Bertahan Di Tengah Perubahan
Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A.
Seprandi Saputra (25310420004)
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yaogyakarta
2025
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari perubahan. Setiap hari, ada halhal baru yang menuntut penyesuaian diri, mulai dari cara bekerja, berinteraksi, hingga berpikir.
Perubahan adalah keniscayaan, tetapi tidak semua orang siap menghadapinya. Di sinilah dua
kemampuan psikologis penting berperan besar, yaitu resiliensi dan kepekaan terhadap
perubahan. Keduanya membantu seseorang untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang
di tengah arus kehidupan yang dinamis.
Menurut Reivich dan Shatté (2002), resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit kembali dan
beradaptasi secara positif setelah mengalami tekanan atau kegagalan. Individu yang resilien
tidak mudah menyerah ketika menghadapi rintangan, melainkan belajar dari pengalaman untuk
menjadi lebih kuat. Misalnya, seseorang yang kehilangan pekerjaan tidak larut dalam
keputusasaan, tetapi justru menggunakan situasi tersebut sebagai dorongan untuk meningkatkan
keterampilan atau mencari peluang baru. Sikap seperti ini menunjukkan kekuatan mental dan
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang tidak terduga.
Luthar, Cicchetti, dan Becker (2000) menjelaskan bahwa resiliensi merupakan proses adaptasi
positif di tengah kesulitan. Orang yang resilien mampu mengubah tekanan menjadi peluang
pertumbuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini tampak dari kemampuan seseorang
mengendalikan emosi, berpikir realistis, dan tetap fokus pada solusi di tengah ketidakpastian.
Resiliensi memberi kekuatan psikologis agar seseorang tidak kehilangan arah ketika dihadapkan
pada perubahan mendadak.
Sementara itu, kepekaan terhadap perubahan adalah kemampuan mengenali, memahami, dan
merespons pergeseran yang terjadi di lingkungan secara cepat dan tepat. Dweck (2006) melalui
konsep growth mindset menjelaskan bahwa individu dengan pola pikir berkembang cenderung
terbuka terhadap hal baru dan melihat perubahan sebagai kesempatan belajar, bukan ancaman.
Dalam era modern yang penuh transformasi teknologi, sosial, dan budaya, kepekaan ini menjadi
modal penting agar seseorang tetap relevan dan tidak tertinggal (Toffler, 1980).
Hubungan antara resiliensi dan kepekaan terhadap perubahan bersifat saling melengkapi.
Resiliensi memberikan kekuatan mental untuk menghadapi tekanan dari perubahan, sementara
kepekaan terhadap perubahan membantu seseorang membaca situasi dan menyesuaikan diri
dengan cepat. Individu yang resilien tanpa kepekaan mungkin mampu bertahan, tetapi sulit
berkembang. Sebaliknya, individu yang peka terhadap perubahan tanpa resiliensi mungkin cepat
tanggap, tetapi mudah goyah ketika gagal. Keduanya harus berjalan seimbang agar seseorang
mampu beradaptasi sekaligus tumbuh di tengah perubahan (Masten, 2014).
Lalu bagaimana cara melatih dua kemampuan ini? Ada beberapa langkah sederhana yang bisa
kita mulai hari ini. Pertama, berpikirlah positif. Lihat setiap masalah sebagai proses belajar,
bukan beban. Pikiran positif membantu membangun optimisme dan memperkuat daya tahan
mental. Kedua, jangan takut gagal. Kegagalan bukan akhir, melainkan tanda bahwa kita sedang
berproses. Orang yang resilien belajar dari kesalahan dan menjadikannya pijakan untuk
melangkah lebih baik. Ketiga, teruslah belajar dan terbuka pada hal baru. Dunia berubah
dengan cepat, dan hanya mereka yang mau belajar yang bisa bertahan. Dengan terus
memperbarui pengetahuan, seseorang melatih kepekaan terhadap perubahan dan memperkuat
kemampuan adaptasi. Keempat, kendalikan emosi. Pikiran yang tenang membantu kita melihat
masalah secara jernih dan mengambil keputusan yang bijak. Kelima, bangun lingkungan yang
mendukung. Berada di sekitar orang-orang positif memperkuat resiliensi karena dukungan sosial
terbukti menjadi faktor penting dalam menghadapi tekanan hidup (Southwick & Charney, 2018).
Dengan menerapkan langkah-langkah sederhana ini, kita bisa menumbuhkan ketangguhan dan
kepekaan terhadap perubahan secara bertahap. Resiliensi membantu kita agar tidak mudah
runtuh ketika dunia berubah, sedangkan kepekaan terhadap perubahan mengajarkan kita untuk
membaca arah baru yang harus ditempuh. Keduanya membuat kita lebih siap menghadapi
tantangan, lebih bijak dalam mengambil keputusan, dan lebih tangguh dalam menjalani
kehidupan yang terus bergerak maju.
Link video Youtube:
Daftar Pustaka
Dweck, C. S. (2006). Mindset: The new psychology of success. Random House.
Luthar, S. S., Cicchetti, D., & Becker, B. (2000). The construct of resilience: A critical evaluation
and guidelines for future work. Child Development, 71(3), 543–562. https://doi.org/
10.1111/1467 8624.00164
Masten, A. S. (2014). Ordinary magic: Resilience in development. The Guilford Press.
Reivich, K., & Shatté, A. (2002). The resilience factor: 7 keys to finding your inner strength and
overcoming life’s hurdles. Broadway Books.
Southwick, S. M., & Charney, D. S. (2018). Resilience: The science of mastering life’s greatest
challenges (2nd ed.). Cambridge University Press.
Toffler, A. (1980). The third wave. Bantam Books.
0 komentar:
Posting Komentar