ENTREPRENEURSHIP DALAM MENCETAK STUDENTPRENEUR
ESAI 1 MERINGKAS JURNAL ENTREPRENEURSHIP
PSIKOLOGI INOVASI
DOSEN PENGAMPU : Dr. Dra. Arundati Shinta, MA.
Rosita (22310410108)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2025
TOPIK | Entrepreneurship, Studentpreneur |
SUMBER | Nafisah, I & Kunaifi, A. (2021). Entrepreneurship Dalam Mencetak Studentpreneur. Jurnal Keuangan dan Perbankan Syariah. 3(1), Oktober 2024. |
PERMASALAHAN | Permasalahan yang diangkat adalah kurangnya jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa, terutama di lingkungan pesantren, di mana siswa cenderung fokus pada pendidikan teoritis tanpa pengalaman praktis. Hal ini diperburuk oleh sumber daya siswa yang terbatas, motivasi rendah, dan kebiasaan pendidikan yang belum mengintegrasikan entrepreneurship secara efektif. Selain itu, tantangan seperti akses teknologi terbatas, waktu praktik yang sedikit, dan mindset siswa yang lebih mengarah pada pencarian kerja daripada menciptakan lapangan kerja, menjadi hambatan dalam mencetak studentpreneur. |
TUJUAN | Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai konsep dan praktik kewirausahaan melalui pendidikan, pelatihan, dan praktik langsung. |
ISI | Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menemukan sesuatu yang berbeda dan baru dengan menggunakan pemikiran kreatif dan inovatif sebagai landasan, saran, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Memiliki pola pikir dan karakter wirausaha merupakan syarat utama untuk sukses sebagai wirausaha. Salah Satu karakter wirausahawan yaitu seseorang yang memiliki N-Ach (Need for Achievement) tinggi, yakni seseorang yang selalu ingin berbuat lebih baik dan terus maju, selalu berpikir untuk berbuat yang lebih baik,dan memiliki tujuan yang realistis dengan mengambil tindakan berisiko yang benar benar telah diperhitungkan. Beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur, yaitu: 1.Sifat instrumental memiliki pengertian tanggap terhadap peluang dan kesempatan yang berkaitan dengan perbaikan kerja. 2.Sifat prestatif, memiliki pengertian berusaha memperbaiki prestasi, menggunakan umpan balik, menyenangi tantangan yang ada, dan berupaya agar hasil kerja yang dilakukan lebih baik dari sebelumnya. 3.Sifat keluwesan bergaul, memiliki pengertian mampu untuk bergaul dengan siapa saja serta dapat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi. 4.Sifat kerja keras, artinya selalu terlibat dalam semua pekerjaan serta tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan terselesaikan. 5.Sifat keyakinan diri, memiliki pengertian sikap diri penuh keyakinan akan keberhasilan usahanya. 6.Sifat pengambil resiko yang diperhitungkan, artinya adalah tidak memiliki kekhawatiran tentang ketidakpastian usahanya. 7.Sifat swa kendali, artinya yakin dalam menentukan apa yang akan dilakukan dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk dirinya sendiri. 8. Sifat inovatif, artinya selalu mencari hal/cara baru untuk perbaikan kinerjanya. 9. Sifat mandiri, memiliki tanggung jawab yang besar untuk dirinya, baik keberhasilan maupun kegagalan menjadi tanggung jawab pribadinya. |
METODE | Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui survei (untuk data kuantitatif), wawancara, dan observasi partisipan di universitas yang menerapkan program entrepreneurship. Data kuantitatif dianalisis secara statistik untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi minat dan keberhasilan siswa, sedangkan data kualitatif dianalisis untuk memahami pengalaman dan tantangan. Penelitian ini merupakan studi kasus deskriptif di SMKS Mambaul Ulum Bata-Bata, dengan fokus pada gejala-gejala yang terjadi di lingkungan pesantren. |
HASIL | Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan program entrepreneurship di lingkungan pendidikan memiliki dampak positif dalam membentuk karakter kewirausahaan dan meningkatkan minat siswa terhadap kewirausahaan. Siswa yang mengikuti program seperti praktikum, magang, dan TEFA (Teaching Factory) menunjukkan peningkatan soft skills dan kemampuan berinovasi. Orang tua dan siswa yang lulus program melaporkan perubahan perilaku positif, seperti kemampuan merencanakan masa depan dan membuka usaha kecil. Namun, tantangan seperti keterbatasan akses teknologi dan motivasi rendah masih perlu diatasi. |
DISKUSI | Entrepreneurship bukan hanya teori, tetapi membutuhkan pengalaman praktis untuk mengembangkan jiwa wirausaha sejak dini. Program seperti TEFA efektif dalam membangun mindset bisnis realistis, namun perlu strategi untuk mengatasi kendala seperti sumber daya terbatas dan mindset siswa. Penulis merekomendasikan integrasi entrepreneurship dalam kurikulum sekolah, kolaborasi dengan pemerintah, dan inovasi metode pembelajaran untuk mendorong UMKM di Indonesia. Diskusi juga menghubungkan temuan dengan teori seperti Suryana dan Lambing tentang pola pikir wirausaha, serta pentingnya N-Ach (Need for Achievement) tinggi. Kesimpulan menyarankan pendekatan strategis untuk membentuk studentpreneur sebagai solusi pengangguran dan pemberdayaan ekonomi. |
0 komentar:
Posting Komentar