13.11.25

Essai 1 - Meringkas Jurnal Motivasi - Psikologi Inovasi dan Entrepreneurship

 Resiliensi dan Psikologi Inovasi dalam Dunia Wirausaha di Era Digital

 

Perkembangan era digital membawa peluang besar bagi pertumbuhan wirausaha, namun juga menghadirkan tantangan kompleks yang menuntut kemampuan adaptasi, kreativitas, serta ketangguhan mental. Dalam konteks ini, resiliensi dan psikologi inovasi menjadi dua fondasi penting yang menentukan keberhasilan wirausaha, bukan hanya dalam mempertahankan usaha, tetapi juga dalam menciptakan terobosan baru yang relevan di tengah perubahan zaman.

Resiliensi wirausaha adalah kemampuan individu untuk bangkit dari kegagalan, bertahan dalam tekanan, dan tetap produktif meskipun menghadapi situasi sulit. Pada wirausahawan, resiliensi bukan hanya tentang ketahanan pasif, tetapi mencakup respons aktif untuk belajar dari kegagalan dan menjadikannya dasar untuk perbaikan. Menurut jurnal tersebut, wirausaha yang memiliki resiliensi tinggi biasanya menunjukkan karakteristik seperti: optimisme, kemampuan regulasi emosi, keyakinan terhadap kemampuan diri (self-efficacy), serta keterampilan dalam mengelola sumber daya di tengah keterbatasan. Resiliensi bukan bawaan lahir, melainkan hasil interaksi antara pengalaman hidup, dukungan sosial, dan kemampuan refleksi diri.

Dalam era digital, resiliensi menjadi semakin penting karena wirausahawan menghadapi ketidakpastian pasar, persaingan global, perubahan teknologi, hingga tekanan sosial seperti kritik dari konsumen di media sosial. Contohnya, ketika usaha mengalami penurunan penjualan akibat perubahan tren digital, wirausahawan yang resilien tidak berhenti atau menyalahkan keadaan. Sebaliknya, ia melakukan evaluasi, belajar dari kondisi tersebut, lalu mencari strategi baru, misalnya dengan mengoptimalkan pemasaran digital, memanfaatkan e-commerce, atau menciptakan produk yang lebih relevan.

Sejalan dengan resiliensi, psikologi inovasi menjelaskan bagaimana individu menciptakan ide baru, berpikir kreatif, dan berani mengambil risiko untuk menghasilkan perubahan. Dalam dunia wirausaha, psikologi inovasi mencakup aspek-aspek seperti curiosity (rasa ingin tahu), openness to experience (keterbukaan terhadap pengalaman baru), serta kemampuan melihat peluang di balik masalah. Wirausaha inovatif tidak hanya mengikuti tren, tetapi mampu menciptakan tren baru melalui pemikiran yang orisinal dan solusi yang aplikatif. 

Menurut jurnal tersebut, psikologi inovasi tidak dapat dipisahkan dari kreativitas. Namun, inovasi tidak berhenti pada ide semata; yang membedakan wirausahawan inovatif dengan yang tidak adalah keberanian untuk mengeksekusi ide dan mengelola risiko. Di era digital, inovasi dapat diwujudkan melalui penggunaan teknologi seperti artificial intelligence (AI), media sosial, marketplace digital, dan sistem pembayaran online. Dengan memanfaatkan teknologi, wirausahawan bisa menciptakan model bisnis baru, memperluas pasar, dan meningkatkan efisiensi usaha.

Resiliensi dan psikologi inovasi saling berkaitan. Wirausaha yang inovatif membutuhkan resiliensi karena setiap ide baru tidak selalu disambut keberhasilan. Ada risiko ditolak pasar, dikritik pelanggan, atau gagal secara teknis. Sebaliknya, resiliensi tanpa inovasi akan membuat wirausaha bertahan tetapi stagnan. Kombinasi kedua aspek ini membentuk wirausahawan adaptif, yaitu individu yang tidak hanya tahan banting, tetapi juga terus berkembang mengikuti perubahan zaman.

Untuk menumbuhkan resiliensi dan psikologi inovasi, jurnal tersebut menyarankan beberapa strategi, antara lain: mengasah kemampuan problem solving, melatih pola pikir growth mindset, membangun jaringan sosial yang suportif, serta membiasakan diri melakukan refleksi terhadap pengalaman dan kegagalan. Selain itu, lingkungan digital yang terbuka terhadap kolaborasi dan berbagi pengetahuan juga mempercepat pembentukan inovasi.

Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan wirausaha di era digital tidak semata-mata ditentukan modal finansial atau kemampuan teknis. Faktor psikologis seperti resiliensi dan inovasi memainkan peran vital dalam menjaga keberlangsungan usaha. Wirausahawan yang resilien mampu bertahan dari tekanan dan bangkit dari kegagalan, sementara wirausahawan yang inovatif mampu menciptakan pembaruan yang relevan dan bernilai. Ketika kedua aspek ini bersinergi, wirausaha tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan memberi dampak positif bagi masyarakat.

Daftar Pustaka
Sumber : Membangun Resiliensi dan Kreativitas Wirausaha di Era Digital (2025) - artikel yang mengeksplorasi resiliensi dan kreativitas sebagai aspek psikologi inovasi untuk wirausaha.
https://ejournal.arimbi.or.id/index.php/JUMBIDTER/article/download/605/804/3091 

PERGURUAN TINGGI   : Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

FAKULTAS                     : Psikologi

MATA KULIAH             : Psikologi Inovasi

PENGAMPU                 : DR. Arundati Shinta, M. A

NAMA                           : Tri Widanarto

NIM                               : 23310410032

KELAS                          : Kelas Karyawan SJ

TUGAS                         : Essai 1 - Meringkas Jurnal Motivasi - Psikologi Inovasi dan Entrepreneurship

0 komentar:

Posting Komentar