ESSAY REMIDI : Hubungan Antara Teori Respon Rusbult dan
Upaya Mencapai Kenyamanan
Ayu Windi Astuti - 23310420073
Dosen Pengampu Dra. Arundati Shinta,
M.A
Mata Kuliah: Psikologi Inovasi
Kelas : SPSJ
Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Tahun 2025
Dalam menghadapi situasi yang tidak
menyenangkan, baik di dunia akademik maupun profesional, individu seringkali
merasa tertekan dan tidak berdaya. Mereka berada di persimpangan jalan, di mana
pilihan yang tersedia adalah untuk menghadapi atau melarikan diri dari
ketidaknyamanan tersebut. Teori yang dikembangkan oleh C. Rusbult, D. Zembrodt,
dan D. Gunn (1982) menggambarkan empat respons utama yang dapat diambil
individu: Exit, Voice, Loyalty, dan Neglect. Keempat respons ini dapat
dikelompokkan berdasarkan dua dimensi utama, yaitu aktif-pasif dan
konstruktif-destruktif. Memahami hubungan antara teori ini dengan upaya
individu untuk mencapai situasi yang nyaman sangat penting, karena setiap
pilihan membawa konsekuensi yang berbeda dan membentuk realitas baru bagi
individu.
Respon Aktif dan Konstruktif: Voice
Ketika seseorang memilih untuk
menggunakan Voice, mereka mengambil pendekatan yang aktif dan konstruktif. Ini
berarti mereka secara langsung mencoba mengubah situasi yang tidak
menyenangkan. Sebagai seorang mahasiswa, respons ini dapat berupa berbicara
dengan dosen secara langsung untuk menanyakan transparansi penilaian, atau mengusulkan
perbaikan kurikulum yang dianggap membosankan. Bagi seorang karyawan, ini bisa
berarti menyampaikan masukan kepada atasan tentang beban kerja yang tidak adil
atau mengusulkan solusi untuk masalah di lingkungan kerja.
Konsekuensi dari respons ini adalah
adanya potensi perubahan positif. Jika upaya ini berhasil, individu dapat
menciptakan lingkungan yang lebih nyaman, transparan, dan produktif. Namun, ada
risiko yang menyertainya. Upaya untuk menyuarakan pendapat bisa jadi tidak
didengarkan atau bahkan menimbulkan konflik, yang pada akhirnya dapat
memperburuk keadaan dan memicu ketidaknyamanan baru.
Respon Aktif dan Destruktif: Exit
Respons Exit adalah pilihan yang
aktif namun destruktif. Dalam konteks akademik, ini dapat berupa keputusan
untuk keluar dari mata kuliah, pindah jurusan, atau bahkan keluar dari
universitas. Di dunia kerja, ini sama dengan mengundurkan diri dari pekerjaan.
Tindakan ini adalah cara paling ekstrim untuk melarikan diri dari
ketidaknyamanan.
Konsekuensinya, individu mungkin
akan segera terbebas dari situasi yang tidak menyenangkan. Mereka tidak lagi
harus menghadapi dosen yang "pelit nilai" atau atasan yang "zalim".
Namun, pilihan ini juga dapat menciptakan konsekuensi negatif jangka panjang.
Mahasiswa mungkin kehilangan waktu dan uang yang sudah diinvestasikan dalam
studi, sementara karyawan bisa kehilangan stabilitas finansial dan kesempatan
karir. Meskipun terasa sebagai jalan keluar yang cepat, respons ini seringkali
memindahkan masalah ke tempat lain, bukannya menyelesaikannya.
Respon Pasif dan Konstruktif:
Loyalty
Berbeda dengan Voice, respons
Loyalty bersifat pasif namun konstruktif. Individu memilih untuk tetap berada
di tempatnya dan berharap bahwa situasi akan membaik seiring waktu. Mereka
memiliki keyakinan pada institusi atau sistem, serta percaya bahwa masalah yang
ada hanyalah sementara. Seorang mahasiswa yang memilih loyalty mungkin akan
tetap mengerjakan tugas-tugasnya meskipun membosankan, dengan harapan akan ada
perubahan kebijakan atau dosen akan menjadi lebih lunak di semester berikutnya.
Karyawan yang loyal akan tetap bekerja keras, berharap kondisi perusahaan
membaik atau atasan akan menyadari kerja keras mereka.
Konsekuensi dari respons ini adalah
stabilitas. Individu tidak mengambil resiko dari konflik atau perubahan
drastis. Namun, mereka juga berada dalam posisi yang rentan. Jika situasi tidak
membaik, mereka akan terus berada dalam kondisi yang tidak nyaman dan mungkin
akan merasa semakin tertekan. Kepercayaan yang tidak berbalas dapat mengikis
motivasi dan kepuasan kerja atau belajar.
Respon Pasif dan Destruktif: Neglect
Respons Neglect adalah yang paling
merugikan. Ini adalah respons pasif dan destruktif di mana individu memilih
untuk mengabaikan atau mengurangi usaha mereka sebagai cara menghadapi
ketidaknyamanan. Contohnya, mahasiswa mungkin mulai sering bolos, tidak
mengerjakan tugas dengan serius, atau menunda-nunda pekerjaan. Karyawan mungkin
akan sering datang terlambat, mengurangi produktivitas, atau menunjukkan sikap
acuh tak acuh terhadap pekerjaan.
Konsekuensinya, respons ini dapat
menyebabkan spiral ke bawah yang merugikan. Kualitas akademik atau kerja
individu akan menurun, yang pada akhirnya akan memperburuk situasi mereka—nilai
semakin buruk, atau bahkan bisa kehilangan pekerjaan. Meskipun terasa seperti
tindakan "melawan" yang diam, neglect sebenarnya merugikan diri
sendiri dan tidak akan pernah membawa individu ke dalam situasi yang lebih
nyaman.
Keempat respons yang dijelaskan oleh
Rusbult et al. (1982) menunjukkan spektrum luas dari cara individu menghadapi
ketidakpuasan. Respons Voice dan Loyalty cenderung membawa individu lebih dekat
pada solusi yang konstruktif dan berkelanjutan, meskipun Voice memiliki risiko
lebih besar dan Loyalty membutuhkan kesabaran. Sebaliknya, Exit dan Neglect
adalah respons yang merusak; meskipun Exit mungkin membawa kelegaan instan, ia
sering kali menciptakan masalah baru, sementara Neglect hanya akan memperparah
situasi yang ada. Dengan memahami konsekuensi dari setiap pilihan, individu
dapat membuat keputusan yang lebih sadar untuk benar-benar mencapai kondisi
yang lebih nyaman dan memuaskan, baik di kampus maupun di tempat kerja.
Daftar pustaka :
Robbins, S.P. (1998). Organizational
behavior. 8th Ed. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall International,
Inc.
Rusbult, C. E., Farrell, D., Rogers,
G., & Mainous III, A. G. (1988). Impact of exchange variables on exit,
voice, loyalty, and neglect: An integrative model of responses to declining job
satisfaction. Academy of Management Journal, 31(3), 599-627.
0 komentar:
Posting Komentar