ESAI 4 - BERPERILAKU INOVATIF
" MENGUBAH SAMPAH ANORGAIK MENJADI TOPENG DINDING DEKORATIF"
DOSEN PENGAMPU : Dr. ARUNDATI SHINTA, M.A.
Dalam tugas ini saya mencoba berperilaku inovatif
dengan mengubah sampah anorganik menjadi barang yang memiliki nilai seni dan
nilai ekonomi. Produk inovatif yang saya hasilkan adalah topeng dinding
dekoratif yang dibuat dari sampah anorganik seperti plastik bekas, kardus
tebal, dan lembaran styrofoam. Melalui proses ini saya belajar bahwa
kreativitas dapat muncul dari hal-hal sederhana di sekitar kita, terutama dari
barang yang sering dianggap tidak berguna.
Bahan-bahan yang digunakan
-
Potongan styrofoam bekas kemasan
elektronik
-
Plastik dan kardus untuk memperkuat bagian
belakang topeng
-
Lem tembak / lem putih
-
Cutter dan amplas
-
Cat akrilik (warna merah, kuning, putih,
hitam)
-
Kuas berbagai ukuran
-
Vernis untuk finishing
Langkah-langkah pembuatan
Pertama, saya memotong styrofoam sesuai bentuk dasar
topeng. Setelah itu, saya mulai mengukir bagian mata, hidung, dan garis pipi
menggunakan cutter kecil. Tahapan ini membutuhkan ketelitian karena styrofoam
mudah patah. Setelah bentuk dasar jadi, saya menempelkan potongan plastik dan
kardus di bagian belakang agar strukturnya lebih kuat. Kemudian seluruh
permukaan saya haluskan dengan amplas.
Langkah berikutnya adalah tahap pewarnaan. Saya
memilih warna-warna etnik seperti merah, kuning, hitam, dan putih untuk
menciptakan kesan budaya Nusantara. Pola-pola geometris pada bagian atas topeng
saya buat menggunakan kuas kecil agar tampak detail. Setelah selesai mewarnai,
saya memberikan lapisan vernis supaya topeng terlihat mengilap dan lebih tahan
lama.
Proses kreatif dan inovasi
Proses kreatif saya berawal dari kebiasaan melihat
tumpukan styrofoam di rumah yang tidak terpakai. Dari situ muncul ide bahwa
bahan ringan ini sebenarnya bisa diubah menjadi karya seni. Saya mencari
inspirasi dari motif topeng tradisional Indonesia, lalu menggabungkannya dengan
gaya saya sendiri. Inovasi terletak pada pemanfaatan sampah anorganik sebagai
media seni, sehingga bukan hanya mengurangi limbah, tetapi juga menghasilkan
produk dekoratif yang memiliki nilai jual.
Permasalahan yang berkaitan dengan
psikologi inovasi
Dalam proses ini saya menghadapi keraguan kreatif. Awalnya saya merasa hasilnya tidak akan bagus karena bahan
yang digunakan adalah sampah. Hambatan psikologis lain adalah rasa takut karya tidak dihargai dan tidak sesuai yang diharapkan. Namun dengan prinsip psikologi inovasi
seperti keberanian mencoba hal baru, dan fokus pada fungsi
serta nilai estetika, saya akhirnya mampu menyelesaikan produk ini dengan penuh semangat dan ramah lingkungan.

0 komentar:
Posting Komentar