PENDIDIKAN
BUDI PEKERTI BERDASARKAN PANDANGAN HIDUP ORANG JAWA
Imelta Indriyani Alfiah
19310410062
Psikologi Umum I
Dosen Bp. FX. Wahyu
Widiantoro, S.Psi., M.A
Melihat
kenyataan hidup khususnya di tanah Jawa, tidak terlepas dari tindak-tanduk (perilaku) yang
mencerminkan tata krama, sopan santun dan budi pekerti yang luhur. Kondisi yang
memprihatinkan saat ini, kemerosotan moral bangsa sudah mencapai titik terendah
Masyarakat cenderung terpengaruh oleh budaya global dengan nilai-nilai baru yang
mengesampingkan sopan santun.
Pandangan
hidup Jawa sampai sekarang tampaknya belum dipahami secara merata. Bahkan belum
sampai memahami, telah banyak orang yang menyalah artikan sehingga menimbulkan
paham keyakinan yang kadang sulit sekali dipahami karena terkesan tidak masuk
akal. Contoh kecil adalah “Ma Lima” (dibaca mo-limo), adalah ungkapan bahasa
Jawa untuk menyebut perilaku yang merugikan manusia karena kecanduan akan mangan (makan makanan enak), minum (minum minuman keras atau
mabuk-mabukan), main (min kartu atau
berjudi), madat ( menghisap candu,
kalau sekarang narkotika dan obat-obatan terlarang), madon (royal atau main perempuan). Orang Jawa mengajarkan agar
setiap orang menghindari Ma Lima. Karena dilakukan dapat merusak unsur anatomis
tubuh dan dapat mengganggu kestabilan jiwa dan lingkungan.
Pandangan
hidup Jawa juga didasarkan pada pengakuan adanya jagad gedhe (makro kosmos) dan jagad
cilik (mikro kosmos). Orang Jawa beranggapan bahwa kosmos atau alam raya
merupakan sesuatu yang teratur dan tersusun secara bertingkat (hirarkis). Tugas
moril dari manusia adalah menjaga keselarasan dengan tata tertib universal
(Mulder, N., 1973: 36). Melalui berbagai nilai dan norma yang tertuang dalam
kebiasaan, adat istiadat, dan sebagainya yang disampaikan dari generasi ke
generasi seperti tentang pertautan kehidupan manusia dengan lingkungannya,
harus diindahkan oleh setiap anggota masyarakat apabila masyarakat menghendaki
kelestarian hidupnya terjamin (Endrapradana, P., 1991: 6)
Dasar
pendidikan budi pekerti untuk generasi mendatang sudah sejak dulu diberikan
oleh leluhur kita dalam berbagai bentuk warisan seperti petuah, ungkapan,
kidung dan macapatan yang didalamnya terkandung berbagai filosofi dan tatanan
yang dapat digunakan sebagai landasan untuk berpikir, bersikap, dan berperilaku
di tengah kehidupan sehari-hari. Corak dasar masyarakat Jawa adalah gotong
royong dan kekeluargaan. Demi kebersamaan, ketentraman, dan kedamaian maka
perlu adanya pelestarian ungkapan, kidung, tembang-tembang macapat untuk digunakan
sebagai bahan pendidikan budi pekerti untuk membentuk manusia berhati mulia.
DAFTAR
PUSTAKA
Endrapradana,
P. 1991. Manusia dan Lingkungan
Hidupnya. Malang: FPIPS IKIP Malang.
Jatman,
D. 2000. Psikologi Jawa. Yogyakarta:
Yayasan Bentang Budaya.
Koentjaraningrat.
1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta:
Balai Pustaka.
Mulder,
N. 1973. Kepribadian Jawa dan
Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Subandriyo,
B. 2000. Keselamatan Bagi Orang Jawa.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
0 komentar:
Posting Komentar