Oleh
: Alia Nanda Rumekti (19310410066)
Dosen Pembimbing : FX.
Wahyu Widiantoro, S. Psi., M. A.
Sanata Dharma Berbagi merupakan acara yang dilaksanakan
sebagai bentuk kepedulian akan tinjauan Psikologi yaitu Autisme dan relasi di
masyarakat. Seminar yang dilaksanakan pada Jumat, 22 November 2019 di Ruang
Kadarman Kampus 2 Universitas Sanata Dharma ini dihadiri oleh para dosen,
mahasiswa, pengasuh anak dengan Autisme, dan dari kalangan lain. Seminar yang
mengusung tema “Masyarakat yang Peka: Sebuah Tinjauan Psikologis” ini juga
menghadirkan dua narasumber dengan materi yang berbeda.
Dr. Maria Laksmi Anantasari, M. Si., salah satu
narasumber dalam Sanata Dharma Berbagi, mengusung materi “Perempuan yang
Bertumbuh dalam Tekanan dan Kisah Asuh Para Ibu”. Dalam materinya, beliau
menuturkan bahwa Autisme menduduki peringkat tertinggi pada gangguan mental
dimana hal tersebut memiliki efek yang sangat besar. Kasus Autisme yang terus
meningkat setiap tahunnya tentu memerlukan pemahaman dan perhatian khusus dari
masyarakat.
Dr. Ari menyampaikan bahwa ada beberapa karakteristik
gangguan Autisme sebagai stressor diantaranya komunikasi, perilaku makan,
perilaku berulang, sensitivitas indera, tantrum, keterampilan dasar, dan
kesehatan pencernaan. Selain stressor pada penderita, stressor ini juga terjadi
pada ibu dari penderita. Seperti sulitnya mengasuh anak berkebutuhan khusus (ABK), sulit
menerima takdir, suami yang tidak menerima kondisi anak, dan beratnya mengikhlaskan
kemerdekaan sepanjang usia karena harus mengurus ABK. Anak dengan Autisme juga seringkali mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, seperti dianggap gila
dan menjijikkan yang tentunya menjadi tekanan bagi ibu maupun anak.
Selain materi yang disampaikan oleh Dr. Ari, disampaikan
pula materi “Relasi Interpersonal dalam Masyarakat yang Semakin Non-Komunal”
yang disampaikan oleh Dr. Y. Heri Widodo, M. Psi., Psi. Dalam materinya, beliau
menuturkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi justru membuat
masyarakat cenderung kehilangan kepekaan terhadap keadaan di sekitarnya. Hal
tersebut bisa dipahami dari bagaimana ia berelasi dengan manusia lainnya. Dr.
Heri juga menyampaikan bahwa relasi interpersonal memiliki dampak terhadap
kondisi fisiologis terkait kondisi kesehatan seseorang. Kondisi positif
seseorang dapat meningkatkan kesehatan mental dan menurunkan risiko kematian.
Dari kedua materi yang disampaikan, terdapat beberapa hal
yang dapat diambil. Diantaranya anak dengan Autisme dapat digali potensinya
dengan pendekatan-pendekatan dan
terapi-terapi Psikologi. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah pendekatan
secara personal. Dibutuhkan waktu sekitar 10 sampai 12 tahun bagi orangtua dari anak
dengan Autisme untuk menerima kondisi anak. Selain itu, orientasi komunal masih
tampak dalam relasi antarindividu dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
bisa dilihat dari adanya saling mengenal yang kemudian memunculkan kedekatan di
masyarakat. Seseorang akan merasa bahagia ketika ia dicintai dan diinginkan,
dan masyarakat yang peka adalah masyarakat yang saling menggantungkan.
0 komentar:
Posting Komentar