Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Tugas
: Esai 8 Ujian Tengah Semester
Dosen Pengampu : Dr., Arundati Shinta. MA
Arti Muizzah Aisyawati (23310410038)
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Media sosial Indonesia ramai memperbincangkan cara
Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM) menangani anak-anak yang ‘unik’ (nakal, suka
merokok, berkelahi, membolos, dan kenakalan lainnya). Fenomena sosial yang
menjadi perbincangan hangat di media sosial ini menuai pro dan kontra di kalangan
masyarakat. Pasalnya KDM ‘memaksa’ anak-anak tersebut untuk masuk ke barak
militer menjalani pelatihan kedisiplinan dengan persetujuan orang tua melalui
surat persetujuan bermaterai.
Meskipun langkah yang diambil oleh KDM menuai banyak
pro dan kontra di kalangan masyarakat, nyatanya tindakan ini bukanlah sekedar tindikan
disiplin melainkan juga bentuk dari cara pandang KDM untuk merubah perilaku
individu. Fenomena ini menunjukkan bahwa setiap tindakan seseorang berawal dari
cara pandangnya terhadap suatu objek. Dalam konteks psikologi, hal ini dapat
dijelaskan melalui teori persepsi Paul A. Bell dan kawan-kawan yang menekankan
bahwa persepsi sebagai dasar terbentuknya perilaku seseorang. Maka dari itu
memahami persepsi KDM menjadi langkah untuk menjelaskan mengapa ia memilih
pendekatan militer sebagai bentuk pendidikan pada anak-anak ‘unik’.
Dalam proses persepsi oleh Paul A. Bell dan
kawan-kawan menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses menerima informasi dari
lingkungan, suatu proses untuk mendapatkan informasi dari dan tentang
lingkungan seseorang yang berfokus pada penerimaan empiris (H et al., 2024). Dengan kata lain persepsi
merupakan mekanisme yang menghubungkan individu dengan lingkungannya melalui
pengalaman langsung yang dimilikinya.
Pada skema persepsi Paul A. Bell dan kawan-kawan dalam
(H et al., 2024) dijelaskan bahwa persepsi ini timbul dari individu dan objek
fisik, lalu dari persepsi itu ada yang dalam batas optimal dan ada yang diluar
batas optimal seseorang. Persepsi dalam batas optimal akan berlanjut menjadi
homeostatis, yaitu kondisi di mana individu merasa nyaman dan ia akan berusaha
untuk mempertahankan situasi itu (Patimah et al., 2024). Namun, jika persepsi
di luar batas optimal maka akan berlanjut menjadi stress, yang kemudian dari
stres ini akan menimbulkan dua aksi yaitu adaptasi atau stress tetap berlanjut.
Pada KDM tahap awal ini bermula ketika KDM menerima
stimulus sosial berupa meningkatnya kenakalan remaja di mana stimulus ini
menimbulkan keprihatinan karena dianggap sebagai penyimpangan sosial. KDM
menafsirkan fenomena ini bukan hanya sebagai bentuk pelanggaran tetapi juga
menjadi tanda adanya ketidakseimbangan antara remaja dan lingkungannya yang
gagal dalam menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab.
Dalam hal ini apabila individu mampu mengatasi stress
maka ia akan melakukan adaptasi yaitu menyesuaikan diri dan mengubah
perilakunya agar sesuai dengan lingkungan atau melakukan adjustment yaitu mengubah lingkungan agar sesuai dengan dirinya (Patimah
et al., 2024). Persepsi KDM mengenai kenakalan remaja sendiri menunjukkan
adaptasi ganda di mana satu sisi ia berusaha mengubah perilaku remaja agar
sesuai dengan lingkungan sosial, kemudian di sisi lain ia mengubah lingkungan
itu sendiri dengan menciptakan sistem pembinaan berbasis disiplin.
Melalui persepsi tersebut, lahirlah perilaku inovatif
yang mana KDM menciptakan sistem pembiasaan baru melalui barak militer.
Tindakan ini menjadi bentuk dari respon adaptif terhadap apa yang terjadi.
Pendidikan kedisiplinan di barak militer ini menjadi salah satu bentuk yang
efektif dalam pembentukan karakter di mana dalam konteks pendidikan karakter
strategi ini relevan untuk menumbuhkan nilai-nilai seperti kedisiplinan,
kepemimpinan, dan kerjasama secara mendalam dan terstruktur (Indriani et al.,
2025)
Menurut (Indriani et al., 2025) program barak militer
yang memadukan aktivitas olahraga, seni, pembinaan minat dan bakat, serta
budaya gaya hidup yang sehat. Melalui aktivitas ini remaja belajar untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang penuh keteraturan. Proses pengulangan
perilaku ini akan membentuk pembiasan perilaku yang akhirnya membentuk karakter
baru pada diri individu. Dalam hal ini remaja akan membentuk pembiasaan baru
melalui pengalaman langsung yang kemudian memperkuat internalisasi nilai-nilai
positif. Dengan kata lain apa yang mereka pelajari di barak militer akan
bertranformasi menjadi kebiasaan dan karakter baru yang mampu bertahan bahkan
setelah mereka kembali ke lingkungannya.
Proses ini sejalan dengan psikologi inovasi yang mana
tujuannya bukan hanya mempelajari tentang perilaku diri sendiri tetapi juga
mengubah diri sendiri ke arah yang lebih positif dan berbeda dari masa lampau.
Dengan terbentuknya kebiasaan baru ini, KDM berhasil menciptakan keseimbangan
sosial antara kebutuhan individu untuk berekspresi dan lingkungan sosial yang
menuntut keteraturan. Transformasi ini menegaskan bahwa pendidikan karakter
yang berbasis pembiasaan dan pengalaman langsung dapat menjadi solusi efektif
untuk membentuk kedisiplinan, kepemimpinan, tanggung jawab, dan kemampuan
sosial pada remaja yang sebelumnya bermasalah.
Daftar Pustaka
H,
M. I., Nirawati, M. A., & Handayani, K. N. (2024). Konsep Arsitektur
Perilaku Sebagai Strategi Desain Pada Nitiprayan Art Center Di Kampus Seni
Nitiprayan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur,7(2), 2621-2609.
Indriani, Azzahra, S., Safardi,
Z., Adawiyyah, R., & Suhardi. (2025). Membangun Karakter Disiplin Melalui
Barak Militer Analisis Stakeholder Dalam Inovasi Pendidikan. El-Muhbib:
Jurnal Pemikiran & Penelitian Pendidikan Dasar, 9(1), 105-118.
Patimah, A. S., Shinta, A., &
Adib, A. A. (2024). Persepsi Terhadap Lingkungan. Jurnal Psikologi , 20(1),
23-29.

0 komentar:
Posting Komentar