Tugas Esai 8 : Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Fenomena
sosial yang sedang menjadi sorotan di berbagai media adalah langkah inovatif
Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), dalam menangani perilaku remaja
yang dianggap “unik” yaitu mereka yang cenderung nakal, membolos, merokok, atau
berperilaku menyimpang. Menariknya kang dedi memilih metode yang tak lazim
yaitu dengan mengirim para remaja tersebut ke barak militer untuk dilatih
disiplin, tanggung jawab, dan nilai moral. Orang tua mereka pun justru
mendukung sepenuhnya kebijakan tersebut melalui surat persetujuan bermeterai. Langkah
ini memperlihatkan cara pandang kang Dedi Mulyadi yang berbeda terhadap
perilaku menyimpang remaja. Dalam kacamata Psikologi Inovasi, tindakan Kang
Dedi tersebut dapat dipahami melalui teori persepsi Paul A. Bell dkk.,
yang menjelaskan bagaimana persepsi terbentuk dan memengaruhi perilaku manusia.
Persepsi tidak sekadar melihat realitas secara pasif, tetapi merupakan hasil
dari proses aktif dalam mengorganisasi, menafsirkan, dan memberi makna terhadap
stimulus yang diterima individu (Sarwono, 1995; Patimah et al., 2024).
Selama
ini, masyarakat sering menilai perilaku remaja “nakal” sebagai bentuk
penyimpangan moral atau kegagalan pendidikan keluarga. Pendekatan yang
digunakan yaitu memasukkan anak ke pesantren atau bahkan ke lembaga
pemasyarakatan. Dua pendekatan ini berangkat dari persepsi bahwa remaja
bermasalah harus “dihukum” atau “disucikan” agar kembali normal. Namun,
pendekatan seperti ini kerap gagal mengubah perilaku karena tidak sampai pada persepsi
dan cara berpikir anak. Dedi Mulyadi melihat permasalahan tersebut dari sudut
pandang yang berbeda. Ia memandang kenakalan remaja bukan sekadar akibat buruknya
moral, tetapi karena lingkungan sosial yang kurang mendukung. Para yang remaja kehilangan arah, dan pengalaman tentang nilai tanggung jawab. Karena
itu, yang perlu diubah bukan hanya perilakunya, tetapi juga kerangka
persepsi mereka terhadap disiplin, dan masa depan.
Menurut
Paul A. Bell dkk. (dalam Patimah et al., 2024), persepsi terbentuk melalui tiga
tahapan utama:
- Seleksi (selection) – individu memilih
stimulus tertentu dari lingkungan sesuai perhatian dan kebutuhan.
- Organisasi (organization) – individu mengelompokkan
stimulus yang terpilih menjadi pola yang bermakna.
- Interpretasi (interpretation) – individu memberikan
makna terhadap pola tersebut berdasarkan pengalaman, nilai, dan harapan.
Kang Dedi
menyusun strateginya berdasarkan prinsip-prinsip ini. Pertama, ia mengubah
stimulus sosial yang diterima remaja dengan menempatkan mereka di
lingkungan yang sangat berbeda dari kebiasaan barak militer. Kedua, dalam tahap
organisasi, para remaja diajak untuk terbiasa dengan rutinitas baru, contohnya bangun
pagi, berdoa, olahraga, belajar, dan disiplin waktu. Rutinitas tersebut
membentuk persepsi baru bahwa hidup dengan teratrur menjadikan seseorang lebih
menghargai waktu. Ketiga, pada tahap interpretasi, pengalaman positif dan rasa
bangga yang timbul setelah berhasil menjalani pelatihan memberi makna terhadap
konsep “kedewasaan” dan “harga diri”. Mereka mulai melihat bahwa disiplin bukan
hukuman, melainkan cara untuk menjadi mandiri dengan masa depan yang lebih
baik. Proses ini akhirnya membentuk perilaku baru yang konsisten dan,
jika dilakukan berulang, akan berubah menjadi kebiasaan yang baik.
Pendekatan KDM merupakan contoh nyata intervensi yang menekankan perubahan pola pikir sebagai dasar perubahan perilaku anak-anak tersebut. Hal ini lebih efektif dibanding sekedar hukuman, karena memberi pengalaman langsung untuk mengubah persepsi diri remaja. Bagi dunia pendidikan dan psikologi inovasi, strategi KDM menunjukkan bahwa perubahan perilaku harus dimulai dari mengubah cara individu memaknai pengalaman melalui lingkungan yang mendukung nilai-nilai positif. Melalui kacamata teori persepsi Paul A. Bell dkk., pendekatan Kang Dedi Mulyadi terhadap remaja “unik” bukan sekedar hukuman, tetapi sebuah cara dalam memperbaiki persepsi sosial dan pribadi. Ia memahami bahwa perilaku adalah cerminan dari persepsi, dan hanya dengan mengubah cara individu memaknai dirinya serta lingkungannya, perubahan sejati dapat tercapai. Dari sana, terbentuklah kebiasaan baru yang positif dan berkelanjutan yang merupakan salah satu bentuk cerminan nyata dari psikologi inovasi dalam praktik sosial.
Daftar Pustaka
Patimah,
I., Rahman, A., & Hidayat, F. (2024). Psikologi Persepsi dan Perubahan
Perilaku. Bandung: Pustaka Humaniora.
Sarwono,
S. W. (1995). Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka.
Bell, P.
A., Greene, T. C., Fisher, J. D., & Baum, A. (2001). Environmental
Psychology. Fort Worth: Harcourt College Publishers.
Mulyadi,
D. (2024). Manusia Sunda dan Kepemimpinan Humanis. Bandung: Pustaka
Cipta Mandiri.
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Terj. Istiwidayanti & Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.

0 komentar:
Posting Komentar