Mata Kuliah: Psikologi Inovasi
Tugas: Esai 8 - Ujian Tengah Semester
Judul: Solusi Inovatif Kang Dedi Mulyadi dalam Pendidikan Karakter Remaja melalui Program Barak Militer
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.
Yelsi Adel Quraini (24310420037)
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
November 2025
Di era digital saat ini, terdapat fenomena terbaru diberbagai media sosial di Indonesia yang tengah ramai membicarakan sosok Gubernur Jawa Barat untuk periode 2025-2030, yaitu Kang Dedi Mulyadi atau yang dikenal KDM, karena pendekatannya yang unik dan inovatif untuk mendidik remaja-remaja bermasalah. Dalam fenomena yang viral tersebut, KDM memaksa anak-anak yang dianggap unik dengan perilaku nakal seperti merokok, berkelahi, mogok sekolah, dan lain sebaginya untuk menjalani pendidikan serta pembinaan di barak militer selama beberapa bulan untuk dilatih disiplin, berdoa, berolahraga, hingga kebiasaan positif lainnya agar mereka mampu merencanakan masa depan yang lebih baik. Meskipun banyak yang tidak setuju, orang tua dari para remaja justru tetap memberikan surat izin resmi bermeterai agar anak mereka bisa ikut program tersebut. Selama masa pembinaan, perilaku remaja berubah menjadi lebih baik dan mereka mulai mampu merencanakan masa depan secara lebih positif. Program ini berbeda drastis dengan pola penanganan konvensional yang mengandalkan pesantren atau Lapas Khusus sesuai pendekatan gubernur lain di Indonesia.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi, program yang dilakukan oleh Kang Dedi Mulyadi tersebut dapat dikaji secara psikologis menggunakan skema persepsi yang dikemukakan oleh Paul A. Bell dkk (dalam Patimah dkk., 2024; Sarwono, 1995). Skema tersebut menegaskan bahwa persepsi terhadap lingkungan adalah proses individu dalam menerima, mengolah, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan yang menjadi dasar terbentuknya perilaku seseorang. Di dalam pembinaan remaja dengan lingkungan baru di barak militer memberikan rangsangan fisik dan sosial yang berbeda dari lingkungan sebelumnya, sehingga remaja tersebut mengalami perubahan persepsi terkait norma dan kebiasaan. Di mana ketika di barak militer, ia harus penuh disiplin yang memberikan rangsangan intens dalam menata ulang persepsi dirinya terhadap norma dan kebiasaan di dalam aturan sosial yang berlaku. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Parhi (2025), dijelaskan bahwa dengan interaksi yang berulang dalam lingkungan tersebut, remaja mengalami perubahan kognitif dan emosional yang menggeser moral dari level prakonvensional menuju level konvensional dan postkonvensional sesuai teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap pra-konvensional, remaja biasanya patuh karena takut dihukum atau ingin mendapat hadiah. Setelah mengikuti kegiatan seperti refleksi, diskusi, dan kerja sama dalam kelompok, mereka mulai mengerti bahwa pentingnya aturan untuk dijaga bersama. Pada tahap konvensional tersebut, mereka patuh karena ingin menjaga hubungan baik dengan orang lain, mengikuti norma sosial, dan tidak ingin membuat malu kelompok. Seiring waktu berjalan, beberapa remaja memasuki tahap pasca-konvensional, di mana mereka berbuat baik bukan karena takut atau ingin dipuji, tapi karena sadar akan nilai kemanusiaan, empati, dan keadilan. Mereka sudah mengerti nilai moral dari dalam hati, bukan hanya mengikuti aturan yang dibuat orang lain (Parhi, 2025).
Adanya persepsi positif terhadap lingkungan barak militer tersebut mendorong perubahan perilaku yang diperkuat oleh ritual berdoa, olah raga, dan disiplin waktu. Kebiasaan positif yang terbentuk dari perilaku remaja yang berulang membentuk karakter disiplin dan tanggung jawab remaja tersebut. Apalagi, jika persetujuan dari orang tua secara hukum memperkuat dukungan sosial yang memperkuat motivasi remaja untuk berubah di dalam barak militer. Dalam penanganan kenakalan remaja sebelumnya yang terjadi di masyarakat yaitu dengan menggunakan pendekatan yang belum sepenuhnya mampu mengubah persepsi dan perilaku secara menyeluruh, seperti pesantren sering dianggap terlalu normatif dan lapas memuat stigma hukuman, sedangkan barak militer KDM menggunakan pendekatan yang menggabungkan disiplin secara fisik dan pembentukan nilai kemanusiaan secara manusiawi (Patimah et al., 2024). Program yang dilakukan oleh KDM melalui barak militer, merupakan solusi inovatif karena menggabungkan disiplin secara militer dengan adanya nilai spiritual dan empati, yang dapat menghasilkan remaja yang tidak hanya taat pada aturan saja tetapi juga peduli dan bertanggung jawab atas tindakannya, serta mampu membantu orang lain dalam menjaga lingkungan sekitarnya (Parhi, 2025). Program barak militer yang diinisiasi oleh Kang Dedi Mulyadi membuktikan bahwa pendekatan inovatif yang menggabungkan disiplin secara fisik, nilai spiritual, dan empati mampu menghasilkan perubahan positif yang signifikan pada karakter remaja yang dianggap unik. Dengan dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan, perubahan persepsi dan perilaku tidak hanya mengatasi kenakalan, tetapi juga membentuk generasi muda yang bertanggung jawab dan peduli secara sosial. Oleh karena itu, program barak militer layak dijadikan contoh dan dikembangkan lebih luas sebagai model pembinaan karakter remaja di Indonesia.
Daftar Pustaka
Parhi, N. Z. (2025). Analisis Gagasan Kang Dedi Mulyadi tentang Pendidikan Karakter Remaja melalui Model Barak Militer. Mu’adalah: Jurnal Studi Gender dan Anak, 13(1), 1-16.
Patimah, A. S., dkk. (2024). Persepsi terhadap Lingkungan dan Dampaknya terhadap Perilaku Remaja. Jurnal Psikologi Integratif, 15(2), 134-145.

0 komentar:
Posting Komentar