20.11.25

ESSAY 5


ESAI 5: Berpartisipasi lomba 2x (Menghias Tar dan lomba Easy Run 5 km)





Nama: Ferihana


NIM: 23310410041


Mata Kuliah: Psikologi Inovasi


Dosen Pengampu: Dr. Shinta Arundati, M.A


 

Kegiatan perlombaan mampu meningkatkan motivasi belajar, mengasah kemampuan dalam berbagai bidang, serta memperkuat rasa percaya diri dan kerjasama (Septiyani B, dkk., 2024). Dalam 2 bulan terakhir, saya melakukan dua partisipasi lomba, yakni Lomba Menghias Tart yang di selenggarakan oleh LKP Good Skill. LKP ini adalah sebuah pusat pelatihan yang menjadi penggerak kemajuan para pebisnis bakery, sehingga kami melakukan kegiatan untuk menguatkan skill dan memberi pemahaman kepada para pebisnis pentingnya menyiapkan diri mengikuti perkembangan dunia bakery melalui penguatan diri, pola pikir, dan kondisi mental; mengoptimalisasi keterampilan soft skill dan hard skill yang relevan; membangun hardiness agar mampu menghadapi tantangan sosial dan ekonomi secara efektif. 


Dalam mengikuti lomba ini, saya mendapatkan Pelajaran bahwa saya harus terus menyusun inovasi berbisnis yang menarik, membuka jaringan dan kolaborasi. Dengan latihan dan proses kreatif yang terus menerus, kita mampu merancang keberuntungan dalam kehidupan sehari-hari secara sadar dan terencana.


Sementara pada lomba easy run yang dilakukan bertujuan untuk menyalurkan energi saya dan menjaga kesehatan fisik dan mental saya. Saya merasa bersyukur meskin tidak juara, karena mendapat pengalaman dalam berolahraga dan berjalan kaki dengan sehat,  bersama teman-teman dalam jarak relatif tidak jauh dan waktu yang relatif singkat, bisa bertemu dengan para peserta yang semangat dan yang ramah, bertemu dengan para senior yang memiliki pengalaman luar biasa.


Sementara itu, pada lomba easy run ini saya belum menang, namun saya beruntung bisa mengikuti lomba. Perasaan bahagia, karena bisa mengikuti lomba dan mensyukuri hari ini.


Kalah dan menang dalam perlombaan adalah hasil serta hal yang normal. Dengan mencoba berbagai kompetisi, kita bisa mengasah, mengetahui, dan memperdalam kemampuan. Kompetisi sekolah, wilayah, atau nasional akan memberikan kita bayangan standar karya untuk diperlombakan. Sekian lama, standar yang diketahui akan mendorong kita untuk terus mengoptimalkan kemampuan dan kepercayaan diri. Kita akan menjadi lebih siap dan sigap.


Dalam mengikuti lomba ini, saya mendapatkan Pelajaran bahwa saya harus terus menyusun inovasi binis yang menarik, membuka jaringan dan kolaborasi. Demikian pula dalam easy run saya sangat mendapatkan pencerahan terkait pentingnya bergerak dan menjaga kesehatan fisik kira. Dengan latihan dan proses kreatif yang terus menerus, kita mampu merancang keberuntungan dalam kehidupan sehari-hari secara sadar dan terencana.



Daftar Pustaka:

Dweck, C. S. (2006). Mindset: The New Psychology of Success. Random House.

Schumpeter, J. A. (1934). The Theory of Economic Development. Harvard University Press.

Putnam, R. D. (2000). Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community. Simon & Schuster.

Septiyani B, dkk. (2024). Menggali Potensi Siswa dengan Mengadakan Kegiatan Perlombaan yang Bersifat Umum, di SMP Pasundan Leles. Ekspresi: Publikasi Kegiatan Pengabdian Indonesia, 1(4).

ESAI PRESTASI - KEGIATAN PELAYANAN MASYARAKAT

 ESAI PRESTASI - KEGIATAN PELAYANAN MASYARAKAT

"KERJA BAKTI MEMBERSIHKAN LAPANGAN VOLI & MEMBANTU PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI BBM"

DOSEN PENGAMPU : Dr. ARUNDATI SHINTA, M.A.



RIDHO PUTRA ARMANDO / 23310410024

FAKULTAS PSIKOLOGI 

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

NOVEMBER 2025


Sebagai Ketua Pemuda dan Pemudi Dusun Cupuwatu II, saya memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk menjadi penggerak dalam berbagai kegiatan pelayanan masyarakat. Dua kegiatan utama yang saya lakukan pada periode ini adalah kerja bakti membersihkan lapangan voli dusun serta membantu proses pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) melalui teknologi pirolisis. Kedua kegiatan ini saya jalankan sebagai bentuk pengabdian dan komitmen untuk menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, dan bermanfaat bagi warga.






Pada kegiatan kerja bakti membersihkan lapangan voli, peran saya tidak hanya sebatas hadir, tetapi juga mengkoordinasi para pemuda. Saya memulai dengan mengajak seluruh anggota melalui grup WhatsApp dan melakukan komunikasi intens agar kegiatan bisa berjalan lancar. Saat hari pelaksanaan, saya mengatur pembagian tugas seperti menyapu, mencabut rumput liar, merapikan area sekitar, dan memindahkan sampah ke tempat penampungan. Saya juga berusaha menciptakan suasana kerja yang menyenangkan agar semua pemuda terlibat dengan semangat. Bagi saya, lapangan voli bukan sekadar tempat olahraga, tetapi juga ruang interaksi sosial yang sangat penting bagi warga. Dengan menjaga kebersihan dan kelayakannya, kami berharap dapat mendorong kegiatan positif di dusun, seperti latihan rutin, pertandingan antar-RT, dan kegiatan rekreasi lainnya.



Kegiatan kedua adalah membantu proses pengolahan sampah plastik menjadi BBM melalui metode pirolisis di tempat pengolahan sampah dusun. Dalam kegiatan ini, saya mengambil peran sebagai pembantu operator dan edukator bagi pemuda lain. Saya ikut membantu memisahkan sampah plastik yang layak diolah, menyiapkan alat pirolisis, dan mendukung proses pemanasan hingga menghasilkan minyak. Selain terlibat secara teknis, saya juga mengajak anggota pemuda untuk memahami pentingnya inovasi pengolahan sampah. Saya menjelaskan bahwa sampah plastik yang biasanya menjadi masalah lingkungan, ternyata bisa diolah menjadi energi alternatif yang memiliki nilai guna.

Peran saya di kegiatan ini lebih ke arah membangun kesadaran bahwa pemuda harus menjadi motor perubahan. Saya juga memberikan contoh langsung bahwa menjaga lingkungan bisa dilakukan dengan cara yang inovatif, bukan hanya sekadar membersihkan sampah, tetapi juga mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Melalui kegiatan ini, saya melihat antusiasme pemuda semakin meningkat, terutama ketika mereka melihat hasil minyak yang benar-benar bisa digunakan sebagai bahan bakar.

Dua kegiatan ini memberikan pengalaman penting bagi saya sebagai Ketua Pemuda dan Pemudi. Saya belajar bagaimana memimpin, menggerakkan, dan memberikan contoh nyata. Selain itu, saya merasa bangga karena dapat ikut berkontribusi langsung dalam menjaga lingkungan dusun. Harapan saya, kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut dan menjadi budaya positif bagi pemuda Dusun Cupuwatu II.





18.11.25

Psikologi lingkungan UTS (Liany Nur Ramadhani)

 Liany Nur Ramadhani 24310410016

Kelas karyawan (B)

Mata kuliah psikologi lingkungan 

DR.A. SHINTA,M.A







Permasalahan :

  1. Apa faktor psikologis (persepsi) yang menyebabkan kualitas lingkungan fisik yang rendah (kekumuhan) secara otomatis diterjemahkan menjadi penolakan perilaku (keengganan untuk tinggal)?
  2. Sejauh mana persepsi (sebagai dasar terbentuknya suatu keputusan dan perilaku) menjadi penentu utama dalam interaksi individu dengan lingkungan yang penuh stres?
  3. Dalam konteks Psikologi Lingkungan, apa yang membedakan coping yang menghasilkan perilaku menghindar dari coping yang menghasilkan adaptasi dan upaya perbaikan?
  4. Mengapa orang bersedia tinggal di perumahan tersebut?

Foto situasi perumahan yang kumuh dan terabaikan di Amerika Selatan, yang menjadi salah satu materi dalam mata kuliah Psikologi Lingkungan, memberikan ilustrasi nyata tentang bagaimana kondisi fisik lingkungan dapat memengaruhi keputusan dan perilaku individu. Respons seragam mahasiswa yang menyatakan tidak bersedia tinggal di perumahan tersebut, kecuali terpaksa, dapat dijelaskan secara mendalam melalui kacamata Skema Persepsi yang dikemukakan oleh Paul A. Bell dan rekan-rekan (dalam Bell et al., 2001; Sarwono, 1995). Skema ini menegaskan bahwa persepsi bukan hanya sekadar penerimaan stimulus, tetapi juga dasar fundamental dalam pembentukan keputusan dan perilaku.

Menurut Bell, persepsi adalah proses menerima, mengolah, dan memberi makna pada stimulus lingkungan. Skema ini menggambarkan interaksi dinamis antara Objek Fisik (Lingkungan) dan Individu, yang kemudian menghasilkan respons.

Dalam kasus perumahan kumuh ini, Objek Fisik adalah kondisi perumahan yang sangat kumuh: bangunan rusak, tidak terawat, dan lingkungan yang suram. Ketika stimulus ini diterima oleh Individu (Mahasiswa), persepsi yang muncul akan diproses melalui dua jalur utama:

Dalam Batas Optimal (Homeostasis): Jika stimulus dirasakan sebagai hal yang wajar, dapat ditoleransi, atau bahkan positif, individu akan mencapai keadaan seimbang (Homeostasis) dan perilakunya akan cenderung mempertahankan atau menyesuaikan diri secara positif.

Di Luar Batas Optimal (Stres): Jika stimulus dirasakan sangat mengancam, tidak menyenangkan, atau di luar batas toleransi psikologis dan fisik, individu akan mengalami Stres.

Perumahan kumuh dengan segala keterbatasan dan ketidaknyamanannya secara langsung dipersepsikan oleh mahasiswa sebagai stimulus yang Jelas Berada Di Luar Batas Optimal. Persepsi ini memicu rasa tidak nyaman, kekhawatiran akan kesehatan dan keamanan, serta stigma sosial, yang pada akhirnya menghasilkan Stres Lingkungan.

Setelah mengalami stres, individu akan berupaya melakukan Coping—suatu usaha untuk mengendalikan atau mengurangi ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh lingkungan. Dalam konteks ini, ada dua kemungkinan hasil coping yang dapat menjelaskan perilaku mahasiswa:

Coping Berhasil (Adaptasi/ Adjustment): Jika mahasiswa terpaksa harus tinggal, mereka akan merencanakan upaya untuk "membersihkan, mengecat ulang, dan memperbaikinya." Ini adalah bentuk coping aktif yang bertujuan untuk mengubah lingkungan agar mencapai batas optimal. Jika berhasil, mereka akan beradaptasi dan stres mereda. Ini menjelaskan mengapa hanya mahasiswa yang "sangat terpaksa" yang akan melakukan perbaikan.


Daftar pustaka : 

Bell, P. A., Fisher, J. D., & Baum, A. (2001). Environmental psychology. 5 ed. Harcourt College Publishers.

Patimah, A. S., Shinta, A., & Amir Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi, 20(1), 23–29.

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Grasindo & Program Pa

scasarjana Prodi Psikologi UI.








Psikologi lingkungan essay 2 plogging (Liany Nur Ramadhani)

 Psikologi lingkungan 

Essay 2 plogging dan before after

Kelas karyawan 

Liany Nur Ramadhani (24310410016)



Plogging, yang berasal dari gabungan kata Swedia "plocka upp" (memungut) dan "jogga" (jogging), telah menjadi gerakan global yang secara elegan memadukan aktivitas fisik dengan kepedulian lingkungan. Lebih dari sekadar olahraga, plogging adalah wujud nyata dari tanggung jawab individu untuk mengatasi masalah sampah yang kian menggunung. Esai ini akan menguraikan pengalaman pribadi dalam melakukan plogging, menyoroti perbedaan signifikan antara kondisi lingkungan sebelum dan setelah kegiatan, serta mendiskusikan manfaat ganda yang diperoleh.

Sesuai ketentuan, kegiatan plogging dilakukan dua kali (1 jam) di dua lokasi berbeda: Area A (trotoar sepanjang parkian) pada 12 Oktober 2025, pukul 09:30 - 10:30 WIB, dan Area B (tepian stadion)pada 12 Oktober 2025, pukul 11:00 - 12:00 WIB


Area A 



Area B 


Before

Area A (trotoar sepanjang parkiran): Pemandangan didominasi oleh sampah kemasan plastik sekali pakai, puntung rokok, dan botol minuman yang dibuang sembarangan oleh pejalan kaki dan pengendara. Sampah-sampah ini tercecer di antara tanaman pembatas dan saluran air, menciptakan kesan kumuh.

Area B (tepian stadion) : Keadaan lebih parah. Selain sampah rumah tangga yang dibungkus kantong plastik, ditemukan pula sampah styrofoam, pecahan kaca, dan alas kaki bekas yang tersangkut di semak-semak. Bau tidak sedap di beberapa titik menunjukkan tumpukan sampah telah lama terurai.

After 

Area A (trotoar sepanjang parkiran): Trotoar terlihat lebih bersih dan rapi. Tumpukan sampah plastik yang sebelumnya mengganggu kini lenyap. Pejalan kaki yang melintas terlihat menoleh dan memberikan senyum apresiasi.

Area B (Tepian stadion): Meskipun tidak bisa membersihkan 100% karena medan yang sulit, area yang dilewati menjadi terbuka dan segar. Sampah-sampah besar yang mencolok sudah hilang, mengurangi polusi visual dan bau.


Perubahan fisik lingkungan ini disertai pula dengan perubahan psikologis. Awalnya, saya merasa canggung, namun setelahnya, muncul rasa bangga dan puas karena berhasil menyehatkan diri sekaligus membersihkan lingkungan secara langsung.




 









psikologi lingkungan essay 1 meringkas jurnal (Liany Nur Ramadhani 24310410016)

 MERINGKAS JURNAL

PERAN TINGKAT PEMAHAMAN DALAM MENGUBAH PERILAKU PEMILAHAN DAN

PENGOLAHAN SAMPAH DI DUSUN PADE MARE

Liany Nur Ramadhani

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

  Yogyakarta






Topik

Sampah dan perilaku : korelasi antara tingkat pemahaman masyarakat tentang 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan perilaku pemilahan serta pengolahan sampah rumah tangga di Dusun Pade Mare


Sumber

Hutabarat, L.E. & Mulyani, A.S. (2022). Analisis Korelasi Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Perilaku Pemilahan dan Pengolahan Sampah di Dusun Pade Mare. Jurnal Ilmu Lingkungan, 20(3), 646–653.


Perma- salahan

Meskipun skor pemahaman masyarakat relatif tinggi, praktik pemilahan dan pengolahan sampah belum konsisten. Variabel terikat (dependent) perilaku pemilahan dan pengolahan sampah. Variabel bebas tingkat pemahaman 3R, ketersediaan sarana persampahan, motivasi ekonomi, serta faktor demografis.


Tujuan penelitian

Mendeskripsikan dan menganalisis korelasi antara tingkat pemahaman masyarakat tentang pengelolaan sampah (3R) dan perubahan perilaku pemilahan serta pengolahan sampah yang merumuskan rekomendasi untuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat.


 

Isi

Sampah rumah tangga memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulan sampah nasional perlu paradigma baru berbasis nilai ekonomis dan 3R.

Pemahaman mengenai jenis sampah dan manfaat pengolahan mendorong niat memilah, namun hambatan praktis-minim fasilitas, kebiasaan lama, dan rendahnya insentif ekonomi-menghambat penerapan.

Inovasi lokal seperti bank sampah, pembuatan kompos, produk eco-enzyme, dan pengolahan jelantah menunjukkan potensi ekonomi dan sosial apabila didukung edukasi dan akses pasar.

Peran perempuan/Ibu rumah tangga penting karena dominasi peran di dapur sebagai sumber sampah organik.



Metode

Pendekatan : kuantitatif deskriptif-korelasional.

Lokasi : Dusun Pade Mare, Desa Sambik Elen, Lombok Utara.

Sampel : 45 responden (usia ≥15 tahun) teknik pengambilan purposive dan survei rumah tangga.

Instrumen : kuesioner 8 item (X1–X8), wawancara, observasi, dokumentasi.

Analisis : statistik deskriptif (mean, std. dev.) dan uji korelasi.



Hasil

Mean : pemahaman = 76.76; perilaku = 76.67 (kategori baik).

Korelasi positif antara pemahaman dan perilaku, namun 91% responden masih membuang sampah tercampur; praktik pemilahan belum optimal.

Bank sampah dan edukasi meningkatkan partisipasi terutama pada ibu rumah tangga.



Diskusi

Tingkat pengetahuan tinggi tidak otomatis menjadi tindakan tanpa dukungan fasilitas, kebijakan lokal, dan insentif ekonomi.

Bank sampah efektif mengubah paradigma dari “kumpul angkut buang” menjadi pengelolaan bernilai ekonomi.

Pemanfaatan teknologi informasi (aplikasi sederhana, IoT ringan) dapat mempercepat koordinasi pengumpulan dan pemasaran produk daur ulang.








https://sg.docworkspace.com/d/sIEDh3uBd1PulyAY






15.11.25

ESAI PRESTASI - KEGIATAN PELAYANAN MASYARAKAT

 ESAI PRESTASI - KEGIATAN PELAYANAN MASYARAKAT 

"RONDA BERSAMA JAGAWARGA & SINOMAN"

DOSEN PENGAMPU: Dr. ARUNDATI SHINTA, M.A.



RIDHO PUTRA ARMANDO / 23310410024

FAKULTAS PSIKOLOGI 

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

NOVEMBER 2025


Pada periode kegiatan mandiri ini, saya melaksanakan dua bentuk pelayanan masyarakat yang berlangsung di Dusun Cupuwatu II, yaitu ronda bersama Jagawarga setiap malam Sabtu dan menjadi sinoman pada hajatan pernikahan Novi & Yosi. Kedua kegiatan ini saya jalankan sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan kontribusi nyata kepada lingkungan tempat tinggal saya.

1. Ronda Bersama Jagawarga (Setiap Malam Sabtu)



Ronda malam merupakan kegiatan rutin yang bertujuan menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan. Sebagai ketua pemuda–pemudi Dusun Cupuwatu II, peran saya tidak hanya ikut hadir, tetapi juga memastikan seluruh rangkaian kegiatan berjalan tertib. Setiap minggu, saya mengatur jadwal kehadiran pemuda, mencatat siapa saja yang bertugas, dan memastikan ronda berjalan sesuai aturan yang telah disepakati.

Pada malam pelaksanaan, saya turut memimpin jalannya patroli keliling dusun, mengecek titik-titik yang dianggap rawan, memantau situasi jalan, serta memastikan tidak ada aktivitas mencurigakan yang dapat mengganggu keamanan warga. Selain itu, saya menjaga komunikasi dan koordinasi antara anggota ronda, terutama ketika ada warga yang membutuhkan bantuan pada malam hari, misalnya saat ada kendaraan mogok atau warga yang pulang larut malam.

Kegiatan ronda ini memberikan pengalaman penting bagi saya dalam membangun rasa tanggung jawab bersama dan memperkuat solidaritas antarwarga, khususnya para pemuda. Saya belajar bahwa menjaga keamanan bukan hanya tugas satu pihak, tetapi merupakan kerja sama seluruh elemen masyarakat.

2. Sinoman Hajatan Pernikahan Novi & Yosi



Kegiatan kedua adalah menjadi bagian dari sinoman dalam acara pernikahan Novi & Yosi. Sebagai ketua pemuda, saya bertanggung jawab mengoordinasikan para pemuda yang bertugas membantu sebelum, saat, dan setelah acara berlangsung. Ini termasuk mengatur pembagian tugas, memastikan kehadiran anggota, dan membantu keluarga penyelenggara mempersiapkan berbagai keperluan acara.

Dalam kegiatan sinoman, saya berperan sebagai koordinator utama. Saya memastikan tamu disambut dengan baik, alur penyajian makanan berjalan lancar, serta segala kebutuhan teknis, seperti kursi, tenda, dan peralatan acara, tertata dengan rapi. Saya juga menjadi penghubung antara keluarga dan para pemuda agar informasi yang diperlukan dapat disampaikan dengan cepat dan tepat.

Melalui kegiatan ini, saya belajar mengelola kerja sama dalam skala yang lebih besar serta mempraktikkan kepemimpinan yang melibatkan banyak orang. Kehadiran kami sebagai pemuda membantu meringankan beban keluarga yang sedang hajatan dan menciptakan suasana acara yang tertib serta hangat.

Dua kegiatan ini membuat saya semakin memahami pentingnya pelayanan masyarakat sebagai bentuk kontribusi nyata. Sebagai ketua pemuda–pemudi, saya merasa bangga bisa memimpin dan terlibat langsung dalam kegiatan yang memperkuat hubungan sosial, menjaga keamanan, dan membantu sesama warga Dusun Cupuwatu II.

ESAI 4 - BERPERILAKU INOVATIF

 ESAI 4 - BERPERILAKU INOVATIF

" MENGUBAH SAMPAH ANORGAIK MENJADI TOPENG DINDING DEKORATIF"

DOSEN PENGAMPU : Dr. ARUNDATI SHINTA, M.A.



RIDHO PUTRA ARMANDO / 23310410024

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

NOVEMBER 2025


Dalam tugas ini saya mencoba berperilaku inovatif dengan mengubah sampah anorganik menjadi barang yang memiliki nilai seni dan nilai ekonomi. Produk inovatif yang saya hasilkan adalah topeng dinding dekoratif yang dibuat dari sampah anorganik seperti plastik bekas, kardus tebal, dan lembaran styrofoam. Melalui proses ini saya belajar bahwa kreativitas dapat muncul dari hal-hal sederhana di sekitar kita, terutama dari barang yang sering dianggap tidak berguna.

Bahan-bahan yang digunakan

-         Potongan styrofoam bekas kemasan elektronik

-         Plastik dan kardus untuk memperkuat bagian belakang topeng

-         Lem tembak / lem putih

-         Cutter dan amplas

-         Cat akrilik (warna merah, kuning, putih, hitam)

-         Kuas berbagai ukuran

-         Vernis untuk finishing

Langkah-langkah pembuatan

Pertama, saya memotong styrofoam sesuai bentuk dasar topeng. Setelah itu, saya mulai mengukir bagian mata, hidung, dan garis pipi menggunakan cutter kecil. Tahapan ini membutuhkan ketelitian karena styrofoam mudah patah. Setelah bentuk dasar jadi, saya menempelkan potongan plastik dan kardus di bagian belakang agar strukturnya lebih kuat. Kemudian seluruh permukaan saya haluskan dengan amplas.

Langkah berikutnya adalah tahap pewarnaan. Saya memilih warna-warna etnik seperti merah, kuning, hitam, dan putih untuk menciptakan kesan budaya Nusantara. Pola-pola geometris pada bagian atas topeng saya buat menggunakan kuas kecil agar tampak detail. Setelah selesai mewarnai, saya memberikan lapisan vernis supaya topeng terlihat mengilap dan lebih tahan lama.

Proses kreatif dan inovasi

Proses kreatif saya berawal dari kebiasaan melihat tumpukan styrofoam di rumah yang tidak terpakai. Dari situ muncul ide bahwa bahan ringan ini sebenarnya bisa diubah menjadi karya seni. Saya mencari inspirasi dari motif topeng tradisional Indonesia, lalu menggabungkannya dengan gaya saya sendiri. Inovasi terletak pada pemanfaatan sampah anorganik sebagai media seni, sehingga bukan hanya mengurangi limbah, tetapi juga menghasilkan produk dekoratif yang memiliki nilai jual.

Permasalahan yang berkaitan dengan psikologi inovasi

Dalam proses ini saya menghadapi keraguan kreatif. Awalnya saya merasa hasilnya tidak akan bagus karena bahan yang digunakan adalah sampah. Hambatan psikologis lain adalah rasa takut karya tidak dihargai dan tidak sesuai yang diharapkan. Namun dengan prinsip psikologi inovasi seperti keberanian mencoba hal baru, dan fokus pada fungsi serta nilai estetika, saya akhirnya mampu menyelesaikan produk ini dengan penuh semangat dan ramah lingkungan.


Link Jual Produk: 





LAMPIRAN

(FOTO BERSAMA TOPENG DINDING DEKORATIF)