26.8.25

REMEDIAL PSIKOLOGI INOVASI

 

Exit–Voice–Loyalty–Neglect sebagai upaya individu mencapai situasi nyaman



Istianah (23310410085)

Kelas : SPSJ

Mata kuliah Psikologi Inovasi

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45

Tahun 2025

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A

Setiap individu pasti pernah mengalami situasi yang tidak menyenangkan, baik di lingkungan perkuliahan maupun dunia kerja. Mahasiswa kerap mengeluhkan kuliah yang terasa panjang, tugas menumpuk, materi yang membosankan, hingga penilaian dosen yang dianggap tidak transparan. Di dunia kerja, karyawan pun sering merasa diperlakukan tidak adil oleh atasan. Kondisi-kondisi tersebut menimbulkan ketidakpuasan yang dapat memengaruhi kenyamanan dan motivasi. Salah satu model psikologi yang menjelaskan respons individu terhadap situasi ini adalah konsep Exit–Voice–Loyalty–Neglect (EVLN) yang diperkenalkan oleh Rusbult, Zembrodt, & Gunn (1982).

Permasalahan utama yang sering muncul adalah rasa tertekan akibat ketidakadilan yang dirasakan, baik dari sistem maupun orang lain. Mahasiswa merasa sudah membayar biaya pendidikan tinggi, sehingga wajar bila mereka menuntut pelayanan yang baik, tugas ringan, dan nilai yang memuaskan. Sayangnya, ekspektasi ini sering tidak sejalan dengan realitas. Begitu pula di dunia kerja, karyawan menganggap pemimpin sebagai pihak yang berkuasa dan cenderung “dzalim”. Pertanyaannya, bagaimana individu dapat merespons ketidaknyamanan tersebut agar tetap menemukan jalan keluar yang konstruktif?

Model EVLN menawarkan empat respons utama. Pertama adalah Exit, yaitu memilih keluar dari situasi yang tidak menyenangkan. Mahasiswa bisa memutuskan pindah jurusan, berhenti kuliah, atau mencari institusi lain yang dianggap lebih sesuai. Karyawan bisa resign dan mencari pekerjaan baru. Konsekuensi dari pilihan ini adalah hilangnya peluang untuk memperbaiki keadaan dari dalam, meskipun individu mungkin merasa lebih lega karena tidak lagi terjebak dalam kondisi yang menekan.

Kedua, Voice, yaitu upaya menyuarakan pendapat secara aktif untuk memperbaiki keadaan. Mahasiswa bisa berdialog dengan dosen, menyampaikan kritik melalui forum, atau mengajukan evaluasi pembelajaran. Karyawan dapat menyampaikan masukan kepada atasan atau HRD. Respons ini bersifat konstruktif karena memberi peluang perubahan, namun konsekuensinya adalah potensi konflik jika pihak yang diajak bicara tidak terbuka.

Ketiga, Loyalty, yaitu memilih bertahan dengan harapan situasi akan membaik seiring waktu. Mahasiswa tetap mengikuti kuliah dan berusaha sabar meski ada rasa tidak puas. Karyawan pun tetap bekerja dengan penuh dedikasi sambil menunggu kebijakan berubah. Pilihan ini bisa menjaga stabilitas, tetapi konsekuensinya individu bisa merasa stagnan jika perubahan tak kunjung terjadi.

Keempat, Neglect, yaitu sikap pasif yang destruktif. Mahasiswa menjadi malas belajar, jarang hadir, atau mengerjakan tugas seadanya. Karyawan bisa menurunkan kinerja, tidak disiplin, atau melakukan protes diam-diam. Konsekuensi dari neglect adalah penurunan kualitas diri sekaligus semakin buruknya situasi.

Jika ditinjau dari sisi solusi, respons Voice dan Loyalty dapat menjadi pilihan yang lebih sehat dibanding Exit dan Neglect. Dengan voice, individu aktif mencari jalan keluar melalui komunikasi dan inovasi. Dengan loyalty, individu tetap menjaga komitmen sembari memberi waktu bagi perubahan sistem. Sementara exit dan neglect cenderung mengorbankan potensi pengembangan diri. Dalam konteks psikologi inovasi, penting bagi mahasiswa maupun karyawan untuk melatih keterampilan komunikasi, resiliensi, serta berpikir kreatif agar dapat memilih respons yang lebih konstruktif.

Kesimpulannya, setiap pilihan dalam model EVLN memiliki konsekuensi berbeda bagi individu maupun lingkungannya. Exit bisa memberi kebebasan tetapi berisiko kehilangan kesempatan; Voice membuka peluang perubahan namun berpotensi menimbulkan konflik, Loyalty menjaga stabilitas namun bisa membuat stagnan; sedangkan Neglect justru memperburuk keadaan. Oleh karena itu, solusi terbaik adalah mendorong individu untuk berani menyuarakan pendapat secara sehat dan tetap menjaga loyalitas, sehingga tercipta situasi yang lebih nyaman dan produktif.


Daftar Pustaka

Robbins, S. P. (1998). Organizational behavior (8th ed.). Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.

Rusbult, C. E., Farrell, D., Rogers, G., & Mainous III, A. G. (1988). Impact of exchange variables on exit, voice, loyalty, and neglect: An integrative model of responses to declining job satisfaction. Academy of Management Journal, 31(3), 599–627.

0 komentar:

Posting Komentar