6.11.25

Esai 8 UTS Psikologi Inovasi kelas A

 

Mata Kuliah : Psikologi Inovasi

            Tugas : Esai 8 Ujian Tengah Semester             

Dosen Pengampu : Dr., Arundati Shinta. MA

Arti Muizzah Aisyawati (23310410038)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

    Media sosial Indonesia ramai memperbincangkan cara Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM) menangani anak-anak yang ‘unik’ (nakal, suka merokok, berkelahi, membolos, dan kenakalan lainnya). Fenomena sosial yang menjadi perbincangan hangat di media sosial ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pasalnya KDM ‘memaksa’ anak-anak tersebut untuk masuk ke barak militer menjalani pelatihan kedisiplinan dengan persetujuan orang tua melalui surat persetujuan bermaterai.

    Meskipun langkah yang diambil oleh KDM menuai banyak pro dan kontra di kalangan masyarakat, nyatanya tindakan ini bukanlah sekedar tindikan disiplin melainkan juga bentuk dari cara pandang KDM untuk merubah perilaku individu. Fenomena ini menunjukkan bahwa setiap tindakan seseorang berawal dari cara pandangnya terhadap suatu objek. Dalam konteks psikologi, hal ini dapat dijelaskan melalui teori persepsi Paul A. Bell dan kawan-kawan yang menekankan bahwa persepsi sebagai dasar terbentuknya perilaku seseorang. Maka dari itu memahami persepsi KDM menjadi langkah untuk menjelaskan mengapa ia memilih pendekatan militer sebagai bentuk pendidikan pada anak-anak ‘unik’.

    Dalam proses persepsi oleh Paul A. Bell dan kawan-kawan menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses menerima informasi dari lingkungan, suatu proses untuk mendapatkan informasi dari dan tentang lingkungan seseorang yang berfokus pada penerimaan empiris  (H et al., 2024). Dengan kata lain persepsi merupakan mekanisme yang menghubungkan individu dengan lingkungannya melalui pengalaman langsung yang dimilikinya.

    Pada skema persepsi Paul A. Bell dan kawan-kawan dalam (H et al., 2024) dijelaskan bahwa persepsi ini timbul dari individu dan objek fisik, lalu dari persepsi itu ada yang dalam batas optimal dan ada yang diluar batas optimal seseorang. Persepsi dalam batas optimal akan berlanjut menjadi homeostatis, yaitu kondisi di mana individu merasa nyaman dan ia akan berusaha untuk mempertahankan situasi itu (Patimah et al., 2024). Namun, jika persepsi di luar batas optimal maka akan berlanjut menjadi stress, yang kemudian dari stres ini akan menimbulkan dua aksi yaitu adaptasi atau stress tetap berlanjut.

    Pada KDM tahap awal ini bermula ketika KDM menerima stimulus sosial berupa meningkatnya kenakalan remaja di mana stimulus ini menimbulkan keprihatinan karena dianggap sebagai penyimpangan sosial. KDM menafsirkan fenomena ini bukan hanya sebagai bentuk pelanggaran tetapi juga menjadi tanda adanya ketidakseimbangan antara remaja dan lingkungannya yang gagal dalam menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab.

    Dalam hal ini apabila individu mampu mengatasi stress maka ia akan melakukan adaptasi yaitu menyesuaikan diri dan mengubah perilakunya agar sesuai dengan lingkungan atau melakukan adjustment yaitu mengubah lingkungan agar sesuai dengan dirinya (Patimah et al., 2024). Persepsi KDM mengenai kenakalan remaja sendiri menunjukkan adaptasi ganda di mana satu sisi ia berusaha mengubah perilaku remaja agar sesuai dengan lingkungan sosial, kemudian di sisi lain ia mengubah lingkungan itu sendiri dengan menciptakan sistem pembinaan berbasis disiplin.

    Melalui persepsi tersebut, lahirlah perilaku inovatif yang mana KDM menciptakan sistem pembiasaan baru melalui barak militer. Tindakan ini menjadi bentuk dari respon adaptif terhadap apa yang terjadi. Pendidikan kedisiplinan di barak militer ini menjadi salah satu bentuk yang efektif dalam pembentukan karakter di mana dalam konteks pendidikan karakter strategi ini relevan untuk menumbuhkan nilai-nilai seperti kedisiplinan, kepemimpinan, dan kerjasama secara mendalam dan terstruktur (Indriani et al., 2025)

    Menurut (Indriani et al., 2025) program barak militer yang memadukan aktivitas olahraga, seni, pembinaan minat dan bakat, serta budaya gaya hidup yang sehat. Melalui aktivitas ini remaja belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang penuh keteraturan. Proses pengulangan perilaku ini akan membentuk pembiasan perilaku yang akhirnya membentuk karakter baru pada diri individu. Dalam hal ini remaja akan membentuk pembiasaan baru melalui pengalaman langsung yang kemudian memperkuat internalisasi nilai-nilai positif. Dengan kata lain apa yang mereka pelajari di barak militer akan bertranformasi menjadi kebiasaan dan karakter baru yang mampu bertahan bahkan setelah mereka kembali ke lingkungannya.

    Proses ini sejalan dengan psikologi inovasi yang mana tujuannya bukan hanya mempelajari tentang perilaku diri sendiri tetapi juga mengubah diri sendiri ke arah yang lebih positif dan berbeda dari masa lampau. Dengan terbentuknya kebiasaan baru ini, KDM berhasil menciptakan keseimbangan sosial antara kebutuhan individu untuk berekspresi dan lingkungan sosial yang menuntut keteraturan. Transformasi ini menegaskan bahwa pendidikan karakter yang berbasis pembiasaan dan pengalaman langsung dapat menjadi solusi efektif untuk membentuk kedisiplinan, kepemimpinan, tanggung jawab, dan kemampuan sosial pada remaja yang sebelumnya bermasalah.

Daftar Pustaka

H, M. I., Nirawati, M. A., & Handayani, K. N. (2024). Konsep Arsitektur Perilaku Sebagai Strategi Desain Pada Nitiprayan Art Center Di Kampus Seni Nitiprayan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur,7(2), 2621-2609.

Indriani, Azzahra, S., Safardi, Z., Adawiyyah, R., & Suhardi. (2025). Membangun Karakter Disiplin Melalui Barak Militer Analisis Stakeholder Dalam Inovasi Pendidikan. El-Muhbib: Jurnal Pemikiran & Penelitian Pendidikan Dasar, 9(1), 105-118.

Patimah, A. S., Shinta, A., & Adib, A. A. (2024). Persepsi Terhadap Lingkungan. Jurnal Psikologi , 20(1), 23-29.


 

0 komentar:

Posting Komentar