Exit–Voice–Loyalty–Neglect sebagai upaya
individu mencapai situasi nyaman
Istianah (23310410085)
Kelas : SPSJ
Mata
kuliah Psikologi Inovasi
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45
Tahun
2025
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A
Setiap individu pasti pernah mengalami situasi yang tidak menyenangkan,
baik di lingkungan perkuliahan maupun dunia kerja. Mahasiswa kerap mengeluhkan
kuliah yang terasa panjang, tugas menumpuk, materi yang membosankan, hingga
penilaian dosen yang dianggap tidak transparan. Di dunia kerja, karyawan pun
sering merasa diperlakukan tidak adil oleh atasan. Kondisi-kondisi tersebut
menimbulkan ketidakpuasan yang dapat memengaruhi kenyamanan dan motivasi. Salah
satu model psikologi yang menjelaskan respons individu terhadap situasi ini
adalah konsep Exit–Voice–Loyalty–Neglect (EVLN) yang diperkenalkan oleh
Rusbult, Zembrodt, & Gunn (1982).
Permasalahan utama
yang sering muncul adalah rasa tertekan akibat ketidakadilan yang dirasakan,
baik dari sistem maupun orang lain. Mahasiswa merasa sudah membayar biaya
pendidikan tinggi, sehingga wajar bila mereka menuntut pelayanan yang baik,
tugas ringan, dan nilai yang memuaskan. Sayangnya, ekspektasi ini sering tidak
sejalan dengan realitas. Begitu pula di dunia kerja, karyawan menganggap
pemimpin sebagai pihak yang berkuasa dan cenderung “dzalim”. Pertanyaannya,
bagaimana individu dapat merespons ketidaknyamanan tersebut agar tetap
menemukan jalan keluar yang konstruktif?
Model EVLN menawarkan
empat respons utama. Pertama adalah Exit, yaitu memilih keluar dari situasi
yang tidak menyenangkan. Mahasiswa bisa memutuskan pindah jurusan, berhenti
kuliah, atau mencari institusi lain yang dianggap lebih sesuai. Karyawan bisa
resign dan mencari pekerjaan baru. Konsekuensi dari pilihan ini adalah
hilangnya peluang untuk memperbaiki keadaan dari dalam, meskipun individu
mungkin merasa lebih lega karena tidak lagi terjebak dalam kondisi yang
menekan.
Kedua, Voice, yaitu
upaya menyuarakan pendapat secara aktif untuk memperbaiki keadaan. Mahasiswa
bisa berdialog dengan dosen, menyampaikan kritik melalui forum, atau mengajukan
evaluasi pembelajaran. Karyawan dapat menyampaikan masukan kepada atasan atau
HRD. Respons ini bersifat konstruktif karena memberi peluang perubahan, namun
konsekuensinya adalah potensi konflik jika pihak yang diajak bicara tidak
terbuka.
Ketiga, Loyalty, yaitu
memilih bertahan dengan harapan situasi akan membaik seiring waktu. Mahasiswa
tetap mengikuti kuliah dan berusaha sabar meski ada rasa tidak puas. Karyawan
pun tetap bekerja dengan penuh dedikasi sambil menunggu kebijakan berubah.
Pilihan ini bisa menjaga stabilitas, tetapi konsekuensinya individu bisa merasa
stagnan jika perubahan tak kunjung terjadi.
Keempat, Neglect,
yaitu sikap pasif yang destruktif. Mahasiswa menjadi malas belajar, jarang
hadir, atau mengerjakan tugas seadanya. Karyawan bisa menurunkan kinerja, tidak
disiplin, atau melakukan protes diam-diam. Konsekuensi dari neglect adalah
penurunan kualitas diri sekaligus semakin buruknya situasi.
Jika ditinjau dari
sisi solusi, respons Voice dan Loyalty dapat menjadi pilihan yang lebih sehat
dibanding Exit dan Neglect. Dengan voice, individu aktif mencari jalan keluar
melalui komunikasi dan inovasi. Dengan loyalty, individu tetap menjaga komitmen
sembari memberi waktu bagi perubahan sistem. Sementara exit dan neglect
cenderung mengorbankan potensi pengembangan diri. Dalam konteks psikologi
inovasi, penting bagi mahasiswa maupun karyawan untuk melatih keterampilan
komunikasi, resiliensi, serta berpikir kreatif agar dapat memilih respons yang
lebih konstruktif.
Kesimpulannya, setiap pilihan dalam model EVLN memiliki konsekuensi berbeda bagi individu maupun lingkungannya. Exit bisa memberi kebebasan tetapi berisiko kehilangan kesempatan; Voice membuka peluang perubahan namun berpotensi menimbulkan konflik, Loyalty menjaga stabilitas namun bisa membuat stagnan; sedangkan Neglect justru memperburuk keadaan. Oleh karena itu, solusi terbaik adalah mendorong individu untuk berani menyuarakan pendapat secara sehat dan tetap menjaga loyalitas, sehingga tercipta situasi yang lebih nyaman dan produktif.
Daftar Pustaka
Robbins, S. P. (1998). Organizational
behavior (8th ed.). Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall
International, Inc.
Rusbult, C. E., Farrell, D., Rogers, G., &
Mainous III, A. G. (1988). Impact of exchange variables on exit, voice,
loyalty, and neglect: An integrative model of responses to declining job
satisfaction. Academy of Management Journal,
31(3), 599–627.
0 komentar:
Posting Komentar