6.11.25

 


ESAI 8 UTS PSIKOLOGI INOVASI


 Mata Kuliah: Psikologi Inovasi

"Membentuk Perilaku Melalui Lingkungan: Analisis Psikologi Inovasi pada Pendekatan Kang Dedi Mulyadi"

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.




Nurul Faidah (23310410069)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Oktober 2025


            Fenomena sosial yang dilakukan oleh Kang Dedi Mulyadi (KDM) terhadap remaja yang disebut “unik” karena perilakunya yang menyimpang telah menjadi perbincangan publik. KDM tidak menghukum mereka dengan cara konvensional, tetapi justru mengajak mereka masuk ke barak militer untuk dibina dan dilatih kedisiplinan. Tindakan ini menjadi inovasi sosial karena memadukan pendekatan psikologis, edukatif, dan lingkungan.
Untuk memahami jalan pikiran KDM dalam menangani kasus ini, dapat digunakan skema persepsi menurut Paul A. Bell dkk. (dalam Patimah et al., 2024; Sarwono, 1995) yang menjelaskan bagaimana persepsi terhadap lingkungan membentuk perilaku, dan bagaimana perilaku yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan baru.

        Menurut Paul A. Bell dkk., persepsi adalah proses seseorang menafsirkan informasi dari lingkungan melalui stimulus, pengalaman, dan konteks sosial-budaya. Persepsi inilah yang menjadi dasar seseorang bertindak, dan tindakan yang dilakukan terus-menerus akan membentuk kebiasaan yang menetap (Sarwono, 1995).

  1. Stimulus Lingkungan sebagai Awal Persepsi KDM
    KDM memperhatikan fenomena sosial di masyarakat, yaitu meningkatnya perilaku remaja yang membolos, merokok, dan berkelahi. Bagi sebagian orang, perilaku ini dianggap sebagai bentuk kenakalan yang harus dihukum. Namun, persepsi KDM berbeda. Ia melihat bahwa perilaku itu muncul karena lingkungan yang tidak kondusif, seperti kurangnya perhatian keluarga, lemahnya figur panutan, dan tidak adanya struktur disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dari stimulus tersebut, KDM menilai bahwa permasalahan ini bukan soal moral semata, tetapi soal lingkungan pembentuk perilaku.

  2. Karakteristik Individu (KDM sebagai Perseptor)
    Dalam teori persepsi Bell, karakteristik individu sangat memengaruhi bagaimana seseorang memandang situasi. Sebagai pemimpin yang dikenal dekat dengan rakyat, KDM memiliki nilai empati yang tinggi dan berpikir sistemik. Ia percaya bahwa manusia bisa berubah bila ditempatkan pada lingkungan yang tepat. Oleh karena itu, ia memilih menciptakan lingkungan baru (barak militer) sebagai sarana pembelajaran perilaku disiplin, tanggung jawab, dan kerja sama.

  3. Konteks Sosial dan Partisipasi Orang Tua
    Dalam skema persepsi Bell, konteks sosial merupakan faktor penting yang memengaruhi interpretasi seseorang terhadap stimulus. KDM tidak memaksakan kehendak, melainkan melibatkan persetujuan orang tua secara tertulis dan bermeterai. Hal ini menunjukkan bahwa persepsinya melibatkan nilai budaya masyarakat Jawa Barat yang menjunjung musyawarah dan persetujuan keluarga. Pendekatan ini memperkuat dukungan sosial terhadap perubahan perilaku anak-anak tersebut.

  4. Dari Persepsi Menuju Perilaku dan Kebiasaan
    Persepsi KDM terhadap anak-anak “unik” sebagai individu yang masih bisa dibentuk menghasilkan perilaku inovatif: membina mereka melalui rutinitas positif. Di dalam barak, remaja diajarkan untuk bangun pagi, beribadah, berolahraga, belajar, dan hidup tertib. Aktivitas ini menciptakan stimulus perilaku positif yang berulang, yang lama-kelamaan membentuk kebiasaan disiplin dan tanggung jawab.
    Hal ini sesuai dengan konsep Bell bahwa perilaku yang terus-menerus dilakukan akan mengubah cara berpikir individu terhadap dirinya dan lingkungannya (Patimah et al., 2024). Dengan demikian, barak bukan hanya tempat pelatihan fisik, tetapi juga laboratorium psikologis untuk membentuk persepsi dan kebiasaan baru.

  5. Inovasi Psikologis KDM
    Pendekatan KDM dapat dikategorikan sebagai inovasi psikologis berbasis persepsi lingkungan, di mana ia tidak menekankan pada hukuman, melainkan pada pengondisian ulang perilaku melalui lingkungan yang positif. Hal ini sejalan dengan prinsip modifikasi perilaku dan pembelajaran sosial: ketika individu terpapar stimulus positif secara berulang, maka sistem berpikir dan kebiasaannya ikut berubah. Dengan kata lain, KDM menciptakan perubahan bukan melalui ancaman, melainkan melalui pengalaman hidup yang menumbuhkan kesadaran diri.

Kesimpulan

Jalan pikiran Kang Dedi Mulyadi mencerminkan pemahaman mendalam terhadap psikologi persepsi dan pembentukan perilaku. Berdasarkan skema Paul A. Bell dkk., KDM mengawali tindakannya dari persepsi bahwa perilaku menyimpang remaja merupakan hasil lingkungan yang kurang mendukung. Ia kemudian menciptakan stimulus baru berupa lingkungan disiplin di barak militer yang menumbuhkan perilaku positif, dan perilaku tersebut diulang hingga menjadi kebiasaan baik.
Dengan demikian, tindakan KDM bukanlah paksaan, tetapi bentuk inovasi psikologis yang memadukan persepsi lingkungan, perilaku, dan pembentukan kebiasaan untuk menciptakan perubahan sosial yang nyata.


Daftar Pustaka

Patimah, A. S., Shinta, A., & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi, 20(1), 23–29.
https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI.







0 komentar:

Posting Komentar