7.11.25

Esai uts psi inovasi nurul anisa (23310410060)


Esai UTS Psikologi Inovasi

Nama : Nurul Anisa 

NIM : 23310410060

MATKUL : PSIKOLOGI INOVASI 


Persepsi dan Inovasi dalam Penanganan Remaja “Unik” oleh Gubernur Jawa Barat


Fenomena sosial mengenai gaya kepemimpinan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), dalam menangani remaja dengan perilaku “unik” — seperti nakal, suka berkelahi, atau berperilaku menyimpang — menimbulkan banyak perdebatan di masyarakat. Salah satu langkah inovatif KDM adalah membentuk barak militer bagi remaja tersebut untuk melatih kedisiplinan, tanggung jawab, dan moralitas. Pendekatan ini dinilai berbeda dari cara konvensional yang cenderung menghukum atau mengucilkan remaja bermasalah. Di sisi lain, kebijakan ini juga menuai kritik karena dianggap sebagai bentuk “pemaksaan”. Dalam konteks Psikologi Inovasi, kebijakan ini menarik untuk dikaji melalui teori persepsi menurut Paul A. Bell dan kawan-kawan, guna memahami bagaimana persepsi dapat membentuk cara berpikir dan bertindak seseorang dalam merancang solusi sosial.


Menurut Paul A. Bell dkk. (dalam Sarwono, 1995), persepsi terhadap lingkungan adalah proses di mana individu menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimulus yang berasal dari lingkungan untuk membentuk pemahaman dan makna tertentu. Persepsi tidak hanya bersifat pasif, tetapi juga dipengaruhi oleh pengalaman, nilai, dan harapan individu. Artinya, cara seseorang memandang suatu masalah sangat menentukan tindakan yang ia ambil untuk menyelesaikannya. Dalam konteks KDM, persepsinya terhadap remaja “unik” tidak berhenti pada label “nakal” atau “bermasalah”, melainkan melihat mereka sebagai produk lingkungan sosial yang kehilangan arah dan membutuhkan pembinaan. Persepsi ini yang kemudian melahirkan pendekatan inovatif berupa barak militer, bukan pemenjaraan atau pengucilan sosial.

Dari sudut pandang teori Bell, tindakan KDM dapat dipahami melalui konsep person-environment interaction, yaitu interaksi antara individu dan lingkungannya. KDM melihat bahwa perubahan perilaku tidak bisa hanya dilakukan melalui hukuman, tetapi harus diciptakan lingkungan baru yang memfasilitasi pembelajaran dan perubahan persepsi diri bagi para remaja. Barak militer berfungsi sebagai stimulus lingkungan yang diatur sedemikian rupa agar remaja belajar tentang kedisiplinan, tanggung jawab, serta kebersamaan melalui rutinitas positif seperti beribadah, berolahraga, dan bekerja sama. Dengan mengubah lingkungan, diharapkan skema persepsi remaja terhadap diri dan dunia sosial mereka juga ikut berubah — dari persepsi “aku nakal dan ditolak” menjadi “aku mampu berubah dan berkontribusi”.


Pendekatan ini dapat dikatakan sebagai bentuk inovasi sosial berbasis persepsi. Dalam Psikologi Inovasi, perubahan yang efektif sering kali muncul dari cara pandang baru terhadap masalah lama. KDM tidak hanya berfokus pada perilaku negatif, tetapi mencoba memodifikasi makna di balik perilaku itu. Ia memanfaatkan prinsip persepsi sosial bahwa manusia cenderung menyesuaikan diri dengan ekspektasi dan norma lingkungan tempat ia berada. Dengan menempatkan remaja “unik” di lingkungan yang penuh kedisiplinan dan nilai moral, KDM secara tidak langsung membentuk persepsi baru tentang perilaku yang diharapkan oleh masyarakat.


Namun, efektivitas kebijakan ini tetap bergantung pada sejauh mana para remaja menginternalisasi persepsi baru tersebut setelah meninggalkan barak. Seperti dikemukakan oleh Patimah, Shinta, & Al-Adib (2024), persepsi terhadap lingkungan sangat berperan dalam membentuk perilaku yang berulang hingga menjadi kebiasaan. Jika setelah keluar dari barak para remaja kembali ke lingkungan lama yang permisif terhadap kenakalan, maka persepsi yang sudah terbentuk bisa luntur. Oleh karena itu, inovasi seperti ini sebaiknya diikuti dengan pembinaan lanjutan di tingkat komunitas agar proses pembentukan perilaku positif berkelanjutan.


Sebagai mahasiswa Psikologi Inovasi, penting untuk melihat bahwa perubahan perilaku tidak bisa dilepaskan dari inovasi persepsi — baik dari pelaksana kebijakan maupun individu yang menjadi sasaran program. KDM menunjukkan bagaimana persepsi positif terhadap potensi manusia dapat melahirkan pendekatan baru dalam menangani permasalahan sosial. Dari sini kita belajar bahwa inovasi bukan sekadar menciptakan hal baru, tetapi juga berani memandang masalah dengan sudut pandang yang berbeda.


Dengan demikian, langkah KDM dapat dimaknai sebagai wujud penerapan teori persepsi Paul A. Bell yang menekankan pentingnya hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya. Barak militer bukan hanya tempat pelatihan, tetapi juga media pembentukan persepsi diri baru bagi remaja yang tersesat jalan. Inovasi sosial semacam ini memperlihatkan bahwa perubahan sejati dimulai dari perubahan cara kita memandang manusia.


Daftar Pustaka

Patimah, A. S., Shinta, A., & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi, 20(1), 23–29.

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI.


0 komentar:

Posting Komentar