Resiliensi dan Psikologi Inovasi dalam Dunia Wirausaha di Era Digital
Perkembangan
era digital membawa peluang besar bagi pertumbuhan wirausaha, namun juga
menghadirkan tantangan kompleks yang menuntut kemampuan adaptasi, kreativitas,
serta ketangguhan mental. Dalam konteks ini, resiliensi dan psikologi inovasi
menjadi dua fondasi penting yang menentukan keberhasilan wirausaha, bukan hanya
dalam mempertahankan usaha, tetapi juga dalam menciptakan terobosan baru yang
relevan di tengah perubahan zaman.
Resiliensi
wirausaha adalah kemampuan individu untuk bangkit dari kegagalan, bertahan
dalam tekanan, dan tetap produktif meskipun menghadapi situasi sulit. Pada
wirausahawan, resiliensi bukan hanya tentang ketahanan pasif, tetapi mencakup
respons aktif untuk belajar dari kegagalan dan menjadikannya dasar untuk
perbaikan. Menurut jurnal tersebut, wirausaha yang memiliki resiliensi tinggi
biasanya menunjukkan karakteristik seperti: optimisme, kemampuan regulasi
emosi, keyakinan terhadap kemampuan diri (self-efficacy), serta keterampilan
dalam mengelola sumber daya di tengah keterbatasan. Resiliensi bukan bawaan
lahir, melainkan hasil interaksi antara pengalaman hidup, dukungan sosial, dan
kemampuan refleksi diri.
Dalam
era digital, resiliensi menjadi semakin penting karena wirausahawan menghadapi
ketidakpastian pasar, persaingan global, perubahan teknologi, hingga tekanan
sosial seperti kritik dari konsumen di media sosial. Contohnya, ketika usaha
mengalami penurunan penjualan akibat perubahan tren digital, wirausahawan yang
resilien tidak berhenti atau menyalahkan keadaan. Sebaliknya, ia melakukan
evaluasi, belajar dari kondisi tersebut, lalu mencari strategi baru, misalnya
dengan mengoptimalkan pemasaran digital, memanfaatkan e-commerce, atau
menciptakan produk yang lebih relevan.
Sejalan
dengan resiliensi, psikologi inovasi menjelaskan bagaimana individu menciptakan
ide baru, berpikir kreatif, dan berani mengambil risiko untuk menghasilkan
perubahan. Dalam dunia wirausaha, psikologi inovasi mencakup aspek-aspek
seperti curiosity (rasa ingin tahu), openness to experience (keterbukaan
terhadap pengalaman baru), serta kemampuan melihat peluang di balik masalah.
Wirausaha inovatif tidak hanya mengikuti tren, tetapi mampu menciptakan tren
baru melalui pemikiran yang orisinal dan solusi yang aplikatif.
Menurut
jurnal tersebut, psikologi inovasi tidak dapat dipisahkan dari kreativitas.
Namun, inovasi tidak berhenti pada ide semata; yang membedakan wirausahawan
inovatif dengan yang tidak adalah keberanian untuk mengeksekusi ide dan
mengelola risiko. Di era digital, inovasi dapat diwujudkan melalui penggunaan
teknologi seperti artificial intelligence (AI), media sosial, marketplace
digital, dan sistem pembayaran online. Dengan memanfaatkan teknologi,
wirausahawan bisa menciptakan model bisnis baru, memperluas pasar, dan
meningkatkan efisiensi usaha.
Resiliensi
dan psikologi inovasi saling berkaitan. Wirausaha yang inovatif membutuhkan
resiliensi karena setiap ide baru tidak selalu disambut keberhasilan. Ada
risiko ditolak pasar, dikritik pelanggan, atau gagal secara teknis. Sebaliknya,
resiliensi tanpa inovasi akan membuat wirausaha bertahan tetapi stagnan.
Kombinasi kedua aspek ini membentuk wirausahawan adaptif, yaitu individu yang
tidak hanya tahan banting, tetapi juga terus berkembang mengikuti perubahan
zaman.
Untuk
menumbuhkan resiliensi dan psikologi inovasi, jurnal tersebut menyarankan
beberapa strategi, antara lain: mengasah kemampuan problem solving, melatih
pola pikir growth mindset, membangun jaringan sosial yang suportif, serta
membiasakan diri melakukan refleksi terhadap pengalaman dan kegagalan. Selain
itu, lingkungan digital yang terbuka terhadap kolaborasi dan berbagi
pengetahuan juga mempercepat pembentukan inovasi.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan wirausaha di era digital tidak semata-mata ditentukan modal finansial atau kemampuan teknis. Faktor psikologis seperti resiliensi dan inovasi memainkan peran vital dalam menjaga keberlangsungan usaha. Wirausahawan yang resilien mampu bertahan dari tekanan dan bangkit dari kegagalan, sementara wirausahawan yang inovatif mampu menciptakan pembaruan yang relevan dan bernilai. Ketika kedua aspek ini bersinergi, wirausaha tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan memberi dampak positif bagi masyarakat.
Daftar Pustaka
Sumber : Membangun Resiliensi dan Kreativitas Wirausaha di Era Digital (2025) -
artikel yang mengeksplorasi resiliensi dan kreativitas sebagai aspek psikologi
inovasi untuk wirausaha. https://ejournal.arimbi.or.id/index.php/JUMBIDTER/article/download/605/804/3091
PERGURUAN TINGGI : Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
FAKULTAS : Psikologi
MATA KULIAH : Psikologi Inovasi
PENGAMPU : DR. Arundati Shinta, M. A
NAMA :
Tri Widanarto
NIM :
23310410032
KELAS :
Kelas Karyawan SJ
TUGAS : Essai 1 - Meringkas Jurnal Motivasi - Psikologi Inovasi dan Entrepreneurship

0 komentar:
Posting Komentar