Mata
Kuliah : Psikologi Inovasi
Tugas
: Esai 2 Wawancara Disonansi Kognitif
Dosen
Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Arti
Muizzah Aisyawati (23310410038)
Fakultas
Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Menurut
teori Leon Festinger tahun 1957 dalam Rahmadania dkk., 2025, disonansi kognitif
terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara apa yang diyakini dan apa yang
dilakukan, maka akan muncul perasaan tidak nyaman yang akan mendorong individu
untuk menyesuaikan sikap atau perilakunya agar kembali konsisten. Disonansi kognitif ini menjadi suatu fenomena yang
sering kali terjadi di kehidupan sehari-hari, misalnya ketika seseorang tahu
dampak buruk dari rokok atau sampah, tetapi mereka tetap melakukan perbuatan yang
mereka tahu bahwa itu salah. Berdasarkan temuan awal, subjek “A”, yang
merupakan seorang pegawai di bidang layanan publik terlihat memiliki kebiasaan
membeli makanan dari luar menggunakan kemasan sekali pakai, hal ini relevan
dengan topik perilaku sehari-hari yang menghasilkan sampah plastik. Wawancara ini
dilakukan pada 22 Oktober 2025.
Ketika diwawancarai subjek menuturkan
pengalamannya terkait kepedulian lingkungan, “Pernah, dulu sebenarnya pernah ikut kampanye lingkungan waktu kuliah,
cuma kan nggak se-urgent dan nggak sehebat bahayanya seperti sekarang…” Pernyataannya menunjukkan bahwa subjek
memiliki pengetahuan menganai kondisi lingkungan. Namun, meskipun memiliki
pengalaman tersebut, perilaku subjek saat ini
tetap menggunakan kemasan sekali pakai karena keterbatasan
waktu dan kebutuhan praktis. Perilaku ini berpotensi menghasilkan banyak sampah
plastik, meskipun subjek tidak menyatakannya secara langsung. Hal ini didukung
dengan penjelasan subjek yang mengatakan, “…kalau
nggak bisa ya beli, tergantung kebutuhan aja sih.”
Ketidaksesuaian antara pengetahuan yang
dimiliki subjek dengan perilakunya yang tetap menggunakan kemasan sekali pakai
menunjukkan disonansi kognitif. Disonansi kognitif yang terjadi menimbulkan rasa tidak nyaman dan bersalah, yang terlihat dari
ucapannya “Ga nyaman sama kondisi banyak
sampah… Paling ngerasa bersalah kalau di kontrakan cuman yah mau gimana lagi,
udah kayak gitu gituloh soalnya.”
Ketegangan yang muncul dari perilaku ini
di redam melalui mekanisme pertahanan diri berupa rasionalisasi, yaitu usaha
seseorang untuk memutarbalikkan fakta yang mengganggu ego dengan cara yang
terasa masuk akal secara logis (Ningrum dkk., 2025). Subjek menilai bahwa meskipun masih menggunakan
plastik atau kadang membakarnya, tindakannya tetap masuk akal karena dianggap
bentuk tanggung jawab dibandingkan membuangnya sembarangan. Hal ini terlihat
dari penjelasan subjek mengenai pentingnya mengurangi sampah plastik.
Ia mengatakan “Penting
nggak penting ya menurutku. Penting kalau memang kita tuh udah dalam kondisi
yang kritis,….. Kadang kita udah berusaha jangan buang sampah sembarangan, tapi
kalau lingkungan kita buang sembarangan, jadi berasa percuma. Jadi makanya aku
bilang antara penting dan nggak penting. Penting kalau kita masih tanggung
jawab, misalnya pakai plastik tapi dikelola sendiri, itu kan tanggung jawab, walaupun
kadang dibakar juga.”
Munculnya rasionalisasi sebagai mekanisme
pertahanan diri menunjukkan adanya hambatan dalam proses perubahan perilaku
inovatif. Temesvari (dikutip dalam Azahra dkk., 2023) menjelaskan ada beberapa
faktor yang membuat individu menolak perubahan salah satunya adalah persepsi,
dalam hal ini jika individu atau kelompok merasa bahwa perubahan tersebut akan
merugikan mereka secara pribadi atau kelompok, mereka akan cenderung menolak
perubahan. Psikologi inovasi sendiri menekankan
kemampuan individu untuk mengubah diri menjadi lebih positif dan berbeda dari
masa lalu. Sehingga rasionalisasi diri yang dimiliki subjek ini berlawanan
dengan prinsip inovasi karena sifatnya yang defensif menghambat adaptasi dan
pertumbuhan diri menuju perilaku yang lebih inovatif.
Daftar
Pustaka
Azahra, A. D., Alayfia, F., Oktaviani,
H. E., Amanda, N. T., Azzahra, R., Kasfia, S. R., Imron, A. (2023). Penolakan
terhadap perubahan dan perilaku dalam organisasi. Visionida: Jurnal
Manajemen dan Bisnis, 9(2), 218-132.
Ningrum, A. P.,
Rizaldi, A. F., Astuti, L. P., & Maemunah, S. (2025). Trauma Kehilangan dan
Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh Anjani dalam Novel Laut Bercerita karya Leila
S. Chudori (Tinjauan Psikoanalisis Freud). Jurnal Sains Student Research,
3(5) 641-653.
Rahmadania, S.,
Setiawan, J. H., & Putri, N. A. (2025). Konflik Generasi Z dalam
Menyeimbangkan Gaya Hidup Sustainable Fashion dan Tren FOMO. Jurnal Kajian
dan Terapan Media, Bahasa, Komunikasi, 6(2), 148-163.


0 komentar:
Posting Komentar