ESAI PRESTASI
PSIKOLOGI INOVASI KELAS SPSJDOSEN PENGAMPU : Dr.ARUNDATI SHINTA, M.A
CHRISTINA ANGELINE NATALIA M
24310420060
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
BERTUMBUH DALAM PELAYANAN
Menjalani peran sebagai mahasiswa seringkali diidentikkan
dengan tuntutan akademik yang padat dan berbagai kegiatan pengembangan diri di
dalam kampus. Namun, di tengah kesibukan tersebut, saya menemukan sebuah ruang
pertumbuhan yang tak ternilai harganya, yaitu melalui pelayanan di gereja
sebagai seorang singer/penyanyi. Bagi saya, aktivitas ini bukan sekadar
kewajiban spiritual, tetapi telah menjadi sebuah proses yang secara signifikan
mengasah kemampuan bernyanyi dan menempa kepercayaan diri saya untuk tampil di
hadapan publik.
Pelayanan gereja, pada hakikatnya, adalah sebuah bentuk
respons ibadah dan partisipasi aktif dalam kehidupan komunitas iman. Sebagai
seorang mahasiswa, keterlibatan ini menjadi sebuah tempat untuk
menerapkan konsep "tatalayan" atau pengelolaan karunia. Seperti yang
diungkapkan dalam studi tentang pelayanan jemaat, setiap individu dipanggil
untuk menggunakan talenta yang telah Tuhan berikan sebagai bentuk pelayanan
yang membangun (Siregar, 2020). Dalam konteks saya, karunia itu adalah suara.
Keterlibatan sebagai penyanyi dalam tim pujian, menuntut saya untuk memberikan
yang terbaik bukan untuk pamer kebolehan, melainkan sebagai persembahan ibadah.
Proses inilah yang secara langsung mengasah kemampuan vokal
saya. Pelayanan di gereja menuntut disiplin dan konsistensi. Latihan rutin
setiap minggu, seringkali di sela-sela jadwal kuliah dan tugas, memaksa saya
untuk terus belajar teknik vokal, harmoni, dan interpretasi lagu. Berbeda
dengan sekadar hobi, pelayanan memiliki standar kualitas karena tujuannya yang
luhur. Tekanan positif untuk tampil dengan baik demi kemuliaan ibadah inilah
yang mendorong saya berlatih lebih keras, sehingga kemampuan bernyanyi saya
terasah secara terstruktur dan konsisten.
Lebih jauh lagi, dampak terbesar yang saya rasakan adalah
pertumbuhan kepercayaan diri. Berdiri di depan jemaat setiap pelayanan ibadah,
awalnya adalah sebuah tantangan besar yang memicu demam panggung. Namun,
frekuensi tampil yang rutin secara bertahap mengikis rasa gugup tersebut.
Gereja menjadi "panggung" yang aman; sebuah lingkungan yang suportif
di mana fokus utamanya adalah ibadah, bukan penilaian. Pengalaman ini melatih
saya untuk mengelola kecemasan, fokus pada pesan lagu, dan berani berekspresi.
Pada akhirnya, peran ganda sebagai mahasiswa dan pelayan
gereja adalah sebuah sinergi yang saling memperkaya. Pelayanan sebagai penyanyi
telah memberikan saya lebih dari sekadar kepuasan spiritual; ia telah menjadi
tempat pelatihan vokal yang efektif sekaligus sekolah kepribadian yang menempa
mental dan kepercayaan diri saya. Saya belajar bahwa mengabdikan talenta dalam
sebuah pelayanan tidak mengurangi fokus akademik, justru melengkapinya dengan
keterampilan hidup yang esensial.
Daftar Pustaka
Siregar, B. (2020). Tatalayan Karunia: Peran Pelayanan
Jemaat dalam Pertumbuhan Gereja. Jurnal Teologi Kontekstual, 11(2),
145-159.





0 komentar:
Posting Komentar