31.10.25

ESAI 3 MENJADI SURI TAULADAN

 

TUGAS ESAI 3 MENJADI SURI TAULADAN

RESILIENSI DAN KETEKUNAN SEBAGAI KUNCI MENJADI SURI TAULADAN

Olivia Yunita Trestiawati (23310410023)

Mata Kuliah Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

OKTOBER 2025

Dalam kehidupan mahasiswa yang penuh tantangan, sering kali kita menghadapi berbagai tekanan, seperti tuntutan akademik, tanggung jawab pribadi, hingga masalah sosial. Di tengah situasi seperti itu, dua hal yang bisa menjaga semangat tetap menyala adalah resiliensi dan ketekunan. Keduanya menjadi dasar penting dalam membentuk karakter yang kuat, tangguh, dan konsisten. Lebih dari sekadar bertahan, kedua hal ini bisa menjadikan seseorang sebagai contoh bagi orang di sekitarnya.

Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit setelah mengalami kegagalan, tekanan, atau kesulitan. Individu yang resilien tidak mudah menyerah, justru memanfaatkan pengalaman buruk sebagai pelajaran untuk tumbuh lebih baik. Dalam konteks mahasiswa, resiliensi terlihat ketika seseorang masih berusaha menyelesaikan tugas meski sedang menghadapi masalah pribadi, atau tetap semangat belajar meskipun pernah gagal ujian. Resiliensi tidak berarti tidak pernah merasa sedih atau kecewa, tetapi kemampuan mengelola emosi dan pulih lagi agar bisa melangkah.

Sementara itu, ketekunan adalah sikap terus berkarya mencapai tujuan, meski hasilnya belum terlihat segera. Individu yang tekun memiliki daya tahan terhadap kebosanan dan kegagalan. Dalam psikologi, ketekunan sering dikaitkan dengan konsep grit, yaitu kombinasi antara semangat dan ketekunan jangka panjang untuk mencapai tujuan. Mahasiswa yang tekun tidak mudah menyerah saat menghadapi tugas sulit, melainkan terus mencari cara lain hingga berhasil.

Kedua nilai ini saling terkait. Resiliensi membantu seseorang pulih dari situasi sulit, sedangkan ketekunan mendorongnya terus maju meski jalan terasa berat. Misalnya, seorang mahasiswa yang gagal dalam penelitian skripsi tidak hanya bangkit kembali (resiliensi), tetapi juga terus memperbaiki dan menyusun ulang rencananya hingga tuntas (ketekunan). Keduanya membentuk karakter yang tangguh, tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga menjadi inspirasi bagi orang lain.

Menjadi suri tauladan berarti mampu menunjukkan sikap positif melalui tindakan, bukan hanya kata-kata. Individu yang resilien dan tekun mengajarkan bahwa keberhasilan tidak datang secara cepat. Ia menunjukkan bahwa proses dan konsistensi jauh lebih penting daripada hasil yang cepat namun tidak tahan lama. Di dunia perkuliahan, mahasiswa seperti ini biasanya dihormati oleh teman-temannya, bukan karena kecerdasannya saja, melainkan karena kemampuannya bertahan dan terus berusaha di tengah kesulitan.

Dari sudut pandang psikologi motivasi, resiliensi dan ketekunan sangat penting dalam membentuk self-efficacy, yaitu keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengatasi tantangan. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi biasanya memiliki semangat belajar yang kuat. Ia tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan, karena percaya bahwa setiap rintangan bisa diatasi dengan usaha dan cara yang tepat. Keyakinan ini terbentuk dari pengalaman saat seseorang berhasil melewati kegagalan kecil, ia tahu bahwa dirinya mampu. Proses ini membuat mentalnya semakin kuat dan siap menghadapi tantangan yang lebih besar.

Dalam konteks kehidupan mahasiswa, resiliensi dan ketekunan menjadi elemen kunci agar bisa bertahan di tengah tekanan akademik, sosial, dan emosional. Banyak mahasiswa yang memutuskan berhenti di tengah jalan karena kurang percaya pada diri sendiri. Namun, keberhasilan tidak hanya berasal dari kemampuan intelektual, tetapi juga dari kemampuan untuk terus berjuang meski hasilnya belum tampak. Resiliensi membantu seseorang menjaga semangat, sementara ketekunan membimbing langkahnya agar tetap konsisten menuju tujuan.

Dengan demikian, menjadi suri tauladan tidak berarti harus sempurna, tetapi berani terus mencoba, bangkit, dan melangkah lagi. Resiliensi mengajarkan bagaimana bertahan, sedangkan ketekunan menunjukkan cara mencapai tujuan. Keduanya membentuk pribadi yang kuat, rendah hati, dan tidak mudah menyerah seseorang yang tidak hanya berhasil untuk dirinya, tetapi juga bisa memberikan semangat kepada orang lain. Menjadi panutan berarti menunjukkan bahwa kegigihan dan keteguhan hati akan berbuah hasil, meski tidak langsung terlihat. Inilah makna sejati menjadi panutan bukan dari kesempurnaan, tetapi dari keberanian untuk terus tumbuh dan belajar.

Link Publikasi Video:

1.      Tips Resiliensi: https://youtube.com/shorts/EzrmI7S3lgg?si=ZiZJQ4ipo969VbR4

2.      Tips Ketekunan: https://youtube.com/shorts/a7EvHJiZQUE?si=gTpDej9VhWrGjeGO

DAFTAR PUSTAKA:

Salim, F., & Fakhrurrozi, M. M. (2020). Efikasi diri akademik dan resiliensi pada mahasiswa. Jurnal Psikologi16(2), 175-187.

Mayshita, A., Anggarani, F. K., & Agustina, L. S. S. (2023). Hubungan Antara Growth Mindset Dan Grit Akademik Pada Mahasiswa Bekerja The Correlation between Growth Mindset and Academic Grit in Working College Students. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa8(1), 34-43.

0 komentar:

Posting Komentar