Sedekah Sampah untuk Pendidikan
Tri Jumiati
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Sampah adalah material sisa yang sudah tidak terpakai dan
dibuang di tempat sampah. Sampah dapat ditemukan disetiap rumah penduduk maupun
di tempat sampah depan rumah penduduk. Sampah berupa sisa makanan atau sisa
barang yang sudah tidak terpakai lagi sehingga dibuang oleh pemiliknya.
Setalah itu, akan ada pemulung yang mencari barang-barang
yang masih dapat dimanfaatkan dan dapat didaur ulang, sehingga sampah tidak
terbuang percuma begitu saja. Pemulung biasanya mengambil sampah plastik
seperti sampah botol air mineral atau plastik kemasan, dan sampah yang dapat
didaur ulang lainnya.
Bapak Adi Putra adalah salah satu dari sekian banyak
pemulung yang menjadi pemulung sejak kecil. Dengan menjadi pemulung pak Adi
dapat membayar biaya pendidikannya, selain menjadi pemulung pak Adi juga
menjadi penjual ikan dan akhirnya pak Adi juga berhasil menggapai impiannya
menjadi sarjana.
Kini, pak Adi membantu banyak anak keluarga miskin untuk
melanjutkan pendidikan, agar mereka bisa sekolah pak Adi akhirnya membuka
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak. Dengan caranya, pak Adi
kepada para orangtua yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolahannya harus
menyedekahkan barang bekas atau sampah seperti Koran, botol plastik, kaleng
minuman, besi tua, dan barang elektronik rongsokan, sebagai pengganti biaya
pendaftaran dan biaya sekolah anak mereka masing-masing. Selain itu, pak Adi juga mengolah sampah plastik menjadi
alat peraga pendidikan dan aneka kerajinan, seperti hiasan dinding, lampu
kamar, dan cendera mata. Barang-barang tersebut bisa langsung di
perjual-belikan dengan harga yang relatif terjangkau.
Seiring berjalannya waktu, lembaga pendidikan berbasis
bank sampah yang digagas dan dikelola pak Adi terus berkembang. Donatur sampah
pun semakin banyak termasuk dan tidak hanya itu Bank Indonesia juga menyumbang
kendaraan bermotor yang bisa digunakan untuk menjemput sampah dari rumah warga.
Pak Adi juga berencana akan membangun workshop pengelolaan sampah, museum
sampah, perpustakaan sampah, dan pasar wisata sampah. Pokoknya semua berbasis
sampah.
Sumber
: Tambunan. I. (2016). Sedekah
Sampah untuk Pendidikan. Kompas. 28 September.
Halaman 16.
0 komentar:
Posting Komentar