TUGAS ESAI 3 MENJADI SURI TAULADAN
RESILIENSI DAN KETEKUNAN SEBAGAI KUNCI MENJADI SURI TAULADAN
Olivia
Yunita Trestiawati (23310410023)
Mata
Kuliah Psikologi Inovasi
Dosen
Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.
PROGRAM
STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45
OKTOBER
2025
Dalam
kehidupan mahasiswa yang penuh tantangan, sering kali kita menghadapi berbagai
tekanan, seperti tuntutan akademik, tanggung jawab pribadi, hingga masalah
sosial. Di tengah situasi seperti itu, dua hal yang bisa menjaga semangat tetap
menyala adalah resiliensi dan ketekunan. Keduanya menjadi dasar penting dalam
membentuk karakter yang kuat, tangguh, dan konsisten. Lebih dari sekadar
bertahan, kedua hal ini bisa menjadikan seseorang sebagai contoh bagi orang di
sekitarnya.
Resiliensi
adalah kemampuan untuk bangkit setelah mengalami kegagalan, tekanan, atau
kesulitan. Individu yang resilien tidak mudah menyerah, justru memanfaatkan
pengalaman buruk sebagai pelajaran untuk tumbuh lebih baik. Dalam konteks
mahasiswa, resiliensi terlihat ketika seseorang masih berusaha menyelesaikan
tugas meski sedang menghadapi masalah pribadi, atau tetap semangat belajar
meskipun pernah gagal ujian. Resiliensi tidak berarti tidak pernah merasa sedih
atau kecewa, tetapi kemampuan mengelola emosi dan pulih lagi agar bisa
melangkah.
Sementara
itu, ketekunan adalah sikap terus berkarya mencapai tujuan, meski hasilnya
belum terlihat segera. Individu yang tekun memiliki daya tahan terhadap
kebosanan dan kegagalan. Dalam psikologi, ketekunan sering dikaitkan dengan
konsep grit, yaitu kombinasi antara semangat dan ketekunan jangka panjang untuk
mencapai tujuan. Mahasiswa yang tekun tidak mudah menyerah saat menghadapi
tugas sulit, melainkan terus mencari cara lain hingga berhasil.
Kedua
nilai ini saling terkait. Resiliensi membantu seseorang pulih dari situasi
sulit, sedangkan ketekunan mendorongnya terus maju meski jalan terasa berat.
Misalnya, seorang mahasiswa yang gagal dalam penelitian skripsi tidak hanya
bangkit kembali (resiliensi), tetapi juga terus memperbaiki dan menyusun ulang
rencananya hingga tuntas (ketekunan). Keduanya membentuk karakter yang tangguh,
tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga menjadi inspirasi bagi
orang lain.
Menjadi
suri tauladan berarti mampu menunjukkan sikap positif melalui tindakan, bukan
hanya kata-kata. Individu yang resilien dan tekun mengajarkan bahwa
keberhasilan tidak datang secara cepat. Ia menunjukkan bahwa proses dan
konsistensi jauh lebih penting daripada hasil yang cepat namun tidak tahan
lama. Di dunia perkuliahan, mahasiswa seperti ini biasanya dihormati oleh
teman-temannya, bukan karena kecerdasannya saja, melainkan karena kemampuannya
bertahan dan terus berusaha di tengah kesulitan.
Dari
sudut pandang psikologi motivasi, resiliensi dan ketekunan sangat penting dalam
membentuk self-efficacy, yaitu keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk
mengatasi tantangan. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi biasanya
memiliki semangat belajar yang kuat. Ia tidak mudah menyerah ketika menghadapi
kesulitan, karena percaya bahwa setiap rintangan bisa diatasi dengan usaha dan
cara yang tepat. Keyakinan ini terbentuk dari pengalaman saat seseorang
berhasil melewati kegagalan kecil, ia tahu bahwa dirinya mampu. Proses ini
membuat mentalnya semakin kuat dan siap menghadapi tantangan yang lebih besar.
Dalam
konteks kehidupan mahasiswa, resiliensi dan ketekunan menjadi elemen kunci agar
bisa bertahan di tengah tekanan akademik, sosial, dan emosional. Banyak
mahasiswa yang memutuskan berhenti di tengah jalan karena kurang percaya pada
diri sendiri. Namun, keberhasilan tidak hanya berasal dari kemampuan
intelektual, tetapi juga dari kemampuan untuk terus berjuang meski hasilnya
belum tampak. Resiliensi membantu seseorang menjaga semangat, sementara
ketekunan membimbing langkahnya agar tetap konsisten menuju tujuan.
Dengan
demikian, menjadi suri tauladan tidak berarti harus sempurna, tetapi berani
terus mencoba, bangkit, dan melangkah lagi. Resiliensi mengajarkan bagaimana
bertahan, sedangkan ketekunan menunjukkan cara mencapai tujuan. Keduanya
membentuk pribadi yang kuat, rendah hati, dan tidak mudah menyerah seseorang
yang tidak hanya berhasil untuk dirinya, tetapi juga bisa memberikan semangat
kepada orang lain. Menjadi panutan berarti menunjukkan bahwa kegigihan dan
keteguhan hati akan berbuah hasil, meski tidak langsung terlihat. Inilah makna
sejati menjadi panutan bukan dari kesempurnaan, tetapi dari keberanian untuk
terus tumbuh dan belajar.
Link Publikasi Video:
1.
Tips Resiliensi: https://youtube.com/shorts/EzrmI7S3lgg?si=ZiZJQ4ipo969VbR4
2.
Tips Ketekunan: https://youtube.com/shorts/a7EvHJiZQUE?si=gTpDej9VhWrGjeGO
DAFTAR PUSTAKA:
Salim,
F., & Fakhrurrozi, M. M. (2020). Efikasi diri akademik dan resiliensi pada
mahasiswa. Jurnal Psikologi, 16(2), 175-187.
Mayshita,
A., Anggarani, F. K., & Agustina, L. S. S. (2023). Hubungan Antara Growth
Mindset Dan Grit Akademik Pada Mahasiswa Bekerja The Correlation between Growth
Mindset and Academic Grit in Working College Students. Jurnal Ilmiah
Psikologi Candrajiwa, 8(1), 34-43.

0 komentar:
Posting Komentar