11.11.25

Hana Fardilla (24310410048) - SPSJ - Psi Lingkungan – UTS - Dr. A. Shinta, M. A – 11 November 2025

 Esai Ujian Tengah Semester

Hana Fardilla – 24310410048 – Psikologi Kelas Karyawan
Psikologi Lingkungan - UTS -  Dr. A. Shinta, M. A
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

 

Ketika pertama kali saya melihat gambar rusun ini di kelas bersama Ibu Shinta, saya teringat pengalaman saya pribadi sewaktu pertama kali mengunjungi rumah saudara ayah saya di kota besar. Saya tumbuh di desa Ibu saya, dengan lingkungan yang asri dan cukup bersih. Kakek saya, ayah dari ibu saya adalah salah satu tetua yang dihargai di desa, sehingga penampilan dan kerapian cukup dijunjung tinggi. Kebersihan lingkungan, rumah, dan pakaian menjadi hal yang sangat penting bagi ibu saya, dan ini mempengaruhi persepsi saya. Jika merujuk pada teori Paul A. Bell, hal ini dapat dilihat sebagai fenomena, bagaimana lingkungan saya tumbuh, menciptakan sebuah persepsi khusus di kehidupan saya.

Suatu ketika, ayah saya berpindah tugas ke Ibu kota Provinsi. Ayah saya memutuskan untuk mengajak saya, ibu saya, dan adik saya, untuk tinggal sementara di rumah saudaranya sembari mencari rumah kontrakan. Saya masih ingat bagaimana saya merasa merinding saat pertama kali melihat rumah saudara ayah saya, sangat mirip dengan gambar rusun ini.

Lumut hitam dan jamur di mana-mana. Pakaian berserakan di ruang tengah, dan bau kencing tikus sangat menyengat. Ayah saya mengatakan ini adalah rumah tempat ia dibesarkan, ada 9 anggota keluarga yang tinggal di sini, dan ayah saya terlihat biasa-biasa saja, sedangkan saya dapat melihat wajah ibu saya yang sangat pucat dan tidak nyaman. Ibu saya bahkan menolak untuk duduk, menarik ayah saya keluar dan memohon untuk tidak tinggal di rumah tersebut. Mereka sempat beradu argumen, ayah saya mengatakan kepada ibu saya untuk mencari tempat sendiri jika tidak mau tinggal di rumah itu. Ibu saya mengajak saya dan adik untuk pergi, naik bus ke kota sebelah tempat saudara kakek saya tinggal, dengan menempuh perjalanan 2 jam dengan bus, dan ayah saya tetap tinggal di rumah saudaranya.

Menarik bagaimana orang tua saya tampak memberikan reaksi yang jauh berbeda terhadap 1 objek, padahal mereka sudah tinggal bersama dalam waktu yang cukup lama. Menurut Paul A. Bell dan kawan-kawan dalam bukunya Environmental Psychology, cara manusia memandang dan menilai lingkungan tidak netral, tetapi dibentuk oleh pengalaman, pembelajaran, dan adaptasi sejak kecil. Persepsi terhadap baik atau buruk suatu lingkungan tidak hanya tergantung kondisi fisiknya, tetapi juga pada kebiasaan dan makna psikologis yang terbentuk dari pengalaman hidup (Fahmi, 2020).

Ayah saya yang sudah terbiasa tumbuh di lingkungan tersebut, merasa tidak ada masalah dengan kondisi rumah saudaranya, sedangkan ibu saya yang terbiasa tinggal di lingkungan yang rapi dan bersih, tidak dapat merasakan hal serupa dengan persepsi yang ayah saya rasakan.

Menurut saya, hal serupa juga dapat diimplementasikan bagaimana orang-orang pada gambar rusun tersebut memilih untuk tinggal, tanpa ada rasa tidak nyaman, atau kebutuhan untuk melakukan perubahan. Berdasarkan teori persepsi dan kognisi lingkungan (Bell et al., 2001), pengalaman hidup dalam lingkungan tertentu sejak dini membentuk persepsi dan peta kognitif individu terhadap lingkungan tersebut. Seseorang yang sejak lahir tinggal di kawasan kumuh dapat beradaptasi melalui habituasi, sehingga kondisi tersebut tidak lagi dipersepsikan sebagai tidak nyaman, melainkan sebagai keadaan yang normal dan aman secara psikologis. Kondisi ini juga dapat menjawab pertanyaan “Mengapa mereka tidak melakukan perubahan, seperti usaha pembersihan atau yang lainnya?” Karena, jika mengutip kembali dari teori yang sama, perubahan pada lingkungan justru akan menimbulkan ketidaknyamanan, karena kondisi sudah tidak seperti bagaimana peta kognitif individu tersebut biasanya lihat.

Saya merasa hal ini sangat penting untuk diperhatikan agar kita tidak mudah untuk memberikan judgment terhadap perilaku atau keputusan suatu individu, karena kita belum tentu memahami persepsi atau pengalaman yang dirasakan dengan individu tersebut. Lingkungan sangat erat kaitannya dengan pembentukan persepsi seseorang, sehingga ilmu ini sangat relevan untuk dipelajari dalam ilmu Psikologi.


Referensi:
Bell, A.P., Greene, T.C., Fisher, J.D. & Baum, A. (2001). Environmental Psychology. 5th ed. Harcourt College Publishers. 

Fahmi, D. (2020). PERSEPSI: Bagaimana sejatinya persepsi membentuk konstruksi berpikir kita. Anak Hebat Indonesia.Yogyakarta: Psikologi Corner.


0 komentar:

Posting Komentar