11.11.25

Esai 2 Wawancara Disonansi Kognitif

 

Nama: Chevani Irvine

Nim: 25310420010

Mata kuliah : Psi Inovasi Kelas A

Dosen Pengampu: Dr. A. Shinta, M.A.


Disonansi Kognitif antara Merokok dan Berolahraga

Disonansi kognitif yaitu ketidaknyamanan psikologis yang muncul Ketika seseorang secara simultan memegang dua kognisi yang  bisa relevan atau tidak relevan satu sama lain yang dapat menimbulkan keadaan konsonan atau disonan. Disonansi kognitif, sebuah teori yang diperkenalkan oleh Leon Festinger (1957).

Pada WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2019, prevelensi perokok di Indonesia tahun 2018 pada pria sebesar 62,9% dan wanita 4,8% untuk usia lebih dari 15 tahun, sedangkan pada usia 13-15 tahun prevelensi perokok pria sebesar 23% dan wanita 2,4%, dimana kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia saat ini tengah mengalami darurat rokok (World Health Organization, 2019).

Dalam wawancara disonansi kognitif yang lakukan yaitu pada individu yang rutin berolahraga tetapi di saat yang sama masih mempertahankan kebiasaan merokok. Wawancara di lakukan 5 November 2025 dengan mahasiswa berinisial V.

Chevani: halo kak V apakabar, boleh di ceritakan singkat saja untuk hobi baru kamu yang suka jogging ya

V: halo, kabar baik, iya aku lagi senang banget olahraga terutama lari beberapa kali tiap sore suka keliling untuk lari di maguwo, dan kemarin baru saja ikut event lari juga di daerah klaten.

Chevani: okee, lalu sekarang kebiasaan kamu merokok juga masih jalan ya, apakah kamu tetap nyaman dengan kebiasaan kamu yang merokok dan hobi baru kamu yaitu jogging

V: memang bisa di bilang gabaik yaa aku hobi lari tapi kebiasaan merokok ku tetap jalan karena aku merasa aneh kalo sehari aku engga merokok mulut rasanya asem dan pait. Pengaruh jelas karna akan cepet Lelah untuk nafas ku yang akan lebih cepat capek duluan.

Chevani: berarti kamu tahu ya kalau merokok itu engga baik dan apa kamu ada keinginan untuk berenti

V: iyaa dari awal pun tahu tetapi karna lingkungan yang aku kenal dikelilingi oleh perokok aku merasa perlu untuk bisa di terima dan justru seterusnya malah nyaman dengan kebiasaan merokok ku. Keinginan jelas ada tapi belum pasti konsistennya.

Chevani: Baik terimakasi waktu luangnya ka semoga kedepannya bisa jadi pilihan terbaik ya untuk ka V

Dari hasil wawancara di dapatkan Meskipun merokok dan olahraga adalah tindakan yang secara logis bertentangan, individu berhasil menyelaraskannya dalam pikiran mereka melalui berbagai strategi pembenaran. Dan kebiasaan yang dilakukan juga karna pengaruh lingkungan. Perokok bukannya tidak paham akan risiko yang mereka hadapi, namun mereka beranggapan bahwa manfaat yang didapat dari merokok, misalnya menjadi lebih tenang dan fokus dalam bekerja, dapat dirasakan pada saat ini. Sementara risiko yang dihadapi, tidak akan langsung terjadi setelah mereka merokok.

Sumber Referensi:

Festinger, L. (1957). A Theory of Cognitive Dissonance. Stanford, CA: Stanford University Press.             (Fondasi utama teori disonansi kognitif).

Fadholi, F., Prisanto, G. F., Ernungtyas, N. F., Irwansyah, I., & Hasna, S. (2020). Disonansi Kognitif             Perokok Aktif di Indonesia. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang)11(1),

Salsabila, H. D. (2019). Lokus Kendali Kesehatan dan Disonansi Kognitif Pada Wanita Perokok                  Berjilbab. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi7(3).

 

 

 

 



0 komentar:

Posting Komentar