7.11.25

ESSAI 8 - UTS PSIKOLOGI INOVASI KELAS A REGULER

 Tugas Esai 8 : Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah : Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.


Nursania Dukomalamo (23310410096)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Fenomena sosial yang sedang menjadi sorotan di berbagai media adalah langkah inovatif Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), dalam menangani perilaku remaja yang dianggap “unik” yaitu mereka yang cenderung nakal, membolos, merokok, atau berperilaku menyimpang. Menariknya kang dedi memilih metode yang tak lazim yaitu dengan mengirim para remaja tersebut ke barak militer untuk dilatih disiplin, tanggung jawab, dan nilai moral. Orang tua mereka pun justru mendukung sepenuhnya kebijakan tersebut melalui surat persetujuan bermeterai. Langkah ini memperlihatkan cara pandang kang Dedi Mulyadi yang berbeda terhadap perilaku menyimpang remaja. Dalam kacamata Psikologi Inovasi, tindakan Kang Dedi tersebut dapat dipahami melalui teori persepsi Paul A. Bell dkk., yang menjelaskan bagaimana persepsi terbentuk dan memengaruhi perilaku manusia. Persepsi tidak sekadar melihat realitas secara pasif, tetapi merupakan hasil dari proses aktif dalam mengorganisasi, menafsirkan, dan memberi makna terhadap stimulus yang diterima individu (Sarwono, 1995; Patimah et al., 2024).

Selama ini, masyarakat sering menilai perilaku remaja “nakal” sebagai bentuk penyimpangan moral atau kegagalan pendidikan keluarga. Pendekatan yang digunakan yaitu memasukkan anak ke pesantren atau bahkan ke lembaga pemasyarakatan. Dua pendekatan ini berangkat dari persepsi bahwa remaja bermasalah harus “dihukum” atau “disucikan” agar kembali normal. Namun, pendekatan seperti ini kerap gagal mengubah perilaku karena tidak sampai pada persepsi dan cara berpikir anak. Dedi Mulyadi melihat permasalahan tersebut dari sudut pandang yang berbeda. Ia memandang kenakalan remaja bukan sekadar akibat buruknya moral, tetapi karena lingkungan sosial yang kurang mendukung. Para yang remaja kehilangan arah, dan pengalaman tentang nilai tanggung jawab. Karena itu, yang perlu diubah bukan hanya perilakunya, tetapi juga kerangka persepsi mereka terhadap disiplin, dan masa depan.

Menurut Paul A. Bell dkk. (dalam Patimah et al., 2024), persepsi terbentuk melalui tiga tahapan utama:

  1. Seleksi (selection) – individu memilih stimulus tertentu dari lingkungan sesuai perhatian dan kebutuhan.
  2. Organisasi (organization) – individu mengelompokkan stimulus yang terpilih menjadi pola yang bermakna.
  3. Interpretasi (interpretation) – individu memberikan makna terhadap pola tersebut berdasarkan pengalaman, nilai, dan harapan.

Kang Dedi menyusun strateginya berdasarkan prinsip-prinsip ini. Pertama, ia mengubah stimulus sosial yang diterima remaja dengan menempatkan mereka di lingkungan yang sangat berbeda dari kebiasaan barak militer. Kedua, dalam tahap organisasi, para remaja diajak untuk terbiasa dengan rutinitas baru, contohnya bangun pagi, berdoa, olahraga, belajar, dan disiplin waktu. Rutinitas tersebut membentuk persepsi baru bahwa hidup dengan teratrur menjadikan seseorang lebih menghargai waktu. Ketiga, pada tahap interpretasi, pengalaman positif dan rasa bangga yang timbul setelah berhasil menjalani pelatihan memberi makna terhadap konsep “kedewasaan” dan “harga diri”. Mereka mulai melihat bahwa disiplin bukan hukuman, melainkan cara untuk menjadi mandiri dengan masa depan yang lebih baik. Proses ini akhirnya membentuk perilaku baru yang konsisten dan, jika dilakukan berulang, akan berubah menjadi kebiasaan yang baik.

Pendekatan KDM merupakan contoh nyata intervensi yang menekankan perubahan pola pikir sebagai dasar perubahan perilaku anak-anak tersebut. Hal ini lebih efektif dibanding sekedar hukuman, karena memberi pengalaman langsung untuk mengubah persepsi diri remaja. Bagi dunia pendidikan dan psikologi inovasi, strategi KDM menunjukkan bahwa perubahan perilaku harus dimulai dari mengubah cara individu memaknai pengalaman melalui lingkungan yang mendukung nilai-nilai positif. Melalui kacamata teori persepsi Paul A. Bell dkk., pendekatan Kang Dedi Mulyadi terhadap remaja “unik” bukan sekedar hukuman, tetapi sebuah cara dalam memperbaiki persepsi sosial dan pribadi. Ia memahami bahwa perilaku adalah cerminan dari persepsi, dan hanya dengan mengubah cara individu memaknai dirinya serta lingkungannya, perubahan sejati dapat tercapai. Dari sana, terbentuklah kebiasaan baru yang positif dan berkelanjutan yang merupakan salah satu bentuk cerminan nyata dari psikologi inovasi dalam praktik sosial.


Daftar Pustaka

Patimah, I., Rahman, A., & Hidayat, F. (2024). Psikologi Persepsi dan Perubahan Perilaku. Bandung: Pustaka Humaniora.

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Bell, P. A., Greene, T. C., Fisher, J. D., & Baum, A. (2001). Environmental Psychology. Fort Worth: Harcourt College Publishers.

Mulyadi, D. (2024). Manusia Sunda dan Kepemimpinan Humanis. Bandung: Pustaka Cipta Mandiri.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Terj. Istiwidayanti & Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.






0 komentar:

Posting Komentar