Oleh Nurul
Hidayah (153104101104)
Mata
Kuliah Psikologi Abnormal
Prevalensi penderita depresi pada usia remaja
menunjukkan peningkatan yang sangat tinggi dibandingkan dengan usia kanak‐kanak
dan usia dewasa (Darmayanti, 2008). Depresi merupakan kondisi emosional yang
biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan
bersalah, menarik diri dari orang lain, dan tidak dapat tidur, kehilangan
selera makan, hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang
biasa dilakukan (Davison dkk, 2014). Depresi pada anak-anak sering kali
mengakibatkan berbagai keluhan somatik, seperti sakit kepala atau sakit perut
(Davison dkk, 2014).
Depresi yang dialami oleh remaja perempuan dan remaja
laki-laki berbeda. Kendal & Hammen (dalam Darmayanti, 2008)
mengatakan bahwa terjadinya perbedaan depresi diantara remaja perempuan dan
laki-laki disebabkan oleh adanya perbedaan dalam cara menghayati dan
mengekspresikan gangguan psikologis itu sendiri. Pettersen et al., (dalam Darmayanti, 2008) menyebutkan tiga
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan gender dalam
depresi, pertama karakteristik dari gender itu sendiri, kedua
sumber‐sumber untuk mengatasi masalah (coping
resources), dan ketiga kejadian‐kejadian menekan yang dialami remaja
laki‐laki dan perempuan.
Hubungan interpersonal remaja dengan orang tua dan
lingkungannya di masa kanak-kanak mempengaruhi munculnya depresi pada remaja. Hal
ini selaras dengan yang diungkapkan oleh a.l., Billings dkk (dalam Davison dkk,
2014) bahwa berkurangnya dukungan sosial dapat melemahkan kemampuan individu
untuk mengatasi berbagai peristiwa hidup yang negatif dan membuatnya rentan
terhadap depresi.
Depresi yang terjadi pada remaja juga mempengaruhi
hubungan interpersonalnya dengan orang-orang disekitarnya. Perilaku
terus-menerus mencari dukungan membuat orang lain merasa terganggu (Joiner
dalam Davison dkk, 2014). Karena kepastian bahwa orang lain peduli terhadapnya
hanya memuaskan penderita depresi sementara waktu.
Kesimpulannya adalah remaja pada fase perkembangannya
belum mencapai kestabilan emosi yang baik. Dibutuhkan pendampingan serta
dukungan sosial dari orang tua, guru dan lingkungan sekitar dalam pengolahan
emosi remaja. Meskipun depresi cenderung sembuh dengan sendirinya namun episode
depresi yang tidak cepat ditangani dapat berlangsung lama. Bahkan dapat
berujung pada resiko negatif yang paling dihawatirkan yaitu bunuh diri,
mengingat remaja cenderung memiliki kontrol diri yang rendah serta belum
tercapainya kematangan berfikir.
Referensi
:
Davison,
Gerald C., Neale, John M., Kring, Ann M. (2014). Psikologi Abnormal Edisi ke-9. Jakarta. Rajawali Press.
Darmayanti,
Nefi. (2008). Meta-Analisis : Gender dan Depresi pada Remaja. Jurnal Psikologi,35(2),164-180,
https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/download/7950/6148+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id,diakses 29 Maret 2017
0 komentar:
Posting Komentar