9.11.25

ESAI 3 - MENJADI SURI TAULADAN (SEPRANDI SAPUTRA)

Bertahan Di Tengah Perubahan

Mata Kuliah : Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A.


Seprandi Saputra (25310420004)

Fakultas Psikologi 

Universitas Proklamasi 45 Yaogyakarta

2025

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari perubahan. Setiap hari, ada halhal baru yang menuntut penyesuaian diri, mulai dari cara bekerja, berinteraksi, hingga berpikir. Perubahan adalah keniscayaan, tetapi tidak semua orang siap menghadapinya. Di sinilah dua kemampuan psikologis penting berperan besar, yaitu resiliensi dan kepekaan terhadap perubahan. Keduanya membantu seseorang untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di tengah arus kehidupan yang dinamis.

Menurut Reivich dan Shatté (2002), resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit kembali dan beradaptasi secara positif setelah mengalami tekanan atau kegagalan. Individu yang resilien tidak mudah menyerah ketika menghadapi rintangan, melainkan belajar dari pengalaman untuk menjadi lebih kuat. Misalnya, seseorang yang kehilangan pekerjaan tidak larut dalam keputusasaan, tetapi justru menggunakan situasi tersebut sebagai dorongan untuk meningkatkan keterampilan atau mencari peluang baru. Sikap seperti ini menunjukkan kekuatan mental dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang tidak terduga.

Luthar, Cicchetti, dan Becker (2000) menjelaskan bahwa resiliensi merupakan proses adaptasi positif di tengah kesulitan. Orang yang resilien mampu mengubah tekanan menjadi peluang pertumbuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini tampak dari kemampuan seseorang mengendalikan emosi, berpikir realistis, dan tetap fokus pada solusi di tengah ketidakpastian. Resiliensi memberi kekuatan psikologis agar seseorang tidak kehilangan arah ketika dihadapkan pada perubahan mendadak.

Sementara itu, kepekaan terhadap perubahan adalah kemampuan mengenali, memahami, dan merespons pergeseran yang terjadi di lingkungan secara cepat dan tepat. Dweck (2006) melalui konsep growth mindset menjelaskan bahwa individu dengan pola pikir berkembang cenderung terbuka terhadap hal baru dan melihat perubahan sebagai kesempatan belajar, bukan ancaman. Dalam era modern yang penuh transformasi teknologi, sosial, dan budaya, kepekaan ini menjadi modal penting agar seseorang tetap relevan dan tidak tertinggal (Toffler, 1980).

Hubungan antara resiliensi dan kepekaan terhadap perubahan bersifat saling melengkapi. Resiliensi memberikan kekuatan mental untuk menghadapi tekanan dari perubahan, sementara kepekaan terhadap perubahan membantu seseorang membaca situasi dan menyesuaikan diri dengan cepat. Individu yang resilien tanpa kepekaan mungkin mampu bertahan, tetapi sulit berkembang. Sebaliknya, individu yang peka terhadap perubahan tanpa resiliensi mungkin cepat tanggap, tetapi mudah goyah ketika gagal. Keduanya harus berjalan seimbang agar seseorang mampu beradaptasi sekaligus tumbuh di tengah perubahan (Masten, 2014).

Lalu bagaimana cara melatih dua kemampuan ini? Ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita mulai hari ini. Pertama, berpikirlah positif. Lihat setiap masalah sebagai proses belajar, bukan beban. Pikiran positif membantu membangun optimisme dan memperkuat daya tahan mental. Kedua, jangan takut gagal. Kegagalan bukan akhir, melainkan tanda bahwa kita sedang berproses. Orang yang resilien belajar dari kesalahan dan menjadikannya pijakan untuk melangkah lebih baik. Ketiga, teruslah belajar dan terbuka pada hal baru. Dunia berubah dengan cepat, dan hanya mereka yang mau belajar yang bisa bertahan. Dengan terus memperbarui pengetahuan, seseorang melatih kepekaan terhadap perubahan dan memperkuat kemampuan adaptasi. Keempat, kendalikan emosi. Pikiran yang tenang membantu kita melihat masalah secara jernih dan mengambil keputusan yang bijak. Kelima, bangun lingkungan yang mendukung. Berada di sekitar orang-orang positif memperkuat resiliensi karena dukungan sosial terbukti menjadi faktor penting dalam menghadapi tekanan hidup (Southwick & Charney, 2018).

Dengan menerapkan langkah-langkah sederhana ini, kita bisa menumbuhkan ketangguhan dan kepekaan terhadap perubahan secara bertahap. Resiliensi membantu kita agar tidak mudah runtuh ketika dunia berubah, sedangkan kepekaan terhadap perubahan mengajarkan kita untuk membaca arah baru yang harus ditempuh. Keduanya membuat kita lebih siap menghadapi tantangan, lebih bijak dalam mengambil keputusan, dan lebih tangguh dalam menjalani kehidupan yang terus bergerak maju.


Link video Youtube: 



Daftar Pustaka  

Dweck, C. S. (2006). Mindset: The new psychology of success. Random House. 
Luthar, S. S., Cicchetti, D., & Becker, B. (2000). The construct of resilience: A critical evaluation and             guidelines for future work. Child Development, 71(3), 543–562. https://doi.org/ 10.1111/1467                 8624.00164 
Masten, A. S. (2014). Ordinary magic: Resilience in development. The Guilford Press. 
Reivich, K., & Shatté, A. (2002). The resilience factor: 7 keys to finding your inner strength and                     overcoming life’s hurdles. Broadway Books. 
Southwick, S. M., & Charney, D. S. (2018). Resilience: The science of mastering life’s greatest                     challenges (2nd ed.). Cambridge University Press. 
Toffler, A. (1980). The third wave. Bantam Books. 

0 komentar:

Posting Komentar