Dorongan
Berprestasi dan Keteladanan dalam Membangun Karakter Mahasiswa yang Unggul dan
Inspiratif
Joo
Adam Felix Nadapdap (25310420008)
Mata
kuliah Psikologi Inovasi
Dosen
pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.
PROGRAM
STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45
NOVEMBER
2025
Dorongan berprestasi dan keteladanan merupakan dua nilai penting yang saling berkaitan erat dalam membentuk karakter individu yang unggul dan berpengaruh. Dorongan berprestasi mendorong seseorang untuk terus berkembang, berusaha mencapai hasil terbaik, serta melampaui batas kemampuan dirinya. Sementara itu, menjadi suri tauladan berarti mampu menunjukkan perilaku, sikap, dan etika yang baik sehingga dapat dijadikan contoh oleh orang lain. Ketika keduanya berjalan beriringan, akan terbentuk pribadi yang tidak hanya sukses secara pribadi, tetapi juga menginspirasi dan memberi dampak positif bagi lingkungan sosialnya.
Dorongan berprestasi (need for achievement) pada dasarnya berasal dari motivasi intrinsik untuk meraih keberhasilan dan menghindari kegagalan (McClelland, 1987). Individu yang memiliki dorongan berprestasi tinggi cenderung memiliki orientasi pada hasil, menetapkan standar tinggi, serta mau bekerja keras untuk mencapainya. Sikap pantang menyerah, tanggung jawab pribadi, dan kemampuan mengelola waktu yang baik menjadi ciri khas mereka. Dalam proses ini, dorongan berprestasi dapat melahirkan keteladanan karena perilaku disiplin dan semangat juang mereka seringkali menjadi inspirasi bagi orang lain (Santrock, 2011).
Sebaliknya, keteladanan memperkuat dorongan berprestasi melalui tanggung jawab moral. Ketika seseorang menyadari bahwa ia menjadi panutan bagi orang lain, maka ia terdorong untuk terus menunjukkan kinerja yang baik, memperbaiki kekurangan, dan menjaga reputasi diri. Seorang mahasiswa atau pemimpin yang sadar akan perannya sebagai suri tauladan akan berusaha berprestasi bukan hanya demi dirinya, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab sosial terhadap orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, menjadi teladan bukan sekadar tentang perilaku baik, tetapi juga tentang bagaimana mencapai prestasi dengan cara yang jujur, etis, dan bermakna (Uno, 2016).
Namun, keseimbangan antara keduanya sangat penting. Dorongan berprestasi tanpa keteladanan dapat menjadikan seseorang ambisius secara berlebihan, bahkan cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Sebaliknya, menjadi suri tauladan tanpa dorongan berprestasi dapat membuat seseorang kehilangan semangat untuk berkembang. Oleh karena itu, harmoni antara keduanya menjadi fondasi karakter yang kuat: dorongan berprestasi sebagai penggerak, dan keteladanan sebagai pengarah moral dalam mencapai kesuksesan.
Strategi Konkret untuk Mengembangkan Dorongan Berprestasi dan Keteladanan
1. Menetapkan Tujuan yang Jelas dan Terukur.
Individu perlu membuat goal setting jangka pendek dan panjang yang realistis namun menantang. Tujuan yang jelas membantu seseorang fokus, memantau kemajuan, dan menilai hasil kerja. Menurut Locke dan Latham (2002), tujuan spesifik dan menantang dapat meningkatkan kinerja secara signifikan.
2. Membangun Disiplin dan Konsistensi.
Dorongan berprestasi harus diiringi dengan kebiasaan positif seperti manajemen waktu, komitmen terhadap tugas, serta evaluasi diri secara berkala. Disiplin yang konsisten menjadi cerminan keteladanan yang dapat ditiru oleh orang lain.
3. Menanamkan Nilai Integritas dan Kejujuran.
Prestasi yang diperoleh melalui cara yang jujur akan menumbuhkan rasa bangga dan kepercayaan dari lingkungan. Seseorang yang berprestasi dengan integritas tinggi secara otomatis menjadi panutan bagi orang lain.
4. Mengembangkan Empati dan Sikap Melayani.
Keteladanan tumbuh ketika seseorang mau berbagi pengetahuan, membantu rekan yang kesulitan, dan menghargai perbedaan. Semangat untuk berprestasi sebaiknya tidak hanya diarahkan pada kepentingan pribadi, tetapi juga untuk memberi manfaat bagi banyak orang (Goleman, 2005).
5. Refleksi Diri Secara Berkala.
Evaluasi terhadap tindakan dan motivasi diri perlu dilakukan untuk memastikan bahwa semangat berprestasi tetap berjalan di jalur yang benar. Refleksi membantu seseorang menilai apakah keberhasilannya telah membawa dampak positif dan menjadi inspirasi bagi lingkungan sekitar.
Dengan menerapkan strategi-strategi tersebut, dorongan berprestasi dan keteladanan dapat berkembang secara harmonis. Seseorang tidak hanya akan dikenal sebagai individu yang sukses, tetapi juga sebagai pribadi yang berkarakter, berintegritas, dan menginspirasi. Prestasi yang diraih dengan kejujuran dan sikap yang teladan akan meninggalkan jejak positif yang jauh lebih bermakna daripada sekadar pengakuan sementara.
Link Video :
Daftar Pustaka
• Goleman, D. (2005). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. New York: Bantam Books.
• Locke, E. A., & Latham, G. P. (2002). Building a practically useful theory of goal setting and task motivation: A 35-year odyssey. American Psychologist, 57(9), 705–717.
• McClelland, D. C. (1987). Human Motivation. Cambridge University Press.
• Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development (13th ed.). New York: McGraw-Hill.
• Uno, H. B. (2016). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

0 komentar:
Posting Komentar