8.5.25

 

ESSAI 6_ PSIKOLOGI INOVASI_Harmoni Persepsi Psikologi dan Perspektif Islam_ Dua Pilar Memperkuat Ketangguhan dan Semangat Berprestasi_B0by Sanjaya (22310410172) - Dr. Dra. Arundati Shinta-UP45-ARIL2025

ESSAY 6

PSIKOLOGI INOVASI


"Dua Pilar Memperkuat Ketangguhan dan Semangat Berprestasi"



"

Oleh:

Nama : Boby Sanjaya

NIM : 22310410172


Dosen Pengampu:

Dr. Dra. Arundati Shinta


Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Yogyakarta

2025

Dalam upaya membangun resiliensi dan semangat berprestasi, mengintegrasikan wawasan psikologi dengan ajaran Islam menghasilkan pendekatan yang holistik. Dua tip berikut—cognitive reframing (reframing kognitif) dan tawakkul (kepercayaan penuh kepada Allah)—saling melengkapi. Reframing kognitif memperkuat daya tahan mental, sedangkan tawakkul meneguhkan hati agar ikhtiar tidak pernah lepas dari ketenangan spiritual.

1. Reframing Kognitif: Mengubah Sudut Pandang untuk Memperkuat Respon terhadap Tekanan
Menurut psikologi kognitif, reframing adalah kemampuan mengenali dan mengganti pola pikir negatif menjadi interpretasi yang lebih adaptif. Ketika menghadapi kegagalan atau kegelisahan, langkah ini membantu mengurangi stres dan menjaga motivasi. Bandura (1997) menyebut konsep self-efficacy, yaitu kepercayaan terhadap kemampuan diri untuk mengatasi tantangan; reframing turut meningkatkan self-efficacy dengan memperjelas aspek kendali individu (Bandura, 1997).

Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala menjanjikan pertolongan dan kemudahan setelah kesulitan:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah: 6)

Ayat ini mirip dengan prinsip reframing—menggeser fokus dari beban ke peluang perbaikan. Rasulullah juga bersabda:

إن مع العسر يسرا، إن مع العسر يسرا
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (HR. Muslim)

Dengan menginternalisasi ayat dan hadis ini, seorang individu muslim belajar memandang rintangan sebagai sarana pertumbuhan, bukan hambatan mematikan. Reframing kognitif yang dipadukan dalil Al-Qur’an menciptakan landasan psiko-spiritual yang kokoh: setiap kegagalan menjadi pijakan menuju keberhasilan.

2. Tawakkul: Menyeimbangkan Ikhtiar dan Keikhlasan Hati
Dalam psikologi positif, locus of control mengukur sejauh mana seseorang percaya bahwa hasil hidupnya tergantung pada usaha sendiri (internal locus) atau faktor eksternal. Sementara internal locus membantu memotivasi tindakan, terlalu dominan tanpa menerima ketidakpastian justru bisa memicu kecemasan (Rotter, 1966). Di sinilah tawakkul mengambil peran: menyeimbangkan ikhtiar aktif dan keikhlasan dalam menerima ketetapan Allah.

Tawakkul berarti berusaha maksimal, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah. Ta’ala berfirman:

وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan bertawakallah kepada Allah jika kamu benar-benar beriman.” (QS Al-Maidah: 23)

Rasulullah mengajarkan:

اعقلها وتوكل
“Aklillah (buatlah ikhtiar), kemudian bertawakkullah.” (HR. At-Tirmidzi)

Gabungan ikhtiar (action) dan tawakkul (trust) mirip keseimbangan locus internal dan eksternal—mengakui peran usaha dan ketetapan Tuhan. Secara psikologis, pola ini menurunkan kecemasan atas hal-hal di luar kendali dan meningkatkan ketenangan batin.

Kesimpulan: Sinergi Psikologi dan Islam
Reframing kognitif dan tawakkul adalah dua tip berbeda namun harmonis. Reframing memperkuat mindset positif dan self-efficacy, sementara tawakkul membangun keikhlasan dan ketenangan spiritual. Bersama, keduanya menciptakan resiliensi utuh: mental, emosional, dan spiritual. Dengan perspektif psikologi yang ilmiah serta pedoman Al-Qur’an dan Hadis, setiap muslim dapat menghadapi tantangan hidup dengan optimisme dan keteguhan hati.

Daftar Pustaka

·        Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. W. H. Freeman.

·        Rotter, J. B. (1966). “Generalized Expectancies for Internal versus External Control of Reinforcement.” Psychological Monographs, 80(1).

·        Al-Qur’anul Karim. (n.d.).

·        Muslim, M. (HR. Muslim). Sahih Muslim.

·        At-Tirmidzi, M. (HR. At-Tirmidzi). Jami` at-Tirmidhi.


0 komentar:

Posting Komentar