9.11.25

Esai 2 Wawancara Tentang Disonansi Kognitif

  

Mata Kuliah : Psikologi Inovasi

Tugas : Esai 2 Wawancara Disonansi Kognitif

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA

 


Arti Muizzah Aisyawati (23310410038)

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

    Menurut teori Leon Festinger tahun 1957 dalam Rahmadania dkk., 2025, disonansi kognitif terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara apa yang diyakini dan apa yang dilakukan, maka akan muncul perasaan tidak nyaman yang akan mendorong individu untuk menyesuaikan sikap atau perilakunya agar kembali konsisten. Disonansi kognitif ini menjadi suatu fenomena yang sering kali terjadi di kehidupan sehari-hari, misalnya ketika seseorang tahu dampak buruk dari rokok atau sampah, tetapi mereka tetap melakukan perbuatan yang mereka tahu bahwa itu salah. Berdasarkan temuan awal, subjek “A”, yang merupakan seorang pegawai di bidang layanan publik terlihat memiliki kebiasaan membeli makanan dari luar menggunakan kemasan sekali pakai, hal ini relevan dengan topik perilaku sehari-hari yang menghasilkan sampah plastik. Wawancara ini dilakukan pada 22 Oktober 2025.

    Ketika diwawancarai subjek menuturkan pengalamannya terkait kepedulian lingkungan, “Pernah, dulu sebenarnya pernah ikut kampanye lingkungan waktu kuliah, cuma kan nggak se-urgent dan nggak sehebat bahayanya seperti sekarang…”  Pernyataannya menunjukkan bahwa subjek memiliki pengetahuan menganai kondisi lingkungan. Namun, meskipun memiliki pengalaman tersebut, perilaku subjek saat ini tetap menggunakan kemasan sekali pakai karena keterbatasan waktu dan kebutuhan praktis. Perilaku ini berpotensi menghasilkan banyak sampah plastik, meskipun subjek tidak menyatakannya secara langsung. Hal ini didukung dengan penjelasan subjek yang mengatakan, “…kalau nggak bisa ya beli, tergantung kebutuhan aja sih.”

    Ketidaksesuaian antara pengetahuan yang dimiliki subjek dengan perilakunya yang tetap menggunakan kemasan sekali pakai menunjukkan disonansi kognitif. Disonansi kognitif yang terjadi menimbulkan rasa tidak nyaman dan bersalah, yang terlihat dari ucapannya “Ga nyaman sama kondisi banyak sampah… Paling ngerasa bersalah kalau di kontrakan cuman yah mau gimana lagi, udah kayak gitu gituloh soalnya.”

    Ketegangan yang muncul dari perilaku ini di redam melalui mekanisme pertahanan diri berupa rasionalisasi, yaitu usaha seseorang untuk memutarbalikkan fakta yang mengganggu ego dengan cara yang terasa masuk akal secara logis (Ningrum dkk., 2025). Subjek menilai bahwa meskipun masih menggunakan plastik atau kadang membakarnya, tindakannya tetap masuk akal karena dianggap bentuk tanggung jawab dibandingkan membuangnya sembarangan. Hal ini terlihat dari penjelasan subjek mengenai pentingnya mengurangi sampah plastik. Ia mengatakan “Penting nggak penting ya menurutku. Penting kalau memang kita tuh udah dalam kondisi yang kritis,….. Kadang kita udah berusaha jangan buang sampah sembarangan, tapi kalau lingkungan kita buang sembarangan, jadi berasa percuma. Jadi makanya aku bilang antara penting dan nggak penting. Penting kalau kita masih tanggung jawab, misalnya pakai plastik tapi dikelola sendiri, itu kan tanggung jawab, walaupun kadang dibakar juga.”

    Munculnya rasionalisasi sebagai mekanisme pertahanan diri menunjukkan adanya hambatan dalam proses perubahan perilaku inovatif. Temesvari (dikutip dalam Azahra dkk., 2023) menjelaskan ada beberapa faktor yang membuat individu menolak perubahan salah satunya adalah persepsi, dalam hal ini jika individu atau kelompok merasa bahwa perubahan tersebut akan merugikan mereka secara pribadi atau kelompok, mereka akan cenderung menolak perubahan. Psikologi inovasi sendiri menekankan kemampuan individu untuk mengubah diri menjadi lebih positif dan berbeda dari masa lalu. Sehingga rasionalisasi diri yang dimiliki subjek ini berlawanan dengan prinsip inovasi karena sifatnya yang defensif menghambat adaptasi dan pertumbuhan diri menuju perilaku yang lebih inovatif.



Daftar Pustaka

Azahra, A. D., Alayfia, F., Oktaviani, H. E., Amanda, N. T., Azzahra, R., Kasfia, S. R., Imron, A. (2023). Penolakan terhadap perubahan dan perilaku dalam organisasi. Visionida: Jurnal Manajemen dan Bisnis, 9(2), 218-132.

Ningrum, A. P., Rizaldi, A. F., Astuti, L. P., & Maemunah, S. (2025). Trauma Kehilangan dan Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh Anjani dalam Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori (Tinjauan Psikoanalisis Freud). Jurnal Sains Student Research, 3(5) 641-653.

Rahmadania, S., Setiawan, J. H., & Putri, N. A. (2025). Konflik Generasi Z dalam Menyeimbangkan Gaya Hidup Sustainable Fashion dan Tren FOMO. Jurnal Kajian dan Terapan Media, Bahasa, Komunikasi, 6(2), 148-163.

0 komentar:

Posting Komentar