Analisis Faktor Internal dan Eksternal terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa
Naufal Abyansah_23310410019
Psikologi Inovasi_Tugas 1
Dosen Pengampu: Arundati Shinta, M.A
Novermber, 2025
Topik | Entrepreneurship (Kewirausahaan) |
Sumber | Daniel, D., & Handoyo, S. E. (2021). Pengaruh pendidikan kewirausahaan, lingkungan, dan motivasi berwirausaha terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Jurnal Manajerial Dan Kewirausahaan, 3(4), 944-952. |
Permasalahan | Meskipun pendidikan kewirausahaan telah diintegrasikan dalam berbagai institusi pendidikan tinggi, masih muncul pertanyaan mengenai sejauh mana proses tersebut benar-benar mampu menumbuhkan minat berwirausaha di kalangan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang telah memperoleh pengetahuan teoritis tentang kewirausahaan, namun belum memiliki dorongan internal yang cukup kuat untuk memulai usaha secara nyata. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi pribadi menjadi faktor penting yang perlu dikaji lebih dalam. Selain itu, dukungan lingkungan baik dari keluarga maupun lingkungan kampus juga diduga memiliki peran signifikan terhadap terbentuknya intensi berwirausaha. Namun, sejauh mana pengaruh masing-masing faktor tersebut (pendidikan, motivasi, dan lingkungan) berkontribusi secara nyata terhadap minat berwirausaha mahasiswa masih menjadi persoalan yang perlu diteliti lebih lanjut. |
Tujuan Penelitian | Mengetahui pengaruh pendidikan kewirausahaan, motivasi, dan lingkungan terhadap intensi berwirausaha. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan dalam membentuk minat mahasiswa untuk berwirausaha. Pendidikan berperan memberikan dasar pengetahuan dan pemahaman, motivasi menjadi dorongan internal yang menggerakkan tindakan, sedangkan lingkungan berfungsi sebagai faktor eksternal yang memberikan dukungan serta pengaruh sosial. Secara keseluruhan, ketiganya berkontribusi dalam memperkuat dan mengembangkan intensi berwirausaha di kalangan mahasiswa. |
Isi | Bagian kajian teori dalam penelitian ini menyoroti bagaimana niat atau intensi berwirausaha terbentuk melalui sejumlah faktor yang saling berinteraksi. Landasan pemikiran utamanya menggunakan Theory of Entrepreneurial Event yang diperkenalkan oleh Shapero dan Sokol. Teori ini menjelaskan bahwa niat seseorang untuk berwirausaha tidak muncul secara spontan, melainkan dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap kewirausahaan itu sendiri. Persepsi tersebut dibentuk melalui kombinasi antara sikap pribadi, nilai-nilai yang diyakini, serta pengalaman sosial yang diperoleh dari lingkungan sekitar, seperti keluarga, pendidikan, dan interaksi dengan teman sebaya maupun tokoh panutan. Menurut teori ini, seseorang akan memiliki intensi berwirausaha apabila terlebih dahulu memandang kegiatan berwirausaha sebagai sesuatu yang diinginkan dan dianggap layak untuk dilakukan.
Berdasarkan kerangka teori tersebut, penelitian ini memfokuskan pembahasan pada beberapa konsep utama, yaitu pendidikan kewirausahaan, motivasi, dan lingkungan, yang diasumsikan berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Pendidikan kewirausahaan dipahami bukan hanya sebagai mata kuliah formal, melainkan sebagai proses pembelajaran yang secara sistematis menanamkan nilai-nilai, sikap, dan keterampilan wirausaha pada mahasiswa. Melalui pendidikan ini, mahasiswa diharapkan tidak hanya memahami teori bisnis, tetapi juga mampu mengembangkan karakter inovatif, percaya diri, serta keberanian mengambil risiko dalam praktik kewirausahaan.
Selanjutnya, faktor lingkungan berperan sebagai konteks eksternal yang membentuk pengalaman dan pandangan mahasiswa terhadap dunia usaha. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan primer seperti keluarga, yang sering kali menjadi sumber dukungan emosional dan finansial, maupun lingkungan sekunder seperti teman sebaya atau tokoh inspiratif yang memberikan pengaruh sosial. Dukungan dari kedua jenis lingkungan ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan kesiapan dalam mengambil langkah berwirausaha.
Di sisi lain, motivasi menjadi faktor internal yang tidak kalah penting. Motivasi dipahami sebagai kekuatan penggerak yang mendorong seseorang untuk bertindak dan mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks kewirausahaan, motivasi berperan sebagai dorongan batin yang membuat individu berusaha mewujudkan ide bisnisnya, menghadapi tantangan, dan bertahan dalam proses usaha. Semakin kuat motivasi yang dimiliki, semakin besar pula kemungkinan seseorang untuk memiliki intensi berwirausaha yang tinggi.
Terakhir, variabel dependen dalam penelitian ini adalah intensi berwirausaha itu sendiri, yang menggambarkan sejauh mana seseorang memiliki tekad dan komitmen untuk memulai serta mengembangkan kegiatan bisnis. Intensi ini menjadi cerminan dari kesiapan mental, perencanaan, dan keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya untuk menjadi seorang wirausaha. Dengan demikian, kajian teori ini menegaskan bahwa pendidikan, motivasi, dan lingkungan merupakan tiga komponen utama yang secara bersama-sama membentuk dan memperkuat intensi berwirausaha di kalangan mahasiswa. |
Metode | Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal yang bertujuan untuk menguji hubungan sebab-akibat antara variabel independen dan variabel dependen, khususnya untuk melihat bagaimana pendidikan kewirausahaan, motivasi, dan lingkungan memengaruhi intensi berwirausaha. Populasi penelitian mencakup mahasiswa perguruan tinggi yang berada di wilayah Jakarta Barat, dengan jumlah sampel sebanyak 150 responden yang dipilih melalui metode non-probability sampling. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pemilihan responden berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS) dengan bantuan software SmartPLS, untuk memperoleh hasil yang lebih komprehensif terkait pengaruh antarvariabel. Dalam penelitian ini, variabel dependen yang menjadi fokus utama adalah intensi berwirausaha, yaitu kecenderungan atau niat mahasiswa untuk memulai dan mengembangkan kegiatan usaha. |
Hasil | Bagian hasil penelitian ini menyajikan temuan empiris yang menjawab rumusan masalah serta menguji pengaruh antarvariabel menggunakan metode Partial Least Square (PLS) melalui software SmartPLS. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti memastikan bahwa instrumen penelitian telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas menunjukkan seluruh variabel pendidikan kewirausahaan, lingkungan, motivasi, dan intensi berwirausaha memiliki nilai AVE di atas 0,5, menandakan instrumen tersebut valid. Sedangkan hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability di atas 0,6, sehingga alat ukur dinyatakan konsisten dan dapat dipercaya.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha, dengan nilai p-value sebesar 0,000 dan t-statistics 3,687. Artinya, semakin baik kualitas pendidikan kewirausahaan yang diterima mahasiswa, semakin tinggi pula kecenderungan mereka untuk memulai usaha. Pendidikan tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga membentuk pola pikir kreatif, percaya diri, serta keberanian mengambil risiko.
Sebaliknya, lingkungan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha. Nilai p-value sebesar 0,961 dan t-statistics 0,049 menandakan bahwa dukungan lingkungan, baik keluarga maupun teman, tidak cukup kuat dalam membentuk niat berwirausaha mahasiswa. Temuan ini mengindikasikan bahwa faktor eksternal mungkin kurang berperan dibandingkan dengan dorongan pribadi atau pengalaman belajar yang bersifat internal.
Sementara itu, motivasi berwirausaha terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha, dengan nilai p-value 0,003 dan t-statistics 2,996. Hasil ini menunjukkan bahwa motivasi menjadi kekuatan internal yang mendorong mahasiswa untuk mewujudkan ide bisnis dan mengambil langkah nyata dalam dunia usaha.
Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa pendidikan kewirausahaan dan motivasi merupakan faktor dominan yang memengaruhi intensi berwirausaha, sedangkan lingkungan tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Dengan demikian, niat berwirausaha mahasiswa lebih banyak tumbuh dari proses pembelajaran dan dorongan internal daripada pengaruh sosial di sekitarnya. Temuan ini memberikan implikasi bahwa institusi pendidikan perlu memperkuat program kewirausahaan yang mampu menumbuhkan motivasi, kreativitas, dan pengalaman praktis di kalangan mahasiswa. |
Diskusi | Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan dan motivasi berwirausaha memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa, sementara faktor lingkungan tidak berpengaruh secara berarti. Temuan ini memberikan gambaran bahwa niat mahasiswa untuk berwirausaha lebih banyak dipengaruhi oleh faktor internal seperti pengetahuan dan dorongan pribadi daripada oleh faktor eksternal di sekitar mereka.
Pengaruh positif pendidikan kewirausahaan menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diberikan di perguruan tinggi berhasil membentuk pola pikir dan pemahaman mahasiswa terhadap dunia usaha. Melalui mata kuliah, seminar, maupun kegiatan praktik kewirausahaan, mahasiswa memperoleh wawasan, kepercayaan diri, serta kemampuan untuk mengidentifikasi peluang bisnis. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan kewirausahaan berperan penting dalam menumbuhkan niat dan kesiapan mahasiswa untuk memulai usaha secara mandiri.
Selain pendidikan, motivasi juga terbukti menjadi pendorong utama munculnya intensi berwirausaha. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung lebih berani mengambil risiko dan berupaya untuk mewujudkan ide-ide bisnisnya. Dorongan ini dapat bersumber dari keinginan untuk mandiri secara finansial, mencapai prestasi, atau bahkan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Motivasi internal seperti inilah yang membuat seseorang lebih konsisten dan tekun dalam menghadapi tantangan kewirausahaan.
Sebaliknya, faktor lingkungan tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha. Hal ini bisa disebabkan karena dukungan lingkungan seperti keluarga, teman, atau kampus belum cukup kuat untuk mendorong mahasiswa terjun ke dunia usaha. Dalam konteks mahasiswa di wilayah perkotaan seperti Jakarta Barat, sebagian besar mungkin masih lebih fokus pada karier formal setelah lulus daripada memulai bisnis sendiri. Oleh karena itu, lingkungan sosial belum menjadi faktor penentu dalam pembentukan niat berwirausaha.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menegaskan bahwa proses pembelajaran kewirausahaan yang efektif dan motivasi pribadi yang kuat merupakan dua kunci utama dalam menumbuhkan semangat berwirausaha di kalangan mahasiswa. Sementara itu, peran lingkungan perlu diperkuat agar dapat menjadi faktor pendukung yang nyata, misalnya melalui dukungan keluarga, komunitas bisnis, atau program kampus yang memberi ruang lebih besar bagi mahasiswa untuk berpraktik langsung di dunia kewirausahaan. |

0 komentar:
Posting Komentar