11.11.25

PSIKOLOGI LINGKUNGAN SKEMA PERSEPSI

 

UJIAN TENGAH SEMESTER


Klemens Sandi Andhika Pratama

NIM 24310410029

Kelas Karyawan

Mata Kuliah Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A

Dipublikasikan pada:

Selasa, 11 November 2025


Mengapa masih ada orang yang bersedia tinggal di perumahan seperti foto diatas itu ? Karena sebagaian orang bersedia tinggal di perumahan yang tampak seperti terabaikan dikarenakan persepsi mereka terhadap lingkungan tidak semata-mata ditentukan oleh kondisi fisik saja melainkan oleh psikologi, sosial, dan fungsional yang mereka rasakan seperti dijelaskan dalam skema persepsi lingkungan oleh Pau A. Bell dan kawan-kawan.

Dalam psikologi lingkungan, Paul A. Bell et al. mengembangkan skema persepsi yang menjelaskan bagaimana manusia itu memaknai dan merespon lingkungan tempat tinggalnya. Skema ini menekankan jika hasil dari interaksi antara stimulus lingkungan, pengalaman masa lalu, nilai-nliai pribadi, dan kebutuha psikososial individu.

Banguna yang tampak rusak dan terabaikan seperti didalam foto tersebut mungkin secara objektif memnunjukan kemiskinan struktural dan kurangnya perawatan. Tetapi, untuk sebagaian penghuni, lingkungan tersebut bisa tetap miliki nilai yang subjekif tinggi. ada beberapa alasan yang dapat dijelaskan melalui skema persepsi Bell:

    1. Makna Sosial dam Keterikatan Emosiona
        Lingkungan tempat tinggal sering kali menjadi tempat terbentuknya jaringan sosial,
        kenangan, dan identitas. Menurut Bell, persepsi lingkungan dapat dipengaruhi oleh
        attacgment atau keterikatan emosional pada tempat. Walaupun secara fisik tidak ideal,
       tempat tersebut dapa menjadi "Rumah" secara psikologis karena adanya hubungan sosial
       yang kuat, rasa memiliki, dan sejarah.
    
    2. Adaptasi dan Homeostatis Psikologis
        Bell menekankan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk beradaptasi terhadap
        lingkungan yang tidak ideal. Dalam konteks ini, penghuni mungkin telah menyesuaikan
        harapan dan standar kenyamanan mereka, menciptakan homeostasis psikologis yang
        memungkinkan mereka merasa cukup aman dan nyaman meski secara objektif
        kondisinya buruk.

    3. Persepsi Fungsional dan Kebutuhan Praktis
        Skema persepsi Bell mencakup aspek fungsional: bagaimana individu menilai lingkungan
        berdasarkan kemampuannya memenuhi kebutuhan dasar. Jika lokasi perumahan dekat
        dengan tempat kerja, sekolah, atau fasilitas publik, maka nilai fungsionalnya bisa
        mengalahkan kekurangan estetika atau struktural. Persepsi ini bersifat pragmatis dan
        sangat dipengaruhi oleh keterbatasan ekonomi.

    4. Norma Sosial dan Pembasaan
        Lingkungan yang rusak bisa menjadi “normal” jika mayoritas komunitas di sekitarnya
        mengalami hal serupa. Bell menyebut bahwa persepsi juga dipengaruhi oleh norma
        sosial dan pembiasaan. Jika individu tumbuh atau terbiasa dalam lingkungan seperti itu,
        maka mereka tidak akan melihatnya sebagai masalah besar, melainkan sebagai bagian
        dari kehidupan sehari-hari.

    5. Keterbatasan Pilihan dan Persepsi
         Dalam skema Bell, persepsi terhadap lingkungan juga dipengaruhi oleh sejauh mana individu
         merasa memiliki kontrol atas pilihan tempat tinggal. Ketika pilihan terbatas karena faktor
         ekonomi, sosial, atau administratif, maka persepsi terhadap lingkungan cenderung disesuaikan 
         agar tetap dapat diterima secara psikologis. Ini adalah bentuk coping mechanism yang penting
         dalam psikologi lingkungan.

Melalui skema persepsi Paul A. Bell, kita memahami bahwa keputusan untuk tinggal di lingkungan yang tampak terabaikan bukan semata-mata karena ketidaktahuan atau keterpaksaan, tetapi juga karena adanya makna psikologis, sosial, dan fungsional yang dirasakan oleh individu. Lingkungan bukan hanya ruang fisik, tetapi juga ruang makna. Dalam konteks urbanisasi dan ketimpangan sosial, memahami persepsi ini penting untuk merancang intervensi yang tidak hanya memperbaiki fisik bangunan, tetapi juga memperhatikan kebutuhan psikososial penghuninya.


Daftar Pustaka

Bell, P. A., Greene, T. C., Fisher, J. D., & Baum, A. (1996). Environmental Psychology. Harcourt Brace College Publishers.

Sarwono, S. W. (1992). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

BAB II Kajian Literatur – Universitas Brawijaya Repository



0 komentar:

Posting Komentar