadi tempat sampah, sebuah ide yang muncul sebagai respons terhadap banyaknya sampah galon plastik yang berserakan di lingkungan sekitar saya. Saya mulai dengan mengumpulkan beberapa galon bekas yang biasanya hanya ditumpuk secara sembarangan di area dapur, tanpa ada upaya untuk memanfaatkan barang-barang tersebut secara lebih kreatif. Setelah memastikan bahwa galon-galon tersebut bersih dan benar-benar kering, saya melanjutkan dengan menandai bagian atas galon yang akan saya potong untuk dijadikan tempat sampah.

 


Dengan penuh kehati-hatian dan ketelitian, saya menggunakan cutter dan gunting untuk memotong bagian atas galon hingga terbuka cukup lebar, sehingga dapat menampung berbagai jenis sampah dengan lebih nyaman dan efisien. Proses ini membutuhkan ketekunan dan kreativitas, karena saya harus memastikan bahwa potongan yang saya buat rapi dan aman untuk digunakan.

Setelah semua pekerjaan selesai, saya merasa bangga dan puas melihat bagaimana galon bekas tersebut telah bertransformasi menjadi tempat sampah yang cantik dan fungsional. Tempat sampah hasil upcycling ini bukan hanya mempercantik halaman kecil di kos saya, tetapi juga memberikan dampak positif yang nyata dengan mengurangi jumlah sampah plastik yang dihasilkan. Menjadikan limbah galon bekas sebagai tempat sampah di kost ternyata bukan hanya sebuah solusi lingkungan yang efektif, tetapi juga sebuah kegiatan kreatif yang menyenangkan. Selain itu, proses ini memberi saya kesempatan untuk merenungkan pentingnya upcycling dan bagaimana tindakan kecil seperti ini dapat berkontribusi pada perubahan yang lebih besar dalam upaya pelestarian lingkungan.

Essay 6 : TPST RANDU ALAS

TUGAS BELAJAR PENGELOLAAN SAMPAH DI TPST RANDU ALAS

Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, MA


Indah Dwi Sulistyowati (23310410042)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

TPST Randu Alas di Dusun Candi karang menjadi contoh nyata bagaimana petugas sampah berupaya mengelola sampah untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.  Program ini dipimpin oleh Pak Joko dan dibantu oleh tiga tetangganya, menunjukkan komitmen warga dalam menjaga lingkungan.  Meskipun menghadapi kendala, TPST Randu Alas memberikan pelajaran penting mengenai manajemen sampah yang berkelanjutan.

Keberhasilan dan Tantangan TPST Randu Alas:

- Layanan Terjangkau:  Biaya pengambilan sampah sebesar Rp50.000 per bulan dianggap relatif terjangkau oleh warga.  Hal ini menunjukkan bahwa program ini dirancang untuk  menjangkau masyarakat luas.

- Pengolahan Sampah Organik:  TPST Randu Alas berhasil mengolah sampah organik menjadi kompos kering dan cair, sebuah langkah positif untuk mengurangi limbah dan menghasilkan produk yang bermanfaat.  Proses ini sejalan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

- Dukungan Masyarakat:  Meskipun terdapat penolakan terhadap rencana kenaikan biaya, hal ini menunjukkan kesadaran warga terhadap pentingnya layanan pengelolaan sampah.

- Tantangan Volume Sampah:  Volume sampah yang membeludak menjadi tantangan besar.  Petugas terpaksa membakar sampah yang sulit dipilah, sebuah praktik yang tidak ideal karena dapat mencemari udara.

- Budidaya Magot Terhenti:  Budidaya magot, yang sebelumnya menjadi bagian dari program, terpaksa dihentikan karena kurangnya dukungan dari pihak ketiga, yaitu pedagang buah.  Hal ini menunjukkan pentingnya kolaborasi yang saling menguntungkan.

Pelajaran Penting:

 

- Dukungan Masyarakat:  Keberlangsungan program pengelolaan sampah sangat bergantung pada dukungan masyarakat.  Resistensi warga terhadap kenaikan biaya dapat menghambat upaya perbaikan layanan.

- Kolaborasi dengan Pihak Ketiga:  Kolaborasi dengan pihak ketiga, seperti pedagang buah, memerlukan pendekatan yang saling menguntungkan agar program dapat berjalan tanpa hambatan finansial.

 Langkah Perbaikan:

- Edukasi Masyarakat:  Penting untuk meningkatkan edukasi masyarakat mengenai manfaat layanan pengelolaan sampah yang lebih baik.  Warga perlu diajak untuk melihat dampak positif dari kenaikan harga, seperti pengurangan pembakaran sampah dan peningkatan kualitas layanan.

- Inovasi Pengolahan Sampah Organik:  TPST Randu Alas dapat mengeksplorasi inovasi pengolahan sampah organik dengan mencari mitra baru untuk mendukung budidaya magot atau solusi lain yang lebih berkelanjutan.

 Kesimpulan:

Pengelolaan sampah di TPST Randu Alas menunjukkan bahwa keberlanjutan program lingkungan memerlukan keseimbangan antara inovasi, partisipasi masyarakat, dan dukungan finansial.  Dengan komitmen bersama, tantangan yang ada dapat diatasi, menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk generasi mendatang.

 


Edukasi Kesehatan Mental di PT Guna Bangun Jaya

 Mata Kuliah : Kesehatan Mental

Tugas : Membuat Artikel Psikologi Kesehatan Mental

Dosen Pengampu : Fx. Wahyu Widiantoro,  S.Psi., M.A

Di Susun oleh : 

Indah Dwi Sulistyowati (23310410042)




Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia.  Keadaan kesejahteraan mental yang baik memungkinkan seseorang untuk menyadari potensi dirinya, mengatasi tekanan hidup, bekerja secara produktif, dan berkontribusi positif bagi komunitasnya.  Namun, kesehatan mental seringkali terabaikan, padahal kondisi ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup seseorang.  Makalah ini akan membahas pentingnya kesehatan mental, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta strategi untuk mendukung dan meningkatkannya.
 
Pentingnya Kesehatan Mental
 
Kesehatan mental yang baik adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan produktif.  Keadaan mental yang sehat memengaruhi cara kita berpikir, merasa, dan bertindak.  Hal ini berdampak pada hubungan interpersonal, pengambilan keputusan, kemampuan mengatasi stres, dan secara keseluruhan, kualitas hidup.  Orang dengan kesehatan mental yang baik cenderung memiliki hubungan yang lebih sehat, mampu membuat keputusan yang lebih bijaksana, dan lebih siap menghadapi tantangan hidup.
 
Edukasi di PT Guna Bangun jaya saya lakukan guna memberikan edukasi sekaligus melepaskan stres dan beban yang ada pada karyawan dengan melakukan games sederhana dan terbukti membuat audiens senang. 


Susunan Acara Edukasi kesehatan mental di PT Guna Bangun Jaya :

1. Ice Breaking 30 menit saya lakukan dengan games sederhana bermain games tepuk jika di hitungan tertentu tidak boleh ada yang tepuk jika ada yang salah akan di hukum dengan jalan seprti monyet dan terbukti games pecah dan audience merasa senang dan terhibur.

2. Sambutan yang di lakukan oleh Sales Manager PT Guna Bangun jaya di lakukan oleh Ibu Lusia dessy dan memberikan pengarahan pentingnya edukasi kesehatan mental ini untuk menunjang kinerja dan membuat tempat kerja menjadi lebih menyenangkan.

3. Materi kesehatan mental ini saya laksanakan sekitar 45 menit dengan materi Memahami dan Mendukung Kesehatan Mental.saya membuat materi yang tidak berat sehingga lebih mudah di pahami oleh audiens tentang Definisi kesehatan mental, pentinya kesehatan mental,Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental, Cara mendukung seseorang dengan masalah kesehatan mental, dan saran mencari bantuan profesional ketika di butuhkan.

Terlampir adalah surat Keteranga Telah Melakukan Edukasi di PT Guna Bangun Jaya.





Terlampir Jumlah peserta yang hadir di Edukasi kesehatan Mental PT Guna Bangun Jaya :





 


Edukasi Kesehatan Mental di Panti Asuhan

 PELAKSANAAN EDUKASI KESEHATAN MENTAL DI PANTI ASUHAN NURUL HAQ MADANIA YOGYAKARTA “PENTINGNYA KESEHATAN MENTAL PADA REMAJA”


NAMA KELOMPOK :

1.Amelia Natasya Rivani (23310410086)

2.Ratu Noor Temayuningrum (24310420042)

3.Jalu Rizqi Amrul Haq (23310410005)

4.Raihan Arridho Multazam (23310410088)




Kegiatan edukasi kesehatan mental bagi remaja di Panti Asuhan Nurul Haq Madania Yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 23 Desember 2024, merupakan upaya penting untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kesehatan mental di kalangan remaja. Proses pelaksanaan kegiatan ini melibatkan beberapa langkah strategis, mulai dari survei lokasi hingga penyusunan surat keterangan setelah kegiatan selesai.

Proses dimulai dengan survei lokasi panti untuk menilai kondisi fisik dan fasilitas yang tersedia. Anggota kelompok melakukan kunjungan ke Panti Asuhan Nurul Haq Madania guna memahami lingkungan panti dan kebutuhan remaja terkait kesehatan mental. Dalam survei ini, tim berinteraksi dengan pengurus panti untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai jumlah anak yang akan dilibatkan dalam kegiatan serta tantangan yang mereka hadapi. Survei ini sangat penting karena remaja di panti asuhan sering mengalami masalah kesehatan mental akibat kurangnya dukungan emosional dan lingkungan yang stabil (Rachmawati & Nisa, 2023).

Setelah survei, langkah berikutnya adalah mengurus surat pengantar dari dekanat. Surat ini berfungsi sebagai formalitas yang menjelaskan tujuan kegiatan, tanggal pelaksanaan, serta harapan kerjasama dari pihak panti asuhan. Dengan adanya surat pengantar ini, diharapkan pihak panti dapat memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan edukasi yang direncanakan. Surat ini juga mencerminkan komitmen lembaga pendidikan dalam mendukung kesejahteraan remaja di panti asuhan.

Tim kemudian menyusun susunan panduan acara untuk memastikan kelancaran kegiatan. Berikut adalah susunan acara yang direncanakan:

Waktu Kegiatan

09:00 - 09:15 Pembukaan oleh MC

09:15 - 09:30 Sambutan dari Pengurus Panti

09:30 - 10:15 Pemaparan materi Edukasi Kesehatan Mental

10:15 - 10:45 Sesi Tanya Jawab 

10:45 - 11:00 Ice Breaking

11:00 - 11:15 Penutupan dan Doa

11:15 - 12:00 Makan dan Pembagian Bingkisan

Susunan acara tersebut dirancang agar setiap sesi dapat berjalan dengan baik dan memberikan kesempatan bagi peserta untuk terlibat aktif dalam diskusi.

Persiapan juga dilakukan untuk menyiapkan konsumsi dan bingkisan bagi peserta. Anggota kelompok kami bertanggung jawab untuk menyediakan makanan ringan dan minuman selama acara berlangsung. Selain itu, bingkisan disiapkan sebagai bentuk apresiasi kepada pihak panti. Hal ini tidak hanya memberikan kenyamanan selama acara tetapi juga menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan peserta.

Pada saat pelaksanaan, kegiatan edukasi dimulai dengan sambutan dari pengurus panti yang menyampaikan harapannya terhadap kegiatan ini. Materi edukasi disampaikan oleh semua anggota kelompok. Sesi diskusi interaktif memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbagi pengalaman dan bertanya langsung kepada narasumber, sehingga menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman remaja mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental mereka, terutama dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari.

Setelah kegiatan selesai, anggota kelompok mengurus surat keterangan yang menyatakan bahwa kegiatan edukasi telah dilaksanakan. Surat ini ditandatangani oleh pengurus panti dan ketua tim pelaksana sebagai bukti formal bahwa kegiatan berjalan dengan baik. Surat keterangan ini penting sebagai dokumentasi resmi dan dapat digunakan untuk laporan atau evaluasi di masa mendatang.

Kegiatan edukasi kesehatan mental di Panti Asuhan Nurul Haq Madania tidak hanya memberikan pengetahuan baru kepada remaja tentang pentingnya menjaga kesehatan mental tetapi juga memperkuat hubungan antara pihak panti asuhan dengan lembaga pendidikan. Melalui proses persiapan yang matang dan pelaksanaan yang terencana, diharapkan kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk mendukung kesejahteraan mental remaja di panti asuhan lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Sibarani, A. A. R., Lestari, A. A., Rizki, A. A., Ramadhani, L., Vovo, R., Afrianda, S. M., & Nisrina, N. (2023). Edukasi Kesehatan Mental Remaja Menggunakan Media Leaflet Pada Anak Sekolah Menengah Pertama. Surya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 5(2), 122-126.


Indriani, F. (2024). Edukasi Kesehatan Mental Remaja Dengan Media Aplikasi Riliv Dan Media Leaflet Di Smp Pgri 1 Surakarta. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara, 5(2), 2274-2277.

Essay 4 : Pengalaman Saya Upcycling Paralon Bekas Menjadi Lampu Hias



Dosen Pengampu : Dra. Arundati Shinta, M.A

 

Nama : Tri Widanarto

NIM : 23310410032

Prodi : Psikologi Karyawan (SJ)

 

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Pengalaman Saya Upcycling Paralon Bekas Menjadi Lampu Hias

Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan beberapa potongan paralon bekas di gudang rumah. Awalnya, benda-benda tersebut hanya terlihat seperti sampah yang tidak memiliki nilai guna. Namun, setelah membaca tentang manfaat upcycling, saya terinspirasi untuk mengubah paralon bekas itu menjadi sesuatu yang bernilai estetika dan fungsional. Pilihan saya jatuh pada proyek membuat lampu hias dari paralon bekas, dan pengalaman ini tidak hanya memberikan kepuasan pribadi tetapi juga membawa manfaat yang luar biasa.

Langkah pertama dalam proyek ini adalah membersihkan paralon bekas dan memikirkan desain yang menarik. Saya memutuskan untuk membuat pola berlubang di permukaan paralon untuk menghasilkan efek cahaya yang artistik. Dengan menggunakan alat sederhana seperti bor dan pisau ukir, saya berhasil menciptakan pola yang unik dan indah. Saat lampu dinyalakan, cahaya yang keluar dari pola-pola tersebut memberikan nuansa hangat dan dekoratif di ruangan.

Proses ini membuat saya sadar bahwa dengan sedikit usaha, benda yang tampaknya tidak berguna dapat diubah menjadi sesuatu yang bernilai. Upcycling paralon bekas ini membantu mengurangi limbah yang mungkin akan berakhir di tempat pembuangan akhir. Dengan mengurangi jumlah sampah, saya merasa telah berkontribusi pada upaya menjaga lingkungan.

Proyek lampu hias ini bukan hanya tentang menciptakan barang baru, tetapi juga tentang mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan memanfaatkan paralon bekas, saya tidak hanya mencegahnya menjadi limbah, tetapi juga mengurangi kebutuhan akan bahan mentah baru. Membeli lampu hias baru dari toko biasanya melibatkan produksi yang memerlukan energi dan sumber daya. Dengan upcycling, saya menghemat sumber daya tersebut dan membantu mengurangi polusi yang dihasilkan oleh proses manufaktur.

Membuat lampu hias dari paralon bekas juga memberikan manfaat ekonomi. Saya tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membeli bahan-bahan baru. Paralon bekas sudah tersedia di rumah, dan alat yang saya gunakan sebagian besar adalah alat yang sudah ada. Hasil akhirnya adalah sebuah lampu hias unik yang tidak hanya menghemat uang tetapi juga memiliki nilai estetika tinggi.

Selain itu, pengalaman ini membuka peluang untuk menciptakan produk serupa sebagai ide bisnis. Dengan desain yang menarik dan fungsi yang jelas, lampu hias dari paralon bekas ini memiliki potensi untuk dijual. Proyek ini mengajarkan saya bahwa upcycling bukan hanya tentang kreativitas, tetapi juga peluang untuk menghasilkan pendapatan tambahan.

Salah satu aspek terbaik dari upcycling adalah kebebasan untuk mengekspresikan kreativitas. Saya merasa puas melihat hasil kerja tangan sendiri yang tidak hanya indah tetapi juga berguna. Lampu hias yang saya buat memiliki desain yang personal dan tidak bisa ditemukan di mana pun. Hal ini memberikan rasa bangga tersendiri, terutama ketika keluarga dan teman-teman memuji hasil karya tersebut.

Proyek ini juga menguatkan komitmen saya untuk menjalani gaya hidup berkelanjutan. Dengan memanfaatkan barang bekas yang ada di sekitar, saya membantu mempraktikkan prinsip ekonomi sirkular, di mana barang-barang terus digunakan selama mungkin sebelum akhirnya menjadi limbah. Upcycling menjadi langkah kecil yang nyata dalam menjaga bumi tetap sehat untuk generasi mendatang.

Melalui pengalaman ini, saya menyadari bahwa upcycling dapat menginspirasi orang lain untuk lebih peduli terhadap pengelolaan limbah. Ketika saya membagikan cerita dan hasil karya saya kepada teman-teman, banyak dari mereka yang tertarik untuk mencoba proyek upcycling mereka sendiri. Saya percaya bahwa langkah kecil seperti ini dapat menjadi awal dari perubahan besar dalam cara kita memandang sampah.

Proyek upcycling paralon bekas menjadi lampu hias ini adalah pengalaman yang mengesankan dan penuh manfaat. Dari segi lingkungan, ekonomi, kreativitas, hingga sosial, upcycling memberikan dampak positif yang luar biasa. Saya belajar bahwa sampah bukanlah akhir dari sebuah barang, melainkan awal dari sesuatu yang baru jika dikelola dengan cara yang tepat.

Saya berharap lebih banyak orang yang mencoba upcycling dan menemukan manfaat yang sama seperti yang saya rasakan. Dengan kreativitas dan kepedulian, kita semua dapat berkontribusi untuk menjaga bumi dan menciptakan kehidupan yang lebih berkelanjutan.

 Essay 7 : Pengalaman Saya Menjadi Nasabah Bank Sampah



Dosen Pengampu : Dra. Arundati Shinta, M.A

 

Nama : Tri Widanarto

NIM : 23310410032

Prodi : Psikologi Karyawan (SJ)

 

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Dua bulan yang lalu, saya memutuskan untuk menjadi nasabah bank sampah di lingkungan tempat tinggal saya. Keputusan ini bermula dari keprihatinan terhadap banyaknya sampah yang tidak terkelola dengan baik di sekitar rumah dan keinginan untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Setelah dua bulan bergabung, saya menyadari bahwa menjadi nasabah bank sampah memberikan banyak manfaat, baik secara ekonomi, lingkungan, sosial, maupun kesehatan. 



Salah satu manfaat langsung yang saya rasakan adalah adanya penghasilan tambahan dari sampah yang saya setorkan. Setiap minggu, saya mengumpulkan sampah-sampah yang bisa didaur ulang, seperti botol plastik, kertas bekas, dan kaleng minuman. Setelah ditimbang di bank sampah, sampah tersebut dihargai sesuai jenis dan beratnya. Hasilnya memang tidak besar, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan kecil seperti membeli pulsa atau kebutuhan rumah tangga sederhana.

Selain itu, bank sampah tempat saya bergabung menawarkan sistem tabungan. Uang hasil penjualan sampah dapat disimpan dalam bentuk saldo, sehingga saya bisa menggunakannya kapan saja. Tabungan ini menjadi semacam cadangan finansial yang bermanfaat, terutama saat ada kebutuhan mendesak.



Menjadi nasabah bank sampah juga membuat saya lebih sadar akan pentingnya pengelolaan sampah. Saya mulai membiasakan diri untuk memilah sampah sejak dari rumah. Sampah organik, seperti sisa makanan dan dedaunan, saya olah menjadi kompos untuk tanaman di halaman. Sementara itu, sampah anorganik seperti plastik, kertas, dan logam saya kumpulkan untuk disetorkan ke bank sampah.

            Hasilnya, jumlah sampah rumah tangga yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) berkurang secara signifikan. Lingkungan di sekitar rumah saya menjadi lebih bersih dan teratur. Saya juga merasa bangga karena sampah yang saya setorkan akan didaur ulang dan diolah menjadi produk baru, mengurangi eksploitasi sumber daya alam.



Bergabung dengan bank sampah memberikan saya kesempatan untuk berinteraksi dengan banyak orang di komunitas. Setiap kali saya menyetor sampah, saya bertemu dengan para nasabah lain yang memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan lingkungan yang lebih bersih. Kami sering berbagi tips tentang cara memilah sampah dengan lebih efektif atau bagaimana mengolah sampah organik menjadi pupuk.

Selain itu, bank sampah sering mengadakan kegiatan edukasi dan pelatihan. Saya pernah melihat tentang daur ulang plastik menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai jual. Dari kegiatan ini, saya belajar bahwa sampah sebenarnya memiliki potensi ekonomi yang besar jika dikelola dengan kreatif.



Lingkungan yang bersih tentu membawa dampak positif bagi kesehatan. Setelah rutin mengelola sampah, saya merasakan lingkungan rumah menjadi lebih sehat. Sampah yang sebelumnya berserakan dan menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau tikus kini berkurang drastis. Risiko penyakit seperti demam berdarah atau diare pun menurun.

            Saya juga merasa lebih sehat secara mental. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat sampah yang saya kelola tidak mencemari lingkungan, tetapi justru memberi manfaat. Perasaan ini memberikan semangat baru untuk terus menjalani gaya hidup ramah lingkungan.



Bergabung dengan bank sampah membuat saya mendukung ekonomi berkelanjutan di sekitar saya dan memahami konsep ekonomi sirkular, di mana barang yang sudah tidak terpakai diolah kembali menjadi produk baru. Saya merasa menjadi bagian dari solusi untuk masalah sampah global. Dengan menyetorkan sampah ke bank sampah, saya ikut mendukung industri daur ulang dan menciptakan lapangan kerja bagi mereka yang terlibat di sektor ini.

            Kesan saya sebagai nasabah bank sampah menjadi nasabah bank sampah adalah pengalaman yang luar biasa. Selain memberikan manfaat ekonomi, saya juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan, mempererat hubungan sosial, dan menjaga kesehatan. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa tindakan kecil, seperti memilah dan menyetor sampah, dapat memberikan dampak besar bagi kehidupan.

Saya berharap lebih banyak orang yang sadar akan pentingnya pengelolaan sampah dan bergabung dengan bank sampah. Bersama-sama, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.