NAMA : IJLAL FADHLURRAHMAN
NIM : 22310410154
MATA KULIAH : PSIKOLOGI INOVASI
DOSEN PENGAMPU : DR. ARUNDATI SHINTA, M.A.
JULI 2025
Menemukan Irama Diri Melalui Langkah Kaki
Setiap perubahan dimulai dari satu keputusan kecil yang dilakukan secara konsisten. Dalam tugas mata kuliah Psikologi Inovasi ini, saya memilih berjalan kaki sebagai bentuk inovasi pribadi. Tujuannya bukan hanya untuk kebugaran, tetapi juga sebagai cara melatih disiplin, kesadaran tubuh, dan kestabilan pikiran. Kegiatan ini saya jalani selama sepuluh minggu, dan hasilnya membawa perubahan yang lebih dalam dari yang saya bayangkan.
Minggu pertama menjadi pembuka yang cukup ekstrem. Di hari pertama, saya langsung "tancap gas" dengan menempuh 12.000 langkah, dari Seturan menuju Tugu Yogyakarta dan kembali lagi. Perjalanan itu saya lakukan dalam waktu sekitar 3 jam, sendirian dan dengan penuh semangat. Alasan saya memaksakan diri saat itu karena saya ingin melatih daya tahan tubuh menjelang pendakian ke Gunung Kembang yang dijadwalkan pada Sabtu minggu itu. Sayangnya, semangat tinggi itu tidak diiringi manajemen stamina yang baik. Hari berikutnya saya hanya mampu berjalan 5.250 langkah, karena otot terasa nyeri dan tubuh sangat lelah. Akhirnya, pendakian pun gagal muncak karena logistik kurang dan kondisi tubuh saya yang belum pulih.
Minggu-minggu selanjutnya saya belajar menurunkan intensitas dan menjaga ritme. Rata-rata saya berjalan 5.000 langkah per hari, dengan durasi antara satu hingga satu setengah jam. Saya mulai menikmati berjalan sebagai rutinitas ringan yang tidak membebani tubuh, tapi tetap membawa manfaat. Jalan kaki menjadi semacam ruang meditasi, berjalan merenung, menata ulang pikiran, dan kadang hanya sekadar menikmati udara sore dan malam hari.
Di minggu ke-8, semangat saya kembali meningkat. Saya mulai menargetkan 9.000 langkah per hari, karena saya dan teman-teman merencanakan pendakian tektok ke Gunung Sumbing di awal Agustus. Motivasi untuk menyiapkan fisik menjadi pemicu untuk kembali bergerak lebih aktif. Saya merasa tubuh menjadi lebih ringan, nafas lebih teratur, dan tidur malam lebih nyenyak.
Namun, di balik kemajuan tersebut, saya menyadari ada satu kekurangan yang cukup signifikan: pola makan saya belum teratur dan tidak mendukung program jalan kaki ini. Saya sering melewatkan sarapan, makan larut malam, dan mengabaikan asupan nutrisi. Akibatnya, meskipun fisik terasa lebih kuat, saya belum mencapai kondisi tubuh yang benar-benar ideal. Ini menjadi pelajaran penting bahwa olahraga harus berjalan beriringan dengan gaya hidup sehat lainnya, termasuk pola makan dan istirahat.
Minggu |
Langkah |
Waktu (menit) |
Jarak (km) |
1 |
12.000 |
180 |
7,5 |
2 |
5.250 |
80 |
3,2 |
3 |
5.000 |
70 |
3,0 |
4 |
5.200 |
72 |
3,1 |
5 |
5.300 |
75 |
3,2 |
6 |
5.000 |
70 |
3,0 |
7 |
5.500 |
78 |
3,4 |
8 |
9.000 |
120 |
5,5 |
9 |
9520 |
130 |
6 |
10 |
8500 |
100 |
4,5 |
Dalam kerangka Psikologi Inovasi, perjalanan ini mencerminkan bentuk inovasi dari dalam diri, perubahan perilaku melalui kebiasaan kecil yang dilakukan berulang. Berjalan kaki bukan hal yang luar biasa, tetapi saat dijadikan rutinitas, ia memiliki kekuatan untuk membentuk pola pikir, mengasah kesadaran diri, dan membangun disiplin. Konsistensi dalam hal kecil ini mengajarkan saya bahwa perubahan besar tidak harus instan, melainkan dibangun perlahan dengan ketekunan.
Saya tidak hanya merasa lebih sehat secara fisik, tapi juga lebih stabil secara emosi. Setiap langkah menjadi simbol dari kemajuan yang saya buat, bukan hanya untuk tubuh, tapi juga untuk diri saya yang lebih sadar, lebih tangguh, dan lebih siap menghadapi tantangan ke depan.
Daftar Pustaka:
Duhigg, C. (2012). The Power of Habit: Why We Do What We Do in Life and Business. Random House.
Deci, E. L., & Ryan, R. M. (1985). Intrinsic Motivation and Self-Determination in Human Behavior. Springer.
0 komentar:
Posting Komentar