Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Tugas : Esai 2 – Wawancara tentang Disonansi Kognitif
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A.
Bulan dan Tahun Terbit : November 2025
Liyana Nofiasari
23310410049
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Disonansi Kognitif pada
Perokok dan Mekanisme Pertahanan Diri
Disonansi kognitif
menurut Ardhaniswari et al. (2024) adalah perasaan tidak rasional dimana
seseorang menemukan dirinya melakukan sesuatu yang tidak sejalan dengan
pengetahuannya atau bertindak berlawanan dengan apa yang diyakini. Perokok
menghadapi konflik batin karena mereka mengetahui bahaya rokok namun tetap
melanjutkan kebiasaan tersebut. Para perokok mengetahui adanya bahaya yang
ditimbulkan oleh rokok sehingga memunculkan adanya disonansi (Fadholi et al.,
2020). Pada 26 Oktober 2025, saya berkesempatan melakukan wawancara mengenai
disonansi kognitif pada perokok. Subjek wawancara saya adalah F, seorang wiraswasta
berusia 41 tahun yang telah merokok selama kurang lebih 20 tahun.
F
menunjukkan beberapa cara pertahanan diri untuk mengurangi rasa tidak nyaman
akibat disonansi kognitif. Cara pertama adalah pembenaran melalui pencarian
contoh pengecualian. F mengatakan, “Saya tahu rokok itu tidak baik, tetapi
bapak saya merokok sampai umur 70 tahun dan tidak sakit apa-apa.” F menggunakan
contoh bapaknya yang merokok namun berumur panjang sebagai bukti bahwa bahaya
rokok mungkin tidak berlaku untuk semua orang. Fadholi et al. (2020) menemukan
bahwa perokok aktif menambah informasi baru seperti bahwa merokok tidak
memiliki dampak langsung terhadap kesehatan mereka untuk membenarkan perilaku
mereka. Cara ini bertujuan membenarkan perilaku F dengan mengubah persepsi
tentang informasi yang bertentangan dengan kebiasaannya.
Cara kedua
yang F gunakan adalah menunda niat untuk berubah. Ketika saya bertanya tentang
rencana berhenti merokok, F mengakui bahwa merokok perlu dihentikan dengan
menjawab, “Saya berencana berhenti nanti kalau sudah 70 tahunan mungkin ya,
sekarang belum waktunya.” F menunda komitmen tersebut dengan menetapkan kondisi
masa depan yang belum pasti. Ardhaniswari et al. (2024) menjelaskan bahwa
perokok di usia produktif sering melakukan penundaan keputusan untuk berhenti
merokok karena mereka merasa masih memiliki waktu yang panjang untuk mengubah
kebiasaan tersebut. Cara ini memberikan kenyamanan psikologis tanpa
mengharuskan F mengubah perilakunya saat ini.
Cara ketiga
adalah memperkecil dampak dengan membandingkan diri dengan orang lain yang
lebih buruk. F membandingkan konsumsi rokoknya dengan perokok lain yang lebih
berat dengan mengatakan, “Lagipula saya hanya merokok setengah bungkus sehari,
tidak sebanyak teman-teman saya yang sampai dua bungkus.” F menempatkan dirinya
dalam kategori yang lebih aman melalui perbandingan dengan perokok yang lebih
banyak mengonsumsi rokok. Fadholi et al. (2020) menjelaskan bahwa perokok aktif
menambahkan informasi baru bahwa masih banyak hal lain yang berbahaya bagi tubuh
selain merokok, sehingga merokok tidak dianggap sebagai ancaman paling serius
terhadap kesehatan. Cara ini membantu F merasa perilakunya tidak terlalu
berbahaya dibanding perokok lain.
Disonansi
kognitif dan cara pertahanan diri yang digunakan F memiliki dampak dalam
psikologi inovasi. Psikologi inovasi menjelaskan bagaimana ide dan teknologi
baru menyebar dalam suatu kebudayaan melalui proses komunikasi. Program
kesehatan dapat berupa program berhenti merokok, atau kampanye anti rokok yang
dirancang untuk mengubah perilaku perokok. Program tersebut perlu memiliki
beberapa karakteristik agar dapat diterima, seperti memberikan keuntungan yang
jelas dibanding terus merokok, sesuai dengan nilai dan kebutuhan perokok, mudah
dipahami dan dilakukan, dapat dicoba terlebih dahulu, dan menunjukkan hasil
yang dapat dilihat serta dirasakan langsung. Program perlu mengatasi informasi
pembenaran yang telah tertanam dalam pikiran perokok dengan memberikan
bukti-bukti yang lebih kuat dan relevan dengan kehidupan mereka.
Daftar Pustaka
Ardhaniswari, T., Ryansyah, G. A., Qotrunnada,
G. A., & Safitri, D. (2024). Analisis disonansi kognitif perokok terhadap
produktivitas di usia produktif. Communications, 6(2), 147–164. https://doi.org/10.21009/communications.6.2.3
Fadholi, F., Prisanto, G. F., Ernungtyas, N.
F., Irwansyah, I., & Hasna, S. (2020). Disonansi kognitif perokok aktif di
Indonesia. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang),
11(1), 1–15. https://doi.org/10.24036/rapun.v11i1.108039
Lampiran Foto dengan Subjek Wawancara
0 komentar:
Posting Komentar