24.7.25

UAS PSIKOLOGI INOVASI_Septi Wahyuningsih 22310410162


 UAS MATA KULIAH PSIKOLOGI INOVASI

Perubahan diri Studi Kasus Remaja Unik dan Ayu Aryanti Anak Asuh Kang Dedi Mulyadi Dengan Skema Persepsi Paul A. Bell



 

 Identitas Mahasiswa:

Nama: Septi Wahyuningsih

NIM : 22310410162

Dosen : Dr. Arundati Shinta, M.A.

Kasus Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) yang berupaya mendorong perubahan perilaku pada rakyatnya dengan pendekatan humanis dan budaya Sunda yang kental, KDM memanfaatkan platform digital seperti YouTube dan Facebook untuk membangun personal branding yang kuat.  Ia dikenal sebagai sosok yang eksentrik, kreatif, dan adaptif terhadap media sosial, yang memungkinkannya untuk menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Kang Dedi Mulyadi (KDM) yang berupaya mendorong perubahan perilaku menunjukkan dua pola perubahan yang berbeda yakni Ayu Aryanti yang menolak perubahan sedangkan remaja "unik" yang menerima perubahan positif.  Analisis perbedaan ini dapat dilakukan melalui skema persepsi Paul A. Bell, yang menekankan peran persepsi dalam membentuk perilaku dan kebiasaan.

Skema persepsi Paul A. Bell menjelaskan bahwa persepsi seseorang terhadap suatu situasi memengaruhi bagaimana ia merespons situasi tersebut.  Persepsi ini melibatkan beberapa tahapan yaitu stimulus atau rangsangan yang diterima individu. Dalam kasus ini, stimulus adalah upaya KDM untuk mendorong perubahan. Setelah itu ada persepsi selektif dari seseorang untuk memilih informasi yang sesuai dengan keyakinan dan pengalamannya. Ayu mungkin hanya fokus pada aspek negatif dari perubahan, sementara remaja "unik" melihat potensi positifnya. Setelah itu iInformasi yang dipilih kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan berdasarkan kerangka berpikir individu. Ayu mungkin menginterpretasikan bantuan KDM sebagai bentuk kontrol, sementara remaja "unik" melihatnya sebagai kesempatan memperbaiki diri. Persepsi yang telah diorganisasikan akan menentukan respons individu. Ayu menolak perubahan, sementara remaja "unik" menerimanya dan berpartisipasi aktif. Respons yang diulang-ulang akan membentuk kebiasaan.  Keengganan Ayu untuk berubah menjadi kebiasaan, sementara kebiasaan positif remaja "unik" terbentuk melalui pelatihan di barak militer

Ayu mungkin memiliki persepsi negatif terhadap perubahan yang diusulkan KDM. Ia mungkin melihatnya sebagai ancaman terhadap kemandirian dan kebebasan memilih.  Kehidupan nyaman bersama KDM mungkin tidak mengubah persepsinya tentang pentingnya pendidikan tinggi dan masa depan yang lebih baik.  Kurangnya motivasi internal untuk berubah dan persepsi negatif terhadap perubahan menyebabkan ia kembali ke kehidupan sebelumnya. Sedangkan para remaja “unik” mungkin memiliki persepsi yang berbeda.  Mereka mungkin menyadari keterbatasan diri dan melihat program KDM sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri.  Disiplin dan pelatihan di barak militer membantu mereka mengubah persepsi tentang diri sendiri dan kemampuan mereka.  Pengalaman ini membentuk perilaku dan kebiasaan positif yang berkelanjutan. Perbedaan respons Ayu dan remaja "unik" menyoroti perlunya pendekatan yang holistik dan individual.  Solusi yang efektif harus mempertimbangkan faktor-faktor kognitif, emosional, sosial, dan motivasi individu. Dengan pendekatan yang holistik dan lebih komprehensif ini dapat meningkatkan keberhasilan upaya mendorong perubahan perilaku dan membantu individu mencapai potensi penuh mereka.

Daftar Pustaka : 


Ni’amulloh Ash Shidiqie, Nouval Fitra Akbar, & Andhita Risko Faristiana. (2023). Perubahan Sosial dan Pengaruh Media Sosial Tentang Peran Instagram dalam Membentuk Identitas Diri Remaja. Simpati, 1(3), 98–112. https://doi.org/10.59024/simpati.v1i3.225


0 komentar:

Posting Komentar