Nama: Chevani Irvine
Nim: 25310420010
Mata kuliah : Psi Inovasi Kelas A
Dosen Pengampu: Dr. A. Shinta, M.A.
Disonansi Kognitif antara Merokok dan
Berolahraga
Disonansi kognitif yaitu ketidaknyamanan psikologis yang
muncul Ketika seseorang secara simultan memegang dua kognisi yang bisa relevan atau tidak relevan satu sama
lain yang dapat menimbulkan keadaan konsonan atau disonan. Disonansi kognitif,
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Leon Festinger (1957).
Pada WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2019,
prevelensi perokok di Indonesia tahun 2018 pada pria sebesar 62,9% dan wanita
4,8% untuk usia lebih dari 15 tahun, sedangkan pada usia 13-15 tahun prevelensi
perokok pria sebesar 23% dan wanita 2,4%, dimana kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa Indonesia saat ini tengah mengalami darurat rokok (World
Health Organization, 2019).
Dalam wawancara disonansi kognitif yang lakukan yaitu pada
individu yang rutin berolahraga tetapi di saat yang sama masih mempertahankan
kebiasaan merokok. Wawancara di lakukan 5 November 2025 dengan mahasiswa
berinisial V.
Chevani: halo kak V apakabar, boleh di
ceritakan singkat saja untuk hobi baru kamu yang suka jogging ya
V: halo, kabar baik, iya aku lagi senang banget
olahraga terutama lari beberapa kali tiap sore suka keliling untuk lari di
maguwo, dan kemarin baru saja ikut event lari juga di daerah klaten.
Chevani: okee, lalu sekarang kebiasaan kamu
merokok juga masih jalan ya, apakah kamu tetap nyaman dengan kebiasaan kamu
yang merokok dan hobi baru kamu yaitu jogging
V: memang bisa di bilang gabaik yaa aku hobi
lari tapi kebiasaan merokok ku tetap jalan karena aku merasa aneh kalo sehari
aku engga merokok mulut rasanya asem dan pait. Pengaruh jelas karna akan cepet
Lelah untuk nafas ku yang akan lebih cepat capek duluan.
Chevani: berarti kamu tahu ya kalau merokok itu
engga baik dan apa kamu ada keinginan untuk berenti
V: iyaa dari awal pun tahu tetapi karna
lingkungan yang aku kenal dikelilingi oleh perokok aku merasa perlu untuk bisa
di terima dan justru seterusnya malah nyaman dengan kebiasaan merokok ku.
Keinginan jelas ada tapi belum pasti konsistennya.
Chevani: Baik terimakasi waktu luangnya ka
semoga kedepannya bisa jadi pilihan terbaik ya untuk ka V
Dari hasil wawancara di dapatkan Meskipun merokok dan
olahraga adalah tindakan yang secara logis bertentangan, individu berhasil
menyelaraskannya dalam pikiran mereka melalui berbagai strategi pembenaran. Dan
kebiasaan yang dilakukan juga karna pengaruh lingkungan. Perokok bukannya tidak
paham akan risiko yang mereka hadapi, namun mereka beranggapan bahwa manfaat
yang didapat dari merokok, misalnya menjadi lebih tenang dan fokus dalam
bekerja, dapat dirasakan pada saat ini. Sementara risiko yang dihadapi, tidak
akan langsung terjadi setelah mereka merokok.
Sumber Referensi:
Festinger, L. (1957). A
Theory of Cognitive Dissonance. Stanford, CA: Stanford University Press. (Fondasi utama teori disonansi kognitif).
Fadholi, F., Prisanto, G. F., Ernungtyas, N. F., Irwansyah,
I., & Hasna, S. (2020). Disonansi Kognitif Perokok Aktif di
Indonesia. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri
Padang), 11(1),
Salsabila, H. D. (2019). Lokus Kendali Kesehatan dan
Disonansi Kognitif Pada Wanita Perokok Berjilbab. Psikoborneo: Jurnal
Ilmiah Psikologi, 7(3).

0 komentar:
Posting Komentar