Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Tugas : Esai 8 – Ujian Tengah Semester
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A.
Bulan dan Tahun Terbit : November 2025
Liyana Nofiasari
23310410049
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Memahami
Perubahan Perilaku Remaja dalam Barak Militer Dedi Mulyadi melalui Skema
Persepsi Paul A. Bell
Gubernur
Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menerapkan pendekatan
yang berbeda dalam menangani remaja yang bermasalah. Metode barak militer yang
ia gunakan merupakan cara yang terencana untuk mengubah persepsi remaja
terhadap diri dan lingkungan mereka. Pendekatan ini dapat dijelaskan melalui
skema persepsi menurut Bell et al., (1996) yang menunjukkan bagaimana persepsi
membentuk perilaku, dan perilaku yang berulang menciptakan kebiasaan baru. Persepsi
lingkungan merupakan proses aktif di mana individu menerima informasi dari
lingkungan, memprosesnya secara kognitif, dan memberikan makna berdasarkan
pengalaman serta harapan mereka (Bell et al, 1996). Skema ini dapat digunakan untuk
memahami cara Dedi Mulyadi. Remaja yang nakal, merokok, atau berkelahi memiliki
persepsi tertentu tentang diri mereka dan lingkungan sosialnya. Persepsi ini
terbentuk dari pengalaman sehari-hari di lingkungan yang mungkin kurang
mendukung perkembangan positif mereka.
Dedi
Mulyadi memahami bahwa mengubah perilaku remaja memerlukan perubahan dasar
dalam cara mereka mempersepsikan diri dan lingkungan. Barak militer dirancang
sebagai lingkungan baru yang sangat berbeda dari lingkungan sebelumnya. Bell et
al., (1996) menegaskan bahwa lingkungan fisik memiliki pengaruh kuat terhadap
perilaku manusia melalui proses persepsi. Lingkungan barak memberikan
rangsangan yang terstruktur, disiplin yang ketat, dan rutinitas yang jelas.
Sarwono (1995) menjelaskan bahwa lingkungan fisik dan sosial berperan penting
dalam membentuk persepsi seseorang. Barak militer menciptakan kondisi di mana
remaja tidak terpapar lagi pada rangsangan negatif yang sebelumnya memperkuat
perilaku buruk mereka.
Proses
perubahan dimulai ketika remaja memasuki barak dan dihadapkan pada rangsangan
lingkungan yang sepenuhnya berbeda. Mereka harus bangun pagi, berdoa bersama,
berolahraga, dan mengikuti jadwal yang ketat. Rangsangan ini masuk ke dalam
sistem kognitif mereka dan diproses sebagai informasi baru. Awalnya para remaja
mungkin menolak atau merasa tidak nyaman, namun karena konsistensi dan
intensitas paparan terhadap rangsangan positif ini, proses kognitif mereka
mulai berubah seiring waktu. Bell et al., (1996) menjelaskan bahwa
persepsi ditentukan oleh karakteristik fisik lingkungan dan faktor personal
seperti pengalaman masa lalu, motivasi, dan harapan individu. Dedi Mulyadi
mempertimbangkan hal ini dengan melibatkan orang tua melalui surat persetujuan
bermeterai. Keterlibatan orang tua menunjukkan bahwa perubahan yang diharapkan
mendapat dukungan dari lingkungan keluarga. Dukungan ini penting karena
persepsi remaja dibentuk oleh bagaimana orang tua mereka memandang program ini.
Patimah et al., (2024) menambahkan bahwa dukungan sosial dari orang-orang
terdekat memperkuat proses pembentukan persepsi positif terhadap lingkungan
baru.
Lingkungan
barak militer mengubah tiga komponen dalam skema persepsi menurut Bell et al., (1996).
Pertama yaitu rangsangan fisik berupa rutinitas harian yang terstruktur
mengubah cara remaja mempersepsikan waktu dan tanggung jawab. Kedua yaitu rangsangan
sosial dari sesama peserta dan pelatih militer menciptakan norma kelompok baru
yang positif. Ketiga yaitu umpan balik langsung dari setiap tindakan
mengajarkan konsekuensi dari perilaku mereka. Ketiga komponen ini bekerja
bersama-sama membentuk sistem persepsi dan mendorong perubahan perilaku. Perubahan
persepsi ini kemudian memunculkan respon perilaku yang berbeda. Remaja mulai
bangun tepat waktu, mengikuti aturan, dan menghormati orang lain. Perilaku ini
muncul karena persepsi mereka tentang apa yang pantas dan penting telah
berubah. Sarwono (1995) menegaskan bahwa perilaku adalah hasil dari bagaimana
seseorang mempersepsikan situasi dan diri mereka dalam situasi tersebut. Bell et
al., (1996) menambahkan bahwa ketika lingkungan memberikan informasi yang
konsisten dan jelas tentang perilaku yang diharapkan, individu cenderung
menyesuaikan tindakan mereka dengan harapan lingkungan tersebut.
Pendekatan
Dedi Mulyadi yang menarik adalah pemahaman bahwa perilaku berulang membentuk
kebiasaan. Remaja menjalani rutinitas yang sama selama berbulan-bulan.
Pengulangan ini penting karena mengubah persepsi menjadi respon otomatis. Ketika
persepsi remaja tentang diri, waktu, disiplin, dan masa depan berubah melalui
paparan lingkungan baru yang terstruktur, perilaku mereka pun berubah. Perilaku
baru yang dilakukan berulang-ulang diharapkan menjadi kebiasaan yang bertahan.
Ketika remaja kembali ke lingkungan asalnya, kebiasaan yang telah terbentuk di
barak menjadi bagian dari diri mereka.
Daftar
Pustaka
Bell, P. A., Greene, T. C., Fisher, J. D., & Baum,
A. (1996). Environmental psychology (4th ed.). Harcourt.
Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024).
Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi, 20(1), 23-29. https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807
Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan.
Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI.
0 komentar:
Posting Komentar